Friday, June 15, 2018

PESAN HARI RAYA DI HARI RAYA

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Puji syukur kepada Allah, yang telah melimpahkan ilmu kepada kita. Sungguh keberkahan bagi kaum muslimin, hari raya idul fitri tahun 1439 H. jatuh pada hari Jumat. Hari Jumat adalah hari raya umat Islam, hari penuh berkah. Hari raya idul fitri di hari Jumat adalah hari raya di atas hari raya, semoga kaum muslimin mendapat limpahan berkah dari Allah swt.

Setelah berkumpul di lapangan,  kembali berkumpul di masjid untuk melaksanakan shalat Jumat dengan penuh rasa bahagia. Shalat Jumat yang dilakukan dengan dua kali adzan adalah ciri khas Jumatan di kampung saya. Setelah adzan pertama, semua jamaah berdiri melaksanakan shalat sunat dua rakaat sambil merapatkan dan merapikan shaf.

Setelah selesai shalat sunat dua rakaat bersama-sama, ketika khatib akan naik mimbar akan ada seorang petugas (muroqi), yang menyampaikan pesan dan doa untuk jamaah. Pesan yang disampikan oleh muroqi adalah hadis riwayat Abu Hurairah ra., yang disampaikan dalam bahasa Arab, sehingga kebanyakan jamaah tidak paham isinya. Orang-orang dewasa sedikit sekali yang paham, apalagi anak-anak.

Ketika berkesempatan berhari raya idul fitri di kampung pada hari Jumat, saya menikmati nostalgia masa kecil di kampung. Seperti biasa muroqi menyampaikan pesan hadis Abu Hurairah ra., sebelum imam naik mimbar dalam bahasa Arab, yang artinya:


“Wahai golongan kaum muslimin dan kaum mukmin, semoga Allah senantiasa memberikan rahmat-Nya kepada kamu sekalian. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwasanya beliau berkata, Rasulullah saw. bersabda: ketika kamu berkata “ansit” kepada temanmu pada hari jum’at (shalat Jum’at), sedangkan khotib sedang berkhutbah, maka kamu telah melakukan hal yang sia-sia. Barang siapa melakukan hal sia-sia, maka tidak ada jum’at baginya, maka PERHATIKAN, DENGARKAN, DAN TA’ATILAH, semoga Allah memberikan rahmat kepada kamu sekalian”.  

Hal yang mengagetkan dan menyedihkan ketika itu adalah setelah muroqi memnyampaikan isi pesan dari hadis Rasulullah riwayat Abu Hurairah ra., yang isinya seperti di atas, sambil duduk di shaf pertama, muroqi ngobrol dengan teman sebelahnya padahal khotib sudah mulai ceramah. Jum’atan pun riuh rendah oleh obrolan anak-anak maupun dewasa dari belakang seperti raungan laron terbang.

Inilah potret kegagalan umat Islam yang sulit mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Dari mana pangkalnya? Hal pertama adalah para jamaah tidak mengerti karena yang disampaikan muroqi dalam bahasa Arab, dan muroqi sendiri tidak paham apa yang disampaikan.

Inilah pesan hari raya di hari raya. Kondisi ini harus segera di akhiri. Permasalahannya adalah pesan informasi penting dari Al-Qur’an dan Hadis tidak sempurna sampai kepada jamaah. Setiap shalat Jum’at, jama’ah selalu gagal fokus, sia-sia, dan akibatnya rahmat Allah tidak turun kepada kita semua.

Penyebab gagal fokus selama ini ada dua; pertama, jamaah tidak paham bahasa Arab. Jama’ah yang tidak paham bahasa arab, bisa diantisifasi oleh para khatib agar menjelaskan pesan-pesan Al-Qur’an dan hadis secara rinci dan detil dalam bahasa logika yang bisa dipahami. Tema-tema khutbah Jum’at, harus kembali pada kebutuhan dan permasalahan dunia dan akhirat umat.

Masalah kedua, jamaah tidak paham adab dalam mencari ilmu, padahal ilmu adab dalam mencari ilmu disampikan setiap hari Jumat oleh muroqi. Ilmu adab mencari ilmu ini oleh muroqi selalu diulang-ulang sebanyak tiga kali, yaitu ketika khotib sudah menyampiakan khutbahnya, PERHATIKAN, DENGARKAN, DAN TAATILAH.

Ketiga adab jamaah dalam shalat jum’at di atas, pada hakikatnya tidak hanya berlaku pada shalat Jum’at, tetapi berlaku pada majelis-majelis ilmu, dan musyawarah. Sesungguhnya rahmat Allah itu adalah ilmu pengetahuan yang kita dapatkan setiap hari Jumat, juga di majelis-majelis ilmu dan musyawarah jika kita memperhatikan, mendengar, dan menaatinya. Di masyarakat Jepang, adab ini terpelihara dengan baik di setiap majelis ilmu dan musyawarah karena diajarkan sejak taman kanak-kanak. Mereka tidak diajari hadis dan Al-Qur'an.  

Inilah pekerjaan besar umat Islam agar terus meningkatkan kualitas pemahaman keagamaannya mulai dari memahami pesan Al-Qur’an dan hadis, kemudian mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengajarkan pesan-pesan isi Al-Qur’an dan hadis dibutuhkan bahasa-bahasa logika sederhana yang mudah dipahami oleh semua kalangan. 

Berhari raya di kampung sangat menyenangkan, bisa bertemu teman sekolah dan teman bermain. Hal yang paling membahagiakan ketika pulang kampung adalah bisa shalat berjamaah di masjid, sambil bertemu guru ngaji, tetangga, dan keluarga sekampung.

(Penulis Master Trainer logika Tuhan) 

No comments:

Post a Comment