Sunday, October 30, 2022

KEJAHATAN PARA FIR'AUN ABAD INFORMASI

Oleh: Muhammad Plato

Demokrasi terbuka sudah jadi konsekuensi dari determinisme teknologi informasi. Acara debat bukan lagi murni untuk mengedukasi atau mencari solusi bersama, tetapi menjadi sebuah transaksi untung dan rugi bagi para pemburu kekuasaan. Determinisme teknologi informasi, pengendali opini menjadi milik mayoritas pendukung gagasan. Para penguasa informasi adalah fir'aun-fir'aun yang bisa berbuat sewenang-wenang mengintimidasi dan mengendali opini masyarakat. 

Determinisme teknologi informasi membawa dampak pada bidang politik bahwa letak kekuasaan bukan lagi pada modal tapi pada informasi. Pengendali-pengendali kekuasaan adalah mereka yang memiliki monopoli pada bidang informasi. Para penguasa dapat kita identifikasi dari kemampuannya mengendalikan opini publik. Ciri-ciri dari pemilik kekuasaan, mereka memiliki alat pengendali pengetahuan masyarakat. Kerajaannya dapat diidentifikasi dari jumlah pengikut yang setia mengikutinya. Media massa dengan jumlah pengikut puluhan juta setia menikmati informasi yang disajikan.

Fir'aun adalah simbol pewaris kekuasaan dalam sejarah umat manusia

Fir'aun di abad informasi adalah pengendali opini publik dengan jumlah pengikut puluhan hingga ratusan juta. Kondisi ini terjadi merupakan sebuah determinisme baru dampak dari perekmbangan teknologi informasi. Budaya masyarakat sudah diubah dengan pemanfaatan teknologi informasi dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam dunia politik. Para penguasan informasi kekuatannya ada di pengendalian pikiran masyarakat. Apa yang diinformasikan di media informasi yang mereka miliki, itulah yang akan masuk pada otak. Dalam jangka waktu lama jenis informasi yang diinformasikan oleh penguasa akan masuk pada otak bawah sadar pengikutnya. Setelah otak bawah sadar dikuasasi, maka para penguasa informasi akan memanfaatkan pengikutnya untuk tujuan-tujuan politik kelompoknya. 

Fir'aun adalah jajaran raja-raja yang berkuasa di Mesir. Ada satu Fir'aun yang dikisahkan Allah dalam Al Qur'an. Tujuan politik para Fir'aun di abad informasi tidak jauh berbeda dengan tujuan Fir'aun di 5000 tahun yang lalu. Tujuannya adalah mendapatkan kekuasaan. Kejahatan Fir'aun di 5000 tahun yang lalu adalah mengubah agama masyarakat menjadi agama pagan. Fir'aun menjadi sumber kebenaran dan paling menentukan. Rakyat digiring menjadi masyarakat material penyembah manusia dengan ilmu-ilmu sihir yang dikembangkan dari alam. 

Agama monotheis yang mengarahkan masyarakat percaya pada Tuhan Yang Ghaib menjadi musuh besar Fir'aun. Kelompok penganut agama monotheis dianggap rival yang dapat mengancam kekuasaannya.  Para penyembah Tuhan Yang Ghaib, dianggap kelompok masyarakat yang tidak bisa diatur oleh kekuasaan Fir'aun. Musa dan pengikutnya diancam untuk dihabisi dengan kekuatan pasukan. Agama dibentur-benturkan dengan kepentingan kekuasaan. Agama di redefinisi, dicocok-cocokkan untuk kepentingan kekuasaan Fir'aun. 

Bukan pengajaran agama yang murni ketika agama menggiring orang menjadi terkotak-kotak saling betengkar dan menjatuhkan. Bukan pengajaran agama yang murni ketika orang digiring menjadi pengikut-pengikut setia pada sebuah kelompok. Pengajaran agama yang murni adalah ajaran yang menggiring masyarakat taat pada Tuhan Yang Ghaib yang memerintahkan menebar persatuan, perdamaian dan saling mensejahterakan sesama umat manusia. Pemimpin yang baik adalah "penyambung lidah Tuhan" yang maha pelemihara dan pengampun. 

Kejahatan Fir'aun di 5000 tahun yang lalu adalah memecah belah masyarakat menjadi kekuatan kelompok pendukungnya dan kelompok di luar pendukungnya. Kejahatan Fir'aun adalah memanfaatkan ajaran agama untuk menciptakan kelompok-kelompok fanatis yang bisa dikerahkan untuk membela kekuasaannya. Kejahatan Fir'aun adalah memanipulasi agama sebagai alat untuk mengumpulkan kekuatan untuk mendukung kekuasaanya. 

Di abad informasi harus ada tampil kelompok kelompok seperti Musa yang menjaga kemurniaan pikiran masyarakat dalam beragama. Ketetapan-ketetapan dalam agama dari abad ke abad tidak mengalami perubahan, prilaku baik menghasilkan kebaikan, dan prilaku buruk menyebabkan kehancuran umat manusia. Ajaran agama yang murni mengajarkan masyarakat untuk taat pada satu Tuhan Yang Ghaib. Ajaran-ajarannya menganjurkan masyarakat memiliki akhlak-akhlak yang baik dalam berpikir, berbicara, dan berprilaku. Ajaran agama yang murni mengajak pada seluruh umat manusia untuk hidup sejahtera bersama-sama dalam satu bumi yang sama. 

Agama yang benar tidak datang dari Arab, Yunani, Barat atau Timur. Inilah ajaran agama yang benar, "Sesungguhnya ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku" (Al Anbiyaa, 21:92). 

Di abad informasi, masyarakat harus selalu sadar dari ancaman kejahatan-kejahatan Fir'aun yang membelokkan pikiran menjadi lebih percaya pada manusia dari pada Tuhan Yang Maha Esa. Menjaga kesadaran sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, melaksanakan kebajikan atas nama Tuhan, menebar kedamaian atas nama Tuhan, mewujudkan kesejahteraan masyarakat atas nama Tuhan adalah jalan pikir yang lurus. Kemerdekaan adalah ketika masyarakat tetap bergantung kepada Tuhan Yang Maha Esa. Wallahu'alam***

No comments:

Post a Comment