Sunday, June 17, 2018

ILMU DASAR PENDIDIKAN

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Ilmu dasar pendidikan ini, tidak akan ada dijelaskan di bangku kuliah. Bangku kuliah ilmu pendidikan, pola pikirnya masih sekuler. Tidak akan mengajarkan ilmu sumbernya dari kitab suci. Al-Qur’an diakui oleh para teolog, dan kristolog keasliannya mencapai 100 persen. Sedangka kitab suci agama lain, keasliannya hanya 10-15 persen saja.

Untuk meyakini lebih yakin tentang kebenaran kitab suci Al-Qur’an, dunia ilmu pengetahuan adalah sarananya. Termasuk di dunia pendidikan, kita bisa membuktikan bahwa kebenaran-kebenaran ayat dalam kitab suci Al-Qur’an bisa buktikan. Untuk itu, teori-teori pendidikan harus dilandasi oleh nilai-nilai yang terkeandung dalam kitab suci.

Dunia pendidikan yang dilandasi nilai-nilai ajaran hidup dari kitab suci Al-Qur’an punya kemungkinan untuk berhasil. Keberhasilan bukan hanya diukur dari prestasi akademik peserta didik, tapi sekaligus dari peningkatan akhlak para pendidik. Pendidikan yang didasari dari nilai ajaran Al-Qur’an membangun akhlak dari dua sisi yaitu pendidik dan peserta didik. Inilah konsep pendidikan yang bermanfaat untuk semua kalangan dan berlaku sepanjang zaman.

Mengacu kepada tujuan pendidikan nasional, ada 10 kompetensi yang harus dikembangkan yaitu mewujudkan peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cerdas, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang esa adalah dua kompetensi yang harus menjiwai seluruh kompetensi selanjutnya. Tujuan pendidikan ini sudah memberi isyarat bahwa keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan menjadi bagian terpenting dan mendasar.

Pada kenyataannya, kompetensi mendasar ini selalu terabaikan oleh tujuan-tujuan praktis duniawi. Hasilnya pendulum selalu bergoyang ke arah kecerdasan intelektual. Pendidikan agama yang dibatasi dengan mata pelajaran, menjadi pelajaran yang hanya menguji pengetahuan dengan lomba-lomba layaknya kompetisi dalam rangka mencari prestasi akademik.

Pengakuan adanya pengembangan kompetensi beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang esa, seyogyanya tidak ditandai dengan adanya pelajaran agama dalam kurikulum saja, tapi harus didesain dalam kegiatan penanaman akhlak beragama dalam bentuk ritual (hulu), sampai ke akhlak dalam kehidupan sehari-hari (hilir).

Landasan dasar dari pendidikan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yag esa, dapat kita rujuk dari informasi dalam kitab suci Al-Qur’an. Ada dua konsep dasar yang harus diutamakan dalam pendidikan. Pertama adalah mengajarkan tentang keimanan kepada Tuhan yang esa; kedua, pengajaran dalam bentuk perintah berinteraksi sosial, diawali dengan berbuat baik kepada ibu bapak.

Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar". Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Luqman, 31:13-14).

Implementasi pendidikan keimanan dan ketakwaan di lingkungan pendidikan adalah dengan membiasakan ritual keagamaan, dalam Islam ritual shalat. Pembiasaan ritual shalat memiliki tujuan untuk menjadikan Tuhan yang esa sebagai satu-satunya Tuhan tempat berharap, dan mohon pertolongan dari segala permasalahan hidup. Shalat juga bertujuan membangun visi masa depan peserta didik dengan pembacaan doa berulang-ulang pada saat sujud.

Program shalat dhuha 12 rakaat dan ceramah motivasi spiritual setiap hari di lapangan adalah upaya penanaman nilai religius sebagaimana Lukman mengajarkan keimanan kepada Tuhan yang esa pada anaknya. Shalat dhuhur dan ashar berjamaah adalah pengulangan agar ritual visi dan semangat kebersamaan tetap terbangun.

Ceramah motivasi spiritual adalah upaya input pengetahuan, agar pemahaman konsep shalat dari tataran ritual sampai aksi dalam kehidupan sehari-hari disadari. Hal ini bertujuan agar kebiasaan ritual shalat tidak hanya pembiasaan fisik, tetapi harus menjadi bagian dari mindset dan jadi motivasi instrinsik setiap peserta didik.

Pembiasaan shalat lebih massif dengan membuat buku kontrol shalat lima waktu, yang harus diparaf oleh orang tua siswa. Buku kontrol ini bertujuan membangun kejujuran dan membangun komunikasi peserta didik dengan orang tua, dan sebagai upaya sekolah melibatkan orang tua dalam pendidikan karakter.

Kita semua akan merasa kecewa, jika dibuka data hasil survey secara acak terhadap anak-anak SMA di setiap kelas tentang siapa yang melaksanakan shalat lima waktu secara disiplin. Hasilnya hanya 5-7 orang peserta didik di tiap kelas yang melaksanakan shalat secara disiplin. Padahal usia mereka ada di rentang 16-21 sudah memiliki rasionalitas, dan keterampilan mengambil keputusan dalam kapasitasnya sebagai manusia beragama.

Kita selama ini tidak sadar, bahwa inilah faktor penyebab kemiskinan absolut kita. Coba saja kita pikirkan! Dari segi kekayaan alam, apakah kelebihan Mekkah dan Madinah? Penduduk di dua kota ini hanya rutin berjamaah mengerjakan shalat secara disiplin. Ini pertanda bahwa shalat punya efek terhadap kesejahteraan masyarakat.

Maka dari itu, shalat jangan hanya dipandang sebagai kegiatan ibadah ritual. Shalat adalah pondasi dasar pendidikan yang bisa mengaktifkan seluruh kompetensi peserta didik. Shalat adalah upaya menghidupkan otak spiritual peserta didik agar seluruh komeptensi peserta didik bekerja.

Secara holistis, shalat punya efek pada peningkatan kemampuan intelektual, emosional,  finansial, sosial, dan karakter peserta didik. Shalat adalah pondasi yang akan mengantarkan sukses para peserta didik secara holistis.

Inti dari shalat adalah mengesakan Tuhan dan menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya sebab segala kejadian dan pemberi pertolongan. Segala kejadian dari Tuhan tidak akan baik, tanpa berbuat baik pada sesama, yang pertama pada kedua orang tua. Inilah ilmu dasar pendidikan yang harus dijaga untuk menjaga mindset masyarakat Indonesia sepanjang masa. Wallahu’alam.

(Penulis Master Trainer logika Tuhan)

No comments:

Post a Comment