Saturday, December 21, 2019

MANUSIA PELAMPAU BATAS

Oleh: Muhammad Plato

“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,” (Al Alaq, 96:6). Jika Allah sudah mengatakan kata “sesungguhnya” kata ini menegaskan bahwa itulah fakta atau realitas manusia sebenarnya dan tidak ada manusia yang bisa lepas dari ketentuan ini. Maka manusia adalah makhluk yang punya sifat atau punya potensi melampaui batas terhadap apa yang telah ditetapkan Allah.

Dalam hal apa saja manusia selalu berpotensi melampaui batas. Di dalam Al-Qur’an sedikitnya ada empat konsep yang menjelaskan tentang manusia pelampau batas. Empat konsep tersebut dijelaskan dalam beberapa ayat Al-Qur’an sebagai berikut:

·  Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas (mu’tadin), karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Al Baqarah, 2:190).

MANUSIA PELAMPAU BATAS ITU MENDUSTAKAN ATURAN YANG TELAH DITETAPKAN TUHAN. (MUHAMMAD PLATO)
Berdasarkan keterangan ayat di atas, manusia melampaui batas dijelaskan dengan konsep “mu’tadin”. Manusia mu’tadin adalah mereka yang mendustakan aturan-aturan yang telah di tetapkan Allah. Prilaku mereka bertentangan dengan apa yang telah ditetapkan Allah. Sebagai contoh, membalas keburukan dengan keburukan yang lebih buruk, padahal Allah menetapkan membalas keburukan setimpal. Dilarang mendekati zina, mereka mendekati dan melakukan zina. Dilarang berjudi, mereka melakukan judi, dilarang mabuk, mereka mabuk-mabukkan. Dilarang memakan daging babi, mereka makan daging babi. Dilarang menghina, mereka melakukan penghinaan dsb.

·     Utusan-utusan itu berkata: "Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu mengancam kami)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas". (Yasin, 36:19).
                                  
Selanjutnya berdasarkan ayat di atas, manusia melampaui batas dijelaskan dalam konsep “musripun”. Manusia musripun jika kita analisis dari ayat-ayat sebelumnya, mereka adalah yang cenderung mengada-ngadakan dalam hal aturan atau syariat. Mereka menolak ajaran-ajaran yang telah diajarkan oleh para utusan Allah. Mereka menolak ajaran Rasul dan membuat ajaran-ajaran sendiri yang menurutnya benar. Mereka mengatakan bahwa ajaran-ajaran yang di bawa Rasulullah adalah sihir, ajaran orang mabuk, ajaran orang gila dan ajaran pembawa sial. Di zaman sekarang mereka mengatakan bahwa ajaran-ajaran yang dibawa Rasulullah adalah ajaran klenik, tidak rasional, tidak bisa dijangkau akal, ajaran radikal, dan harus dipisahkan dari ajaran kehidupan dunia. Kaum musripun, mereka juga mengada-ngadakan syariat dan mengkultuskan seolah-olah syariat itu datang dari Allah, padahal syariat yang jelas datang dari Allah tidak lain hanya datang dari rujukan Al-Qur’an dan Sunnah. Segala tafsiran adalah prasangka yang bisa kemungkinan benar atau salah, sehingga tidak bisa dimutlakkan sebagai kebenaran dari Tuhan.


·      Pergilah kepada Fir'aun; sesungguhnya ia telah melampaui batas". (Thaahaa, 20:24).

Berdasarkan ayat di atas, manusia melampaui batas berikutnya dijelaskan dalam konsep “togo”. Manusia togo adalah mereka yang menggunakan nafsunya, egonya, kekuasaannya, cenderung pada kehidupan dunia. Manusia-mausia ini adalah mereka yang menuhankan dirinya sebagaimana Fir’aun. Dengan egonya, kekuasannya mereka berlaku tidak adil, dalam setiap keputusan hidupnya sebagai individu maupun sebagai penguasa, mereka hanya mempertimbangkan keuntungan dunia, dan kelanggengan kekuasaannya. Keputusan-keputusannya selalu merugikan, menindas, dan membinasakan makhluk lain yang berpotensi mengurangi kesenangan hidupnya di dunia.

·    Dan bahwasanya: orang yang kurang akal daripada kami dahulu selalu mengatakan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah, (Al Jin, :72:4).

Berdasarkan ayat atas, manusia melampaui batas dijelaskan dalam konsep “satoto”. Manusia satoto adalah mereka yang menjadikan jin sebagai sesembahannya. Manusia ini digolongkan sebagai manusia kurang akal, karena menuhankan yang ghaib selain Tuhan Yang Esa. Mereka meminta pertolongan atau petunjuk kepada jin dan mengada-ngadakan tentang Allah di luar apa yang telah Allah kabarkan di dalam kitab suci Al-Qur’an. Hidupnya menjadi bertentangan dengan kehendak Allah, sehingga hidupnya penuh dengan dosa dan kesalahan.

Petunjuk Allah Yang Maha Rahman kepada manusia adalah mengajarkan Al-Qur’an untuk menjaga keseimbangan. “(Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan Al Qur'an. Dia menciptakan manusia, Mengajarnya pandai berbicara. (Ar Rahman, 55:1-4).

Allah yang menciptakan manusia, maka Allah yang mengetahui bagaimana manusia harus hidup. Allah mengajarkannya kepada manusia dengan mengutus Rasul dan menurunkan Al-Qur’an.

Perintah Allah di dalam Al-Qur’an adalah janganlah melampaui batas. “Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu. (Ar Rahman, 55: 7-9).

Tugas manusia yang sudah diberi akal dan amanah sebagai khalifah adalah menjaga neraca keseimbangan, agar tidak cenderung pada keburukan. Semoga Allah membimbing kita semua. Wallahu’alam.

(Penulis Master Trainer Logika Tuhan)


No comments:

Post a Comment