Wednesday, November 9, 2022

KEKUATAN RELIGIUS BANGSA INDONESIA

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Kebesaran bangsa Indonesia bukan hanya di jumlah manusia, tetapi dari ideologi yang memadukan antara kehidupan religius dengan duniawi. Ideologi Pancasila adalah berkah dari Tuhan untuk bangsa Indonesia. Lima sila dari dasar negara yang berbeda dari ideologi di dunia adalah menjadikan sila ketuhanan yang maha esa sebagai dasar leterlek sebagai cara hidup bangsa Indonesia. Keanekaragaman etnis, budaya, dan agama menjadi harmoni dalam kehidupan bangsa Indonesia. 

Dalam sejarah bangsa Indonesia, mereka sudah mengalami berbagai macam ujian hidup yang panjang. Penjajahan ratusan tahun, masa revolusi kemerdekaan, tragedi 30 September 1965, dan krisis multidimensi tahun 1998. Religiusitas telah menyelamatkan bangsa Indonesia dari kehancuran. Pada tahun 1998 banyak pengamat politik memprediksi Indonesia akan hilang dari peta mengalami nasib yang sama seperti USSR. Fakta-fakta keselamatan bangsa Indonesia dari krisis merupakan berkah dari Tuhan karena bangsa Indonesia pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bangsa Indonesia terlahir sebagai berkah dari rahmat Tuhan Yang Maha Esa. 

Atas Berkat dan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Terlahir Indonesia Merdeka

Cepat atau lambat sejarah akan berulang, religiusitas bangsa Indonesia akan terus mengalami ujian dan membuat bangsa Indonesia tampil menjadi kekuatan dunia. Negara-negara dengan yang hanya mengadalkan kekuatan materi, sedikit demi sedikit mengalami kemunduran. Humanisme yang menjadi sandaran berpikir tidak mampu memprediksi akan seperti apa yang terjadi di masa mendatang. Seperti kata Fritjop Capra, siklus dunia secara alamiah akan terjadi. Pola pikir yang cenderung mengandalkan kekuatan hukum-hukum alam, akan digantikan dengan pola pikir idealistik. Pemikiran religius yang menggabungkan pengetahuan intuitif dengan rasional. 

Pola pikir ajaran Islam di dalam Al Quran, tidak memisahkan antara kehidupan dunia dan akhirat. Kehidupan dunia yang sejahtera dan kehidupan akhirat sejahtera menjadi satu tujuan yang tidak terpisahkan. Kegagalan di dunia, bagi bangsa Indonesia tidak jadi alasan untuk berputus asa, karena ada harapan kedua yang tetap harus dicapai yaitu kehidupan sejahtera di akhirat. Bangsa Indonesia memiliki harapan dinamis seperti yang dijelaskan Erich Fromm. Inilah kekuatan bangsa Indonesia yang tidak akan terkalahkan.   

Religiusitas adalah bukti keunggulan bangsa Indonesia. Bangsa religius indentik dengan bangsa yang punya ikatan kuat dengan Tuhan. Religius dalam agama Islam adalah kelompok masyarakat yang percaya, tunduk, dan patuh, kepada Tuhan Yang Esa. Ketundukkan dan kepatuhan kepada Tuhan tidak dapat dikatakan sebagai masyarakat ekslusif, tetapi masyarakat yang bercita-cita menjadi pemberi berkah dan penjaga perdamaian dunia. Pandangan-pandangan bangsa religiusitas mendorong mansyarakat menjadi ekslusif adalah bukti dari ketidaktuntasan manusia dalam membaca dan memahami ajaran-ajaran agama Islam dari Al Quran dan Sunnah Nabi Muhammad. 

Di abad teknologi informasi semua orang di dunia bisa belajar dari bangsa Indonesia. Agama yang sering difitnah sebagai buah kemandegan berpikir, ternyata bukan karena ajaran agamanya, tetapi karena keterbatasan manusia dalam memahaminya. Agama Islam yang sering dikampanyekan oleh kelompok tertentu sebagai agama intoleran adalah kesalahpahaman. Ajaran agama Islam sangat inklusif dan melindungi hak-hak hidup seluruh umat manusia. 

Al Quran dan sunnah Nabi Muhammad merupakan sumber primer dari ajaran Islam. Micahael H. Hart, mengidentifiksi dari 100 tokoh berpengaruh di dunia, nomor satu adalah Nabi Muhammad. Tokoh Nabi Muhammad sebagaimana dijelaskan dalam Al Quran adalah manusia yang layak jadi contoh teladan umat manusia. Nabi Muhammad menjadi sosok multitalenta, beliau bukan hanya pemimpin dalam urusan agama, tetapi pemimpin dalam kehidupan dunia. Salah satu keagungan Nabi Muhammad yang wajib dicontoh oleh seluruh umat manusia adalah kemampuannya dalam bersabar dengan membalas keburukan dengan kebaikan. 

"Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik)" (Ar'rad, 13:22). 

Nasionalisme bangsa Indonesia yang dilandasi dengan pola pikir idealistik, nasionalisme dengan keyakinan bahwa Tuhan akan selalu bersama orang-orang yang menyembah dan berharap kepada Nya. Nasionalisme bangsa Indonesia adalah harga mati dengan komitmen keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa. Pola pikir religius menjadi kolektif memori bangsa Indonesia. Bangsa-bangsa manapun yang berhadan dengan bangsa Indonesia mereka akan berhadapan dengan manusia-manusia yang selalu optimis berharap pada Tuhan Pelindung Bangsa Indonesia. Faktanya sudah teruji dan dapat dibuktikan dalam sejarah panjang bangsa Indonesia yang tidak pernah menyerah untuk menjadi negara merdeka dan berdaulat.***


No comments:

Post a Comment