Tuesday, April 26, 2016

LOGIKA TUHAN VS LOGIKA ALAM


Logika Tuhan memiliki kekekalan karena ditetapkan oleh Tuhan, logika alam memiliki kefanaan karena alam pada hakikatnya adalah fana. Siapa yang mencari kebaikan hidup di dunia dan akhirat maka logika Tuhan akan mengantarkannya. Mereka yang memahami logika alam akan dapat menguasai dunia, tetapi belum tentu menguasai kehidupan dirinya sendiri.

Belajar logika dari alam akan mengantarkan manusia menghormati kepada alam, namun belajar logika Tuhan akan mengantarkan manusia menghormati Tuhannya. Mereka yang menghormati alam, belum tentu menghormati dirinya sendiri. Mereka yang menghormati Tuhan, akan memahami dirinya sebagai makhluk terhormat dan memperlakukan alam dengan penuh rasa hormat.

Kegagalan mereka yang fokus belajar logika-logika alam, tidak berhasil menemukan Tuhan sebagai maha pencipta. Mereka terperangkap, terjebak, tertipu oleh logika-logika alam yang fana. Mereka yang benar-benar tertipu dengan logika alam adalah mereka yang menjadikan alam sebagai Tuhan.

Untuk lebih memahami apa itu logika Tuhan, saya akan mengungkap poin penting dan menyajikan perbedaannya. Mudah-mudahan dengan penyajian ini Tuhan memberikan pengetahuan (hidayah) kepada kita semua.

PUSAT PERUBAHAN

Menurut logika alam pusat perubahan ada di alam, sehingga untuk melakukan perubahan manusia harus merekayasa alam. Berbagai teknologi harus diciptakan untuk merekayasa alam. Dampak dari rekayasa alam adalah munculnya masalah-masalah alam yang menuntut manusia untuk melahirkan rekayasa baru.

Ketergantungan pada logika alam, akan melahirkan prilaku ketergantungan pada alam. Manusia-manusia yang tergantung pada alam akan mengalami kesulitan melakukan perubahan karena mensyaratkan fasilitas yang tersedia di alam.   

Kenyataannya kecepatan tumbuhnya masalah alam akibat rekayasa, tidak berbanding lurus dengan kecepatan tumbuhnya teknologi baru untuk menyelesaikannya. Maka terjadilah krisis alam yang sulit diantisifasi dan menimbulkan masalah alam baru. Sehingga karena masalah alam yang timbul tidak segera dapat diantisifasi, masalah alam terus menerus bertambah semakin kompleks dan mengancam kehidupan manusia. Itulah kegagalan manusia dalam mensejahterakan hidupnya, karena terlalu fokus memahami logika dari alam.

Dalam logika Tuhan, pusat perubahan ada di dalam diri manusia. Tuhan tidak akan mengubah keadaan seseorang atau kaum, jika seseorang atau kaum itu sendiri yang mengubahnya. Ini adalah logika Tuhan yang didoktrinkan dalam kitab suci. Bisa dilihat dalam Al Qur’an surat Ar ra’d ayat 11.

Sebelum menciptakan teknologi, hal yang harus dibangun adalah pemahaman terhadap teknologi yang akan diciptakan. Teknologi memiliki dampak baik dan buruk. Jika tidak dipahami oleh manusia penggunanya, maka teknologi akan berbalik arah menyerang manusia.

Pelatihan dan sosialisasi mendalam terhadap lahirnya sebuahnya teknologi harus direncanakan dengan sengaja. Teknologi tidak diperkenalkan hanya sebatas untuk komersial, tetapi teknologi seharusnya diperkenalnya dengan prilaku dan etika yang harus dilaksanakan dalam menggunakannya. Lahirnya teknologi harus dibarengi dengan perangkat norma dan etika dalam menggunakannya. sebelum teknologi lahir, norma dan etikanya harus lebih dulu diciptakan.

Lahirnya teknologi tidak serta merta hanya untuk meningkatkan keuntungan semata, tapi harus diajarkan bahwa manusia akan mengalami perubahan norma dan etika dalam bermasyarakat. Lahirnya plastik telah membawa manusia pada kemudahan dalam hidup, tetapi rendahnya pemahaman manusia terhadap teknologi plastik, telah melahirkan masalah baru dengan bergunung-gunungnya sampah yang sulit diurai oleh organisme.

Tanpa perubahan dari dalam diri manusia, masalah sampah akan melahirkan masalah baru. Tanpa perubahan dalam diri manusia, ketika teknologi sampah ditemukan maka akan lahir masalah baru, karena prilaku hidup membuang sampah sembarangan dengan ditemukannya teknologi baru akan semakin manjadi-jadi. Kebanyakan orang akan berpikir ketika teknologi pengolahan sampah ditemukan maka masalah sampah selesai. Padahal masalah sampah ada pada diri masing-masing, dan penyelesaiannya bukan di teknologi.  

Inilah kegagalan manusia yang tidak fokus pada sumber masalah hidupnya karena gagal memahami dimana letaknya pusat perubahan. Tuhan telah mengajarkan bahwa siapa yang membawa kebaikan maka kebaikan akan dia dapatkan, dan siapa yang membawa keburukan maka keburukan akan dia dapatkan. Ketentuan ini bisa dilihat dalam Al Qur;an surat Al Israa ayat 7.

Sebagian besar umat manusia saat ini merasa berhasil merekayasa alam dengan teknologi, tetapi gagal merekayasa dirinya sendiri. Oleh karena itu teknologi lahir tidak pernah berhasil menyelesaikan masalah dirinya sendiri. Wallahu ‘alam.

(Muhammad Plato @logika_Tuhan)

No comments:

Post a Comment