Wednesday, June 27, 2018

MUHASABAH POLITIK

Oleh : MUHAMMAD PLATO

Hiruk pikuk kampanye pemilukada serentak  telah usai. Hari-hari tenang harus kita isi dengan muhasabah politik. Segala usaha telah dilakukan oleh para kontestan, hasilnya tinggal berserah diri kepada tuhan.

Pada saat kampanye pemilukada, pikiran, tenaga, dan dana dikuras untuk memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Setelah masa kampanye usai, saatnya menguras kekuatan jiwa untuk berserah diri kepada tuhan.

Jiwa para kontestan, pendukung, simpatisan, dan masyarakat harus siap menerima, apa pun yang terjadi adalah kehendak Tuhan. Setiap kejadian yang dibaca atas nama Tuhan, itu adalah kebaikan untuk semua.

Berdasarkan apa yang kita lihat, setelah pemilukada usai pasti ada kelompok yang dimenangkan dan dikalahkan. Tetapi bagi jiwa-jiwa yang diberkahi tuhan, tidak akan ada kelompok yang dimenangkan dan dikalahkan karena kalah atau menang bukan dari apa yang dilihat, tetapi dari jiwa-jiwa yang tenang dalam menyikapi setiap kejadian.

Pemilukada bukan ajang persaingan antara baik dan buruk. Pemilukada adalah ajang muhasabah diri. Saling menguji kemampuan dihadapan Tuhan, untuk menjadi yang terbaik dihadapan Tuhan. Orang-orang terbaik dihadapan Tuhan tidak dilihat dari siapa yang menang dan kalah dalam pemilukada, tapi Tuhan melihat siapa yang paling baik akhlaknya dalam menyikapi kejadian setelah pemilukada.

Seorang supir ternyata memiliki pemikiran luar biasa terhadap dunia politik. Diam-diam dia melihat fakta kehidupan politik yang tidak sesuai dengan kehendak hatinya. Bagi dia, pemilu atau pun pemilukada adalah hanya ajang untuk menentukan siapa yang dipilih oleh rakyat secara sah untuk memimpin lima tahun ke depan.

Pada saat menjelang pemilihan, setiap calon boleh bersaing untuk menjadi yang terbaik. Namun setelah pemilihan usai semua harus kembali bersatu untuk memberi kesempatan kepada yang terpilih untuk melaksanakan tugasnya sampai masa kepemimpinan lima tahun selesai. Lima tahun berikutnya adalah masa  rakyat untuk mengevaluasi, apakah dilanjutkan atau memilih pemimpin baru?

Saya kecewa seloroh Supir. Jika setelah pemilihan selesai, kelompok-kelompok pendukung masih terkotak-kotak karena kecewa calonnya tidak terpilih, kapan bangsa ini mau maju? Kapan pemimpin-pemimpin bisa dengan serius melaksanakan tugasnya, jika kritik-kritik yang dilontarkan hanya untuk kepentingan-kepentingan kelompok bukan kepentingan masyarakat.

Jikalau para pemimpin dan seluruh masyarakat berpola pikir seperti Supir, penulis punya keyakinan bangsa ini bisa lebih cepat mengalami kemajuan. Setelah terpilihnya pemimpin, yang diharapkan masyarakat adalah layanan kesejahteran, kedamaian hidup dan berjalannya roda pembangunan.

Pemilu adalah salah satu bentuk musyarawah, untuk mencari suara terbanyak sebagaimana diamanatkan oleh Nabi Muhammad saw. dalam mengambil keputusan. Nabi Muhammad saw. juga mengajarkan bahwa setelah musyawarah usai, semua harus tunduk kepada hasil musyawarah. Tidak ada yang dapat membatalkan hasil musyawarah, kecuali melalui musyawarah.

Setelah pemimpin terpilih, kewajiban yang harus dilaksanakan oleh semua pihak selain taat pada hasil musyawarah, juga taat kepada keputusan-keputusan pemimpin. Pada masa kepemimpinan berlangsung, perbedaan pendapat, kritikan, dialamatkan untuk memperbaiki, memberi solusi bukan untuk menjatuhkan merendahkan martabat pemimpin. Martabat bangsa ada di para pemimpin yang dijunjung tinggi marwahnya oleh rakyat.

Masyarakat harus bersabar mengikuti segala kebijakan. Penentangan terhadap pemimpin adalah sumber munculnya permasalahan bangsa. Para penentang pemimpin diganjar oleh Tuhan sebagai golongan fasik. Ketaatan pada pemimpin sekalipun pemimpin dzalim harus tetap terjaga dengan penuh kesabaran, sebagaimana dianjurkan Nabi Muhammad saw. Hal ini punya makna agar masalah bangsa tidak melebar ke seluruh lapisan masyarakat. Kesalahan-kesalahan kebijakan hanya boleh terjadi di tingkat pemimpin, agar kelak pergantian pemimpin berjalan lancar dan kondisi masyarakat tetap normal. Wallahu ‘alam.

(Penulis MASTER TRAINER LOGIKA TUHAN)

No comments:

Post a Comment