Sunday, May 18, 2025

YAHUDI BUKAN BANGSA TAPI CONTOH KELAKUAN BURUK MANUSIA

Oleh: Muhammad Plato

Di dalam Al Quran ada di kisah tentang Yahudi. Kisah-kisah manusia di dalam Al Quran tujuan untuk pengajaran.  bukanlah bangsa, tetapi karakter manusia. Kisah-kisah Yahudi di dalam Al Quran bukan merujuk pada sekelompok manusia, suku, atau bangsa. Yahudi merujuk karakter manusia dalam kehidupan dunia.

Karakter Yahudi bisa terjadi pada diri manusia dari golongan suku, bangsa, agama, mana saja. Karakter Yahudi digambarkan sebagai peringatan bagi manusia agar tidak berbuat seperti Yahudi. 

Karakter Yahudi ditampilkan sebagai bahan pelajaran untuk seluruh manusia. Berikut beberapa karakter Yahudi dapat kita simak dalam penjelasan Al Quran.

Menciptakan Pemikiran Sendiri

Dan mereka berkata: "Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang Yahudi atau Nasrani". Demikian itu angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar". (Al Baqarah, 2:111).

Merasa Mampu Tanpa Bantuan Allah

Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Qur'an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan di muka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan. (Al Maidah, 5:64).

Menghina Allah dan Membunuh Nabi

Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya". Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka): "Rasakanlah olehmu adzab yang membakar." (Ali Imran, 3:181).

Memakan dan Menggunakan Harta Batil

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, (At Taubah, 9:34).

Merasa Paling Suci

Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih? Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak dianiaya sedikit pun. (An Nisaa, 4:49).

Menganggap Diri Ekslusif Sebagai Kekasih Allah

Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: "Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya". Katakanlah: "Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?" (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang diciptakan-Nya. Dia mengampuni bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada antara keduanya. Dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu). (Al Maidah, 5:18).

Menyembunyikan Kebenaran

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, (Al Baqarah, 2:159).

Demikian beberapa catatan Al Quran tentang karakter Yahudi. Jadi dalam hal ini Al Quran tidak berbicara etnis, tapi berbicara kelakuan buruk manusia dan jangan ditiru. Siapa saja bisa berpilaku yahudi tanpa melihat latar belakan etnis atau bangsa.

Bagi orang berpikir sehat yiatu ahlul kitab, dia akan mengambil jalan lurus. "Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud. (Ali Imran, 3:113).

Pesan Al Quran dari Yahudi adalah pringatan bagi umat manusia jangan berpirlaku buruk seperti Yahudi. Manusia harus berakal sehat memilih jalan yang telah Allah perintahkan. Manusia yang dicintai Allah bukan berdasar etnis, suku, dan bangsa tapi berdasar kelakuan baiknya.

Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. (Al Kahfi, 18:7).***

UKURAN KAYA MENURUT AL QURAN

Oleh: Muhammad Plato

Ukuran orang kaya di dalam Al Quran bukan penghasilan seperti yang ditetapkan oleh Bank Dunia. Catatan Bank Dunia tentang jumlah orang miskin di Indonesia bisa jadi kampanye negatif bagi bangsa Indonesia. 

Penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam dinobatkan sebagai negara terdermawan di dunia. Indonesia juga termasuk negara sejahtera karena anak-anaknya setiap hari mendapat makan bergizi gratis dari negara. 

Saya berbeda pandangan dengan Bank Dunia yang mengatakan penduduk Indonesia 60,3% miskin. Saya punya pandangan mayoritas penduduk Indonesia kaya. Ukuran kaya dan miskin di dalam Al Quran bukan dilihat dari ekonomi tetapi pada karakter. 

"(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui." (Al Baqarah, 2:273).

Ukuran kaya dan miskin sangat tergantung pada kriteria ketika menetapkannya. Bank Dunia menetapkan penduduk miskin secara multidimensi. Artinya penduduk miskin kriterianya menjadi banyak. Pada akhirnya untuk memenuhi standar kaya menjadi sulit karena ada berbagai kriteria yang harus dipenuhi, misalnya akses layanan kesehatan, pendidikan, air bersih, dll.

Berdasarkan Al Quran, saya kaji ukuran orang miskin diukur dari karakter seseorang. Karakter orang kaya adalah mereka yang "memelihara diri dari meminta-minta". Orang minta-minta tidak identik dengan golongan ekonomi lemah. Prilaku minta-minta bisa terjadi pada semua lapisan ekonomi di masyarakat.

Peminta-minta ada dalam setiap lapisan masyarakat dengan ciri berbeda-beda. Dikalangan pegawai orang miskin dicirikan dengan minta-minta kedudukan atau jabatan. Dikalangan pengusaha, orang miskin dicirikan dengan minta jatah proyek. Dikalangan pengangguran orang miskin dicirikan dengan meminta jatah preman.  

Minta jatah proyek, minta jabatan, minta jatah preman, adalah prilaku minta-minta. Kata Allah dalam Al Quran, yang minta-minta adalah orang miskin. Orang kaya selalu berusaha menjaga harga dirinya tidak minta-minta.

Jika orang Indonesia dikenal sebagai masyarakat paling dermawan nomor satu di dunia, artinya masyarakat Indonesia mayoritas orang kaya karena karakternya bukan peminta-minta tapi pemberi. Jadi ukuran kaya dihadapan Allah bukan berapa materi yang dimiliki, dan fasilitas hidup yang bisa dinikmati, tetapi dibuktikan dengan tidak menjadi manusia peminta-minta.

Ukuran kaya dan miskin sangat tergantung pada kriteria yang kita pakai. Al Quran memberi pedoman kepada manusia dalam berpikir. Ukuran kaya dan miskin dalam Al Quran lebih bermanfaat dari pada ukuran berdasarkan material. Sebagai manusia berketuhanan sebaik-baik pandangan harus bersumber pada pengetahuan yang telah Allah wahyukan untuk manusia yaitu Al Quran.***