Saturday, October 29, 2022

MEMILIH PEMIMPIN 2024 DENGAN LOGIKA TUHAN

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Hiruk pikuk pemilihan presiden 2024 sudah mulai menghangat. Para politisi dari berbagai latar belakang partai politik sudah pasang kuda-kuda untuk meraih simpati masyarakat di tahun 2024. Perlu diketahui oleh masyarakat seluruh gestur dan kata-kata para politisi sudah mengarah pada upaya menarik simpati masyarakat. Mulai saat ini, seluruh tindakan dan perkataannya sudah didesain untuk menarik simpati masyarakat. Postingan di media sosial menjadi kampanye gratis dan tidak bisa dijerat oleh aturan kampanye, karena semua orang berhak menggunakan media sosial secara pribadi. 

Tidak ada yang salah apa yang dilakukan pada politisi. Mereka bekerja sesuai dengan profesinya, yaitu berusaha mencapai puncak kekuasaan sebagai naluriah berkuasa karena manusia adalah makhluk politik. Apapun yang dilakukan para calon kandidat pemimpin adalah upaya yang harus dilakukan oleh mereka. Namun demikian, di alam demokrasi langsung sekarang kualitas pemimpin terpilih tidak ditentukan oleh mutlak kualitas pribadi calon pemimpin tapi ada dikehendak masyarakat. 

Untuk itu, pemimpin yang akan duduk dipuncak kekuasaan tahun 2024, tanggung jawabnya ada di tangan masyarakat. Jadi pada pemilu 2024 nanti, yang akan diuji adalah kualitas masyarakat. Di era terbuka sekarang, catatan sejarah para calon pemimpin bisa diketahui secara terbuka melalui jejak-jejak digital para calon pemimpin. Masyarakat harus netral, memosisikan diri sebagai warga negara yang tidak terjebak pada dukung mendukung secara membabi buta. 

Masyarakat harus bisa menjaga kampanye politik pemilu 2024 berjalan sehat. Ciri kampanye sehat berisi visi dan misi, serta program didukung fakta-fakta empiris yang bisa diuji kebenarannya melalui jejak digital. Kampanye-kampanye berisi ujaran kebencian, nyinyir, saling menjatuhkan, saling ungkap kelemahan dan kekurangan bukan kampanye sehat. Kampanye-kampanye sehat ditandai dengan penawaran program yang membawa harapan baik, untuk menjawab tantangan dan menyelesaikan masalah bangsa Indonesia di tengah kehidupan masyarakat global.

Akal sehat masyarakat harus tetap terjaga, dengan memosisikan sebagai warga negara terhormat dan bertanggung jawab tinggi pada kedaulatan bangsa. Masyarakat berakal sehat, memilih pemimpin bukan karena emosi membabi buta, tetapi emosi berdasarkan pada argumen akal sehat yang mampu melihat visi dan misi para calon pemimpin 2024 yang diprediksi bisa membawa kejayaan bangsa. 

Dari presiden pertama hingga sekarang, tidak ada satu pun pemimpin yang mampu memberikan kepuasan kepada seluruh harapan masyarakat. Menjaga suasana batin masyarakat Indonesia tetap sehat, ditentukan oleh kecerdasan masyarakat sendiri. Masyarakat jangan terganggu oleh isu dan provokasi dari berbagai pihak yang melakukan kampanye hitam dengan saling menjatuhkan dan ungkap kekurangan. Sebenarnya tidak akan ada manusia manapun yang luput dari kekurangan di mata manusia lain. 

Di sinilah pentingnya panduan berlogika dari Allah. Alam semesta diciptakan Allah sebagai sebuah sistem saling membutuhkan. Matahari, bumi, gunung, laut, udara, angin, petir, gelombang, manusia, binatang, tumbuhan, semua berkolaborasi membentuk sebuah sistem keteraturan. Konsep mizan atau keseimbangan adalah kondisi yang harus selalu terjaga keadaannya. Allah menetapkan bahwa orang-orang berdosa adalah mereka yang tidak bisa menjaga keseimbangan, yaitu mereka yang melampaui batas keseimbangan. Fir'aun telah berbuat dosa karena melampaui batas telah menjadikan dirinya sebagai sosok berkuasa menggantikan Tuhan.  

Pemimpin bukan satu-satunya faktor penentu kesejahteraan masyarakat. Namun memilih pemimpin punya indikator yang harus diperhatikan kriterianya. Dalam pandangan sistem, pemimpin seperti mirochip dalam komputer. Michrochip tidak dapat berfungsi dengan baik jika komponen-komponen lain tidak berfungsi. Jadi kedudukan masyarakat dan pemimpin sebenarnya sederajat, saling membutuhkan dan saling ketergantungan. Michrochip dapat bekerja dengan baik jika suasana harmonis, kolaboratif terjalin dengan baik. 

Menggantungkan 100 persen jaminan kesejahteraan kepada pundak para pemimpin adalah tindakan berlebihan. Manusia hanya bisa mengetahui secara kasat mata kriteria-kriteria siapa sosok yang layak jadi pemimpin. Namun apakah pemimpin itu baik menurut Allah atau tidak semuanya ada diatas pengetahuan Allah. Bagi masyarakat beriman hanya berusaha menentukan secara kasat mata sesuai kemampuan dan kapasitas pengetahuan, lalu siapa yang mungkin bisa jadi pemimpin terbaik, tidak ada satu orang manusia pun yang bisa menjamin. Setelah berusaha mengambil keputusan, masyarakat beriman membangun harapan kepada Allah bahwa pemimpin yang kelak terpilih selalu mendapat bimbingan dan pertolongan Allah. 

Untuk itu masyarakat yang berakal sehat, akalnya selalu berusaha mengikuti petunjuk dari Allah, selalu memosisikan diri sebagai bagian dari sebuah sistem yang harus berfungsi dengan baik. Terciptanya kebahagian dan kesejahteraan masyarakat dalam sebuah negara menjadi tanggung jawab bersama. Masyarakat dan pemimpin harus jadi satu sistem yang saling menguatkan agar roda kehidupan bernegara berjalan dengan baik. 

Masyarakat berakal sehat membangun harapan hidup sejahtera kepada Tuhan

Belajar dari masa lalu, sudah saatnya sikap masyarakat atau pemimpin berubah. Tadinya selalu fokus mengadili dan menghakimi kesalahan orang lain, semaksimal mungkin harus diubah menjadi sikap memberi contoh, menuntun, dan mendorong, agar sistem keseimbangan bernegara yang sudah diatur dan ditetapkan bersama terjaga. Bagi masyarakat berakal dan beriman kepada Allah, semua harapan baik dan sejahtera dalam kehidupan bernegara dibangun kepada Allah. Hal ini implementasi dari sila pertama dari ketuhan yang maha esa sebagai dasar negara.         

Seluruh pengetahuan baik yang diketahui manusia adalah pengetahuan yang telah diberikan Allah, dan sebenarnya manusia tidak mengetahui jika tidak diberi pengetahuan oleh Allah. Inilah logika tuhan yang harus dijadikan pola pikir masyarakat berketuhanan yang maha esa.  

"(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (adzab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." (Az Zumar, 39:9).

Bagaimanapun kita tidak bisa memastikan siapa yang baik memimpin bangsa. Pemimpin adalah manusia, kita tidak bisa bergantung berharap kesejahteraan dari seorang manusia. Untuk itu, masyarakat tidak perlu mendukung atau mencela secara berlebihan untuk manusia. Cukup kita punya kriteria dari pengetahuan yang Allah berikan untuk kita. Beribadah dengan sujud dan berdirilah selayaknya jadi budaya masyarakat, untuk selalu berharap rahmat dari Allah yang maha kuasa. Wallahu'alam.*** 

No comments:

Post a Comment