Saturday, January 21, 2023

LOGIKA ALAM DAN LOGIKA TUHAN

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Penjelasan kali ini, akan membantu para pembaca memahami perbedaan logika alam dengan logika Tuhan. Di lapangan banyak terjadi miskomunikasi, logika Tuhan disangkanya akan menjadikan manusia jadi Tuhan. Padahal pendapat itu hanya prasangka orang yang tidak memahami terminologi logika Tuhan. Logika Tuhan adalah produk pemikiran, sebuah karya intelektual dan ada penemunya. 

Oleh karena itu, orang tidak bisa memberi pandangan tentang logika Tuhan, tanpa mendengar penjelasan dari penemunya. Mereka yang menghakimi logika Tuhan tanpa mendengar penjelasan dari penemunya adalah perbuatan main hakim sendiri, yang akan berujung pada fitnah. 

Terminologi logika Tuhan adalah ilmu berpikir yang dilandasi oleh petunjuk dari Tuhan, yang bersumber dari Al Quran. Berbicara logika Tuhan, bukan hanya bicara kemampuan bernalar yang harus dimiliki, tetapi harus punya kemampuan menjelaskan dari mana sumber pemikiran dikembangkan. Berpikir dengan logika Tuhan, bisa jadi terdapat kesamaan dengan orang yang berpikir dari logika alam. 

Di dalam Al Quran dijelaskan, alam adalah Al Quran. "Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui" (Al An'aam, 6:97). 

Belajar berlogika dari alam hasilnya bisa sama dengan belajar logika dari Al Quran yang tertulis dalam kertas. Namun demikian dari sudut pandang sejarah, belajar logika dari alam informasinya didapat dengan penafsiran manusia dalam membahasakan apa yang terjadi di alam benda. Informasi yang dihasilkan sangat mengandalkan imajinasi tingkat tinggi, karena alam tidak bisa bicara seperti komunikasi manusia dengan manusia. Untuk menguji kebenaran hasil pemikiran di alam membutuhkan metodologi cukup panjang dan harus diuji berulang-ulang.   

Alam bisa berkomunikasi dengan manusia melalui simbol- simbol dan bunyi. Orang yang belajar logika dari alam seperti manusia purba yang belajar bertahan hidup tanpa tulisan. Kemampuan manusia purba yang tidak kenal tulisan hanya dibesarkan dengan belajar dari alam mengalami keterlambatan dalam berpikir. 

Bahasa alam dapat dipahami jika orang konsentrasi dalam jangka waktu lama melakukan penelitian. Bahasa alam berdasarkan teori komunikasi cenderung bersifat high context, bisa dipahami dan dijelaskan oleh orang-orang yang memang ahli berpikir. Untuk memahami logika alam, mereka harus punya kemampuan dan kapasitas sebagai ilmuwan tertentu. Filsuf-filsuf hadir sebagai ahli logika dari alam. Hasil pemikiran-pemikiran para filsuf bisa jadi pola pikir yang dikehendaki oleh Tuhan, bisa jadi pemikiran mereka berlebihan sehingga tidak dikehendaki Tuhan.

Memahami logika Tuhan, keunggulannya adalah orang-orang diajak mengenal paragraf, kalimat, kata, dan tanda baca, yang teruji dan diyakini dikabarkan langsung kepada manusia utusan Tuhan melalui bahasa yang dipahami manusia. Memahami kitab suci dalam kalimat, informasi lebih cepat dicerna, dibanding dengan bahasa alam. Kitab suci dalam kalimat dan kata, mengandung bahasa low context dan high context.  

Terminologi logika Tuhan adalah berpikir dengan petunjuk Tuhan

Ada orang berpendapat bahwa semua kebaikan sudah pasti dari Tuhan, pendapat itu tidak salah, tetapi dia harus membuktikan apakah perkataan itu dari Tuhan atau hanya dari pengalaman. Jika pendapat itu diklaim dari Tuhan, maka orang tersebut harus mampu memberikan sumber rujukan spesifik pada kitab suci Al Quran. Perbedaan mendasar dari orang yang berlogika Tuhan dan alam terletak pada sumber logika yang dikembangkan. 

Apabila terjadi perbedaan sudut pandang, dalam logika Tuhan tidak ada klaim kebenaran dari sebuah pemikiran. Perbedaan pemikiran akan jadi khazanah ilmu yang akan terus diuji dalam dialog tak berkesudahan. Al Quran yang disampaikan dalam kalimat dan kata, manusia bisa lebih cepat menangkap pesan-pesan dari Tuhan, dan alam menjadi sarana untuk pembuktikan dari apa-apa yang dijelaskan oleh Tuhan. Wallahu'alam.

No comments:

Post a Comment