Saturday, March 5, 2016

MENGAPA EMPAT TAHUN HARUS HIJRAH



Diminta atau tidak, setiap kejadian penyebabnya adalah takdir Tuhan. Itulah jawaban arif dan bijaksana ketika murid-murid bertanya kenapa harus hijrah (pindah)? Jawaban ini akan menghindarkan yang ditanya dan penanya dari fitnah akibat munculnya spekulasi pikiran negatif. Namun karena sifat manusia termasuk rational animal, jawaban itu tidak lantas membuat penanya puas, sekalipun pada hakikatnya jawaban di atas benar.

Baiklah agar anggapan kita tidak negatif dan terhindar dari fitnah, Saya akan menjelaskan alasan rasional mengapa memutuskan pindah di tahun ke empat masa kepemimpinan. Dasar saya dalam mengambil keputusan bersumber dari dua sumber kebenaran yaitu agama (hadis), fakta, dan logika. Seperti yang sudah kita diskusikan di kelas, bahwa untuk mengemukakan kebenaran minimalnya kita harus berpegang pada empat ukuran kebenaran yaitu, agama (wahyu/hadis), kenyataan, logika, dan persamaan pendapat (kutipan, pendapat ahli).

Keputusan saya hijrah rahasianya terletak pada angka Empat. Rahasia angka empat akan saya ungkap dari penjelasan Ibnu Khaldun pengarang buku monumental berjudul Mukaddimah. Ibnu Khaldun mengungkap rahasia angka empat dari ayat berikut:

“Sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun.. ". (Al Qaf:15)

Menurut Ibnu Khaldun, makna empat puluh tahun tersebut adalah punahnya empat generasi yang hidup dan lahirnya generasi baru. Beliau menyimpulkan bahwa usia empat puluh tahun merupakan usia suatu generasi dan sama dengan usia satu orang.



Dari ayat ini Ibnu Khaldun berkeyakinan bahwa sebuah pemerintahan akan bertahan tidak akan lebih dari tiga generasi. Alasannya generasi pertama masih memiliki idealisme, generasi kedua mulai menikmati kekayaan dan muncul sikap malas-malasan, generasi ketiga mulai kehilangan kebanggaan, terlena karena terlalu larut dengan kesenangan hidup, dan menjadi beban. Pada akhirnya kehancuran akan terjadi pada generasi keempat.

Hukum empat generasi yang dikemukakan Ibnu Khaldun, dikuatkan oleh hadis; “Sesungguhnya orang mulia, putra orang mulia, putra orang mulia, putra orang mulia, putra orang mulia adalah Yusuf bin Ya’kub bin Ishaq bin Ibrahim. (Hr. Al Bukhari).

Menurut Ibnu Khaldun, hadis ini memberi hikmah bahwa empat generasi merupakan puncak kebesaran. Dalam Taurat disebutkan, “Allah Tuhan mu adalah Dzat yang mengawasi, dan mencemburui. Dia akan meminta pertanggung jawaban dosa-dosa orang tua kepada anaknya selama tiga hingga empat generasi”.

Dari Hukum Empat Generasi yang dikemukakan Ibnu Khaldun, saya mengambil hikmah bahwa kepemimpinan efektif hanya akan bertahan selama tiga tahun, dan mengalami kejenuhan di tahun ke empat. Dari hasil analisa saya, pada tahun ke empat, kepemimpinan mengalami penurunan daya kreasi, akibat  jenuh menghadapi tantangan yang relatif tidak mengalami perubahan.

Menurut Rhenal Kasali, perjalanan hidup berlaku siklus seperti kurva s terbalik, ada gunung dan lembah, demikian juga fenomena kepemimpinan. Keputusan yang tepat untuk melakukan perubahan harus dilakukan pada saat kepemimpinan ada di puncak. Sebagaimana dijelaskan, puncak kepemimpinan maksimalnya terjadi pada tahun ke empat. Maka dari itu untuk menyelamatkan kepemimpinan pada tahun keempat mau tidak mau harus segera melakukan perubahan mumpung masih ada di puncak.

Keuntungan melakukan perubahan saat dipuncak, dapat memperkecil dampak krisis yang diakibatkan oleh perubahan. Setiap perubahan akan membuat posisi kepemimpinan kembali ke lembah, namun lembah yang tidak dalam. Kondisinya akan berbeda jika perubahan dilakukan saat posisi sudah di bawah, maka posisi lembah kepemimpinan akan semakin dalam dan bisa tenggelam dalam kehinaan.

Fakta, orang-orang Cina memiliki kepercayaan, untuk menjaga kerajaan bisnisnya tetap jaya, maka pada generasi keempat mau tidak mau, mereka akan melakukan perubahan. Alternatif perubahan yang bisa dilakukan adalah reorganisasi struktur birokrasi, meningkatkan target pencapaian atau pindah (hijrah). Pindah ini bisa diartikan pindah tempat, atau ganti haluan bisnis.

Salah satunya tindakan ini dilakukan oleh perusahan rokok H.M. Sampoerna. Pada pemilik perusahaan generasi keempat, perusahaan ini menjual seluruh aset perusahaan rokoknya ke Philip Moris, padahal produksi rokok saat itu sedang mengalami puncak kejayaan. Tetapi dengan kepercayaan yang mereka miliki, mereka memutuskan untuk beralih bisnis ke bidang konstruksi dan ritel. Sungguh sebuah keputusan yang berani namun hasilnya mereka tetap jaya, dimulai pada generasi ke satu dalam bisnisnya yang baru.

Maka berdasarkan hukum empat generasi ini, di masa kepemimpinan empat tahun, saya memutuskan untuk melakukan perubahan dengan melakukan hijrah, pindah tempat untuk mencari tantangan baru, dan membuat lembah baru dengan tujuan menyelematkan kepemimpinan di tempat asal dari ketergantungan, kejenuhan, dan konflik internal.

Keputusan ini diambil atas dasar pertimbangan pribadi berdasarkan pengetahuan dalil, teori, dan hukum yang saya ketahui, namun karena didasari oleh dalil, teori, dan hukum yang berlaku, maka sesungguhnya keputusan ini untuk kepentingan orang banyak. Jika saya egois, saya akan bertahan dan tidak peduli terhadap kondisi yang sudah tidak kondusif dan mulai muncul bibit-bibit konflik negatif.  

Dan keputusan ini sudah jadi takdir Tuhan. Setiap takdir Tuhan harus dibaca atas nama Tuhan. Takdir Tuhan selalu bertujuan untuk keharmonisan, dan kesejahteraan manusia agar tetap berada pada posisi puncak kejayaan.  Demikian semoga menjadi hikmah bagi kita semua. Wallahu ‘alam. 
    
(Muhammad Plato Follow @logika_Tuhan)

2 comments:

  1. saya sangat berterimakasih atas dedikasi bapak selama bertahun-tahun di tanah kelahiran, terlebih memberikan ilmu trutama mengenai konsep berpikir, yang sampai saat ini saya gunakan dan kembangkan. semoga dapat menciptakan puncak-puncak dari setiap lembah yg bapak tapaki.

    ReplyDelete
  2. alhamdulilah...semoga tanaman itu tumbuh subur sekalipun di tanah-tanah yang kering. tanaman itu adalah murid-murid yang berpikir dan bekerja keras di jalan Tuhan, Allah swt. amin.

    ReplyDelete