Saturday, January 14, 2017

MENIKAH TAK PERLU PESTA LAH


Oleh:
MUHAMMAD PLATO

Cukup menarik untuk disimak. Dalam kehidupan masyarakat, kita sering melihat berbagai fenomena pesta pernikahan. Pesta pernikahan bisa jadi sumber inspirasi kehidupan, bisa juga sumber malapetaka keluarga, kerabat, dan tetangga.

Sepulang dari undangan pernikahan, selalu saja ada hal yang dikomentari para undangan, seperti makanan yang kurang sedap, megah dan sederhananya pesta pernikahan, tempat yang nyaman atau sempit, dan parkir kendaraan yang sempit. Hal lain yang tidak luput dari komentar adalah tentang mas kawin yang diberikan pihak laki-laki kepada pihak perempuan, dan kualitas cindera mata yang diberikan kepada setiap tamu undangan. Pesta undangan jadi sumber gibah para tamu undangan.

Menarik juga untuk diperhatikan, dalam persiapan acara pernikahan, masalah internal antar keluarga mempelai lazimnya muncul dalam pembiayaan pesta. Dulu biaya pesta sepenuhnya ditanggung oleh pihak perempuan. Pihak laki-laki akan datang ke pesta dengan sejumlah bawaan yang sebanding dengan biaya kegiatan pesta. Pihak perempuan yang mengadakan pesta akan merasa puas bila jumlah bawaan sebanding dengan biaya pesta. Jika tidak, akan terjadi trending topik sampai perang saudara.

Sekarang, kondisi ekonomi berubah. Suatu tragedi terjadi, ketika pihak perempuan sudah menyiapkan pesta pernikahan dengan biaya besar, mempelai laki-laki datang dengan lenggang kangkung, berbekal seperangkat alat shalat dan beberapa gram emas. Pihak perempuan meradang karena pengeluaran biaya pesta tidak sebanding dengan jumlah barang bawaan yang dibawa mempelai laki-laki.

Sejak saat itu, kegiatan pesta pernikahan menjadi seperti kegiatan politik. Sebelum pelaksanaan harus dilakukan lobi untuk melakukan perjanjian tentang jumlah uang yang harus dikeluarkan oleh kedua belah pihak. JIka tidak terjadi kesepakatan, pernikahan akan diundur, atau akibat terjeleknya pernikahan bisa batal. Dampaknya antar keluarga jadi musuh bebuyutan.

Setelah sepakat  mengeluarkan sejumlah uang, kedua belah pihak saling mempertaruhkan dalam hal penggunaan anggaran pesta. Tidak sedikit kejadian pihak mempelai laki-laki merasa kecewa kepada pihak perempuan dalam hal tranparansi pengelolaan keuangan pesta. Mungkin nanti, untuk menjaga trasparansi pengelolaan keuangan pesta akan ada rapat penandatanganan MOU atau fakta integritas, seperti administrasi bantuan sosial dari pemerintah hehe…

Biaya pesta kini bertambah bengkak, karena sebelum acara pernikahan ada acara pre wedding. Acara ini diisi dengan photo-photo mesra sebelum menikah untuk dipampang di kartu undangan atau ruangan pesta. Banyak yang tidak tahu apa maksud dari acara pre wedding, padahal acara tambahan ini mengada-ngada, tidak penting, dan bersifat konsumtif. Acara pre weding ini hanya akal-akalan tukang bisnis. Satu-satunya pendekatan yang bisa menjelaskan secara rasional adanya pre wedding adalah keuntungan kapital yang memanfaatkan budaya masyarakat hedonis. 
Fenomena unik lain terjadi setelah pesta pernikahan berlangsung. Fenomena itu terjadi ketika bagi hasil dari uang pemberian undangan yang biasa dimasukkan ke gentong dikenal dengan uang gentong. Setelah pesta usai, uang gentong akan dihitung dan dibandingkan dengan jumlah total pengeluaran biaya pesta. Jika uang gentong melebihi jumlah biaya pesta maka kesimpulannya untung. Diakui pesta pernikahan zaman sekarang sudah berbau hukum ekonomi.


Pesta pernikahan juga ternyata punya dampak sosial. Seorang tetangga berkeluh kesah karena akses lalu lintas kendaraan diblokir total oleh tenda hajatan. Keluhan juga terdengar karena kondisi keuangan mengalami gangguan akibat terlalu banyak undangan pesta pernikahan. Sementara jika tidak datang ke undangan akan jadi sebab keretakan hubungan sosial. Akibatnya untuk menghindari rasa malu dan keretakan sosial, ada saja yang nekat datang ke pesta pernikahan dengan amplop tanpa nama, karena isinya kosong. Hehe…

Akhir pesta pernikahan juga, bisa jadi tidak prduktif. Seorang ponakan memaki-maki tantenya, gara-gara uang gentognya dapat sedikit dan pengelolaan catering pesta kurang memuaskan. Setelah itu tantenya dicurigai telah mengambil keuntungan dari acara pesta yang diadakannya. Hubungan silaturahmi pun terputus karena kedua belah pihak merasa menjadi orang yang di dzalimi.

Kisah sedih setelah pernikahan dialami pula oleh kedua mempelai. Setelah pesta pernikahan usai sebuah keluarga terjerat hutang, kemudian hutang tersebut dibebankan kepada kedua mempelai. Pasangan pengantin pun harus rela tinggal bertumpuk di perumahan mertua atau sewa rumah petak yang hanya selangkah ke wc, selangkah ke dapur, selangkah ke kamar dan selangkah ke ruang tamu, alias perumahan RSSSS.

Apakah pesta pernikahan suatu keharusan yang tidak boleh ditinggalkan? Selama ini aturan yang dipakai dalam pelaksanaan pesta pernikahan adalah standar kepantasan masyarakat. Alasan lain, mengikuti tradisi, malu sama tetangga, teman kerja, dan rekan bisnis. Pada kelompok tertentu, alasannya pesta menjadi prestise dan kebanggaan keluarga.

Dilihat dari berbagai sisi, saat ini melaksanakan pesta pernikahan bukan lagi kegiatan produktif. Mulai dari niat pelaksanaan, selama kegiatan, dan setelah kegiatan, pesta pernikahan sedikit mengandung manfaat bagi masyarakat luas.

Saatnya, konsep pesta pernikahan harus dikembalikan kepada niat sesungguhnya, tidak menggunakan pendekatan-pendekatan kapitalis. tapi mengarah pada kegiatan-kegiatan sosial dan agama. Pada prinsipnya pesta pernikahan adalah kegiatan bersyukur kepada Tuhan dari sebuah keluarga atas dipertemukannya jodo anak-anak mereka. Bersyukur pada prakteknya adalah mengeluarkan harta di jalan Tuhan untuk kesejahteraan masyarakat tanpa berharap balasan dari manusia.

Dengan niat bersyukur kepada Tuhan, tentu saja ke depan dalam pesta pernikahan tidak ada lagi logika keuntungan ekonomi yang bersifat materialis. Dalam bersyukur, logikanya seperti yang dijelaskan dalam kitab suci Al-qur’an surat Al-Baqarah ayat 261. Intinya barang siapa bersedekah sebutir gandum maka atas izin-Nya, Allah akan melipatgandakannya sampai 700 kali lipat. 

Tempat pesta pun harus berubah dari gedung-gedung mewah yang dihadiri kolega dikelasnya menjadi taman-taman yang dihadiri anak-anak yatim dan kaum dhuafa. Rasulullah saw. bersabda, “Seburuk-buruk makanan ialah makanan walimah di mana yang diundang hanyalah orang-orang kaya saja sementara orang-orang yang miskin tidak diundang. Dan barang siapa yang tidak memenuhi undangan, maka berarti ia telah berbuat durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya. (HR. Muslim). Mengacu pada ajaran agama, pesta pernikahan harus berdampak sosial dan produktif bagi masyarakat maupun kedua mempelai. Pesta pernikahan juga harus bernilai edukatif kepada masyarakat, mengajarkan kita semua selalu peduli kepada kelompok-kelompok marjinal.

Jika niat bersyukur dalam pesta nikah tidak bisa Anda wujudkan, maka direkomendasikan tidak usah ada pesta pernikahanlah. Hal terpenting acara pernikahan adalah akad nikah, karena itu akan menghalalkan seluruh kehidupan kedua mempelai. Rasululla saw bersabda: "Sesungguhnya syarat yang paling patut dipenuhi ialah syarat yang menghalalkan kemaluan untukmu." Muttafaq Alaihi”

Kemudian setelah sah menikah, perintah Rasulullah saw adalah "Sebarkanlah berita pernikahan." (HR. Ahmad). Di saat sekarang untuk menyebarkan pernikahan, cukup beli kuota 50 ribu, dan upload di media sosial. Seluruh dunia akan mengetahui bahwa anda telah syah menikah. It’s just so simple. Kalau pihak keluarga punya uang, gunakan untuk investasi atau kredit rumah kedua mempelai untuk memuliakan wanita yang sudah jadi istri. Wallahu ‘alam.

(Penulis Master Trainer @logika_Tuhan)

No comments:

Post a Comment