OLEH: MUHAMMAD PLATO
Setiap tafsir manusia tentang
isi kandungan Al-Qur’an punya potensi salah tafsir, karena setiap penafsir yaitu
manusia ditetapkan Tuhan punya potensi salah. Maka tidak boleh meyakini
kebenaran tafsir melebihi kebenaran pemilik-Nya. Tidak boleh memutlakkan seorang
penafsir sebagai satu-satunya rujukkan tafsir, karena pikiran Allah tidak
mungkin dipahami oleh satu, dua, atau sekelompok orang penfasir.
Allah memberikan peluang
kepada setiap umatnya untuk mendapatkan pelajaran dari Al-Qur’an sesuai dengan
kemampuan yang telah diberikan kepada manusia. Kemampuan dasar manusia untuk
mendapat pelajaran dari Al-Qur’an, Allah telah memberikan akal dan hati kepada
setiap manusia.
(Al Qur'an) ini adalah
penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang
yang bertakwa. (Ali Imran, 3:138).
Setiap orang bisa
langsung berhubungan dengan Al-Qur’an atau melalui penjelasan dari orang-orang
ahli tafsir. Sifat gotong royong, musyarawarah, adalah perintah Allah dalam
segala hal termasuk dalam mempeajari, memahami, dan menafsir Al-Qur’an.
Syarat bagi orang-orang
yang mau mempelajari Al-Qur’an adalah takwa. Konsep takwa di sini adalah
orang-orang yang berharap kebaikan dari Allah. Siapapun orangnya, yang datang untuk
mempelajari Al-Qur’an dia akan mendapat kebaikan. Maka itulah sebabnya setiap orang
muslim maupun non muslim yang bersentuhan mempelajari Al-Qur’an selalu mendapat
kebaikan, dan non muslim lambat laun memeluk Islam.
Setiap manusia tidak
boleh memutlakkan kebenaran tafsirnya terhadap Al-Qur’an. Bukan karena Al-Qur’an
kebenarannya tidak mutlak, tetapi penafsiran manusianya yang tidak mutlak,
karena manusia menduduki sebagai makhluk tempatnya salah dan benar. Siapapun
manusianya yang mempelajari dan memahami Al-Qur’an, dia harus memposisikan diri
bukan sebagai pemilik kebenaran, dan harus selalu mengingatkan orang-orang untuk
memutlakkan Allah sebagai pemilik kebenaran.
Barang siapa memosisikan
dirinya, kelompoknya, sebagai satu-satunya yang paling berhak manafsirkan
Al-Qur’an, dia telah menghadirkan tuhan selain Allah. Barang siapa
mengkultuskan seseorang, kelompok, sebagai satu satunya ahli tafsir Al-Qur’an,
dia telah menduakan Tuhan. Maka kondisi yang menghadirkan tuhan-tuhan selain
Allah, adalah kondisi yang akan melahirkan perpecahan dan kehancuran umat
manusia.
"semua harus sujud kepada satu Tuhan sebagai pemilik kebenaran" |
Sekiranya ada di langit
dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa.
Maka Maha Suci Allah yang mempunyai `Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.
(Al Anbiyaa, 21:22).
Kelemahan umat Islam
adalah ketika umatnya merasa imferior, merendahkan dirinya dihadapan manusia
lain sebagai alasan tidak mau mempelajari, memahami, dan menelaah isi Al-Qur’an.
Kolektif memori ini telah menjadi sebab bertebarannya mitos-mitos dalam
mengamalkan ajaran agama, lahirnya tuhan-tuhan selain Allah dan menjadi sebab rendahnya
kualitas pendidikan. Wallahu’alam.
(Penulis Master Trainer
Logika Tuhan)
No comments:
Post a Comment