Friday, September 15, 2017

TAUHID AL MANTYQ

Oleh:
Muhammad Plato

 “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka,”. (Al-Baqarah, 2:3).

Firman di atas menetapkan bahwa di mana pun masyarakat berada selalu punya kepercayaan terhadap hal ghaib. Seharusnya kepercayaan kepada yang ghaib hanyalah kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah swt

Kepercayaan-kepercayaan masyarakat kepada yang ghaib selian Allah swt. seperti gulma di sawah yang dapat mengganggu pertumbuhan padi. Dengan demikian, keimanan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa sangat beresiko menyimpang (syirik). Budaya menghormati makhluk-makhluk gaib selain Allah swt  bisa mengendalikan prilaku masyarakat. Dalam ilmu tauhid tidak boleh ada yang mengendalikan prilaku manusia kecuali Allah swt.

Seperti kita kenal, dalam budaya Jawa, makhluk-makhluk gaib ikut mengendalikan prilaku masyarakat. Dalam bukunya berjudul Agama Jawa, Clifford Geertz (2017) menjelaskan bagaimana masyarakat Jawa melakukan upacara-upacara ritual (slametan) untuk mengusir atau menghibur makhluk gaib agar tidak mengganggu kesehatan, keselamatan dan kebahagiaan masyarakat

Beberapa kepercayaan terhadap makhluk halus dikenal pada masyarakat Jawa. Percaya adanya Memedi laki-laki, dikenal genderewo dan memedi perempuan, dikenal we’we’. Ada juga lelembut yang bisa membuat orang sakit atau gila, dan tuyul makhluk halus anak-anak tukang mencuri uang. Sundel bolong adalah perempuan cantik yang telanjang, tetapi kecantikannya dicemari oleh adanya lubang di tengah punggungnya. Rambutnya hitam dan panjang sampai ke pantat, hingga menutupi lubang punggungnya.

Ada juga danyang, dia adalah makhluk halus roh dari para sesepuh desa yang telah meninggal. Sekalipun sudah meninggal mereka dipercaya masih aktif mengurus dan memelihara desa.

Makhluk-makhluk halus ini sangat umum dikenal masyarakat Jawa, dan menyebar ke masyarakat luar Jawa dari mulut ke mulut yang memercayainya. Kepercayaan ini telah mengendalikan prilaku masyarakat. Setiap anggota masyarakat Jawa melakukan slametan-slametan dengan ritual-ritual tertentu sesuai dengan keinginan demit. Mereka percaya bahwa demit-demit dapat mengabulkan permintaan manusia dan setelah itu manusia harus memenuhi permintaan demit 

Dalam kepercayaan ini, keyakinan masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa telah mengalami penyimpangan, karena rasa takut dan taat masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa bergeser, bukan kepada Tuhan tetapi kepada demit, atau lelembut yang mereka percayai. Tindakan-tindakan ritual tidak lagi didasari oleh perintah Tuhan seperti dalam kitab suci, dan sunnah Nabi Muhammad, saw tetapi berdasar pada perintah demit yang mereka percayai.

Prilaku masyarakat Jawa ini, tidak dapat diterima oleh akal, jika kita kaitkan dengan perintah Tuhan, bahwa manusia hanya boleh takut, memohon, berharap, dan meminta, pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Maka kepercayaan-kepercayaan masyarakat kepada makhluk halus tidak dapat diterima oleh akal sehat dalam agama monotheis.

Komitmen ketauhidan keimanan kepada satu Tuhan diperintahkan dalam kitab suci. “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” (Al-Fatihah, 1:5). Dan hanya kepada Allah saja tempat segala sesuatu bergantung. “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu”. (Al-Ikhlash, 112:2).

Tidak boleh ada yang mendominasi manusia kecuali Tuhan. Segala tindakan manusia, perbuatan manusia, rasa takut, harapan, semuanya harus digantungkan atas nama Tuhan saja. Yang ghaib yang boleh disembah, diminta pertolongan, dan ditakuti hanyalah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada makhluk ghaib selain Allah swt, yang perlu ditakuti.

Siapa yang meyakini bahwa sebab kejadian terjadi dari selain kehendak Tuhan, maka dia telah menyimpang dari kemurnian tauhidnya. Siapa yang melakukan sebuah tindakan didorong bukan atas dasar perintah Tuhan Yang Esa, maka dia telah menyimpang dari ketauhidan (kyakinannya kepada satu Tuhan). 


Inti dari Tauhid Al Mantiq adalah menjaga pikiran untuk tetap menjadikan Allah swt sebagai sebab utama dari segala kejadian. Sedangkan segala sebab yang terjadi di alam adalah rangkaian ketentuan yang diciptakan oleh Tuhan agar manusia bisa memahami kehidupan. Wallahu ‘alam

(Penulis Menulis Buku Sukses dengan Logika Tuhan JIlid 2)

No comments:

Post a Comment