Thursday, December 6, 2018

PENGETAHUAN ADALAH EKSISTENSI


OLEH: MUHAMMAD PLATO

            Kawan-kawan saya coba jelaskan pemikiran Plato, yang dijelaskan oleh Bertrand Russell. Sebenarnya apa yang dikatakan mereka tentang eksistensi Tuhan, dalam bentuk particular. Filsafat Barat kalau kita pahami bersumber pada Tuhan yang absolut, hanya saja mereka jarang menyebutkan kata Tuhan, karena lebih senang bermain dalam tataran partikular (duniawi). Itu opini saya. Coba kita lihat saja penjelasannya di bawah. Insya Allah tidak akan musyrik, justru kita akan belajar untuk lebih mengenal Tuhan.

Plato berpendapat, “Mereka yang bisa melihat yang absolut, abadi, dan tak berubah bisa dikatakan mengetahui”. Orang yang memiliki pengetahuan berarti memiliki pengetahuan tentang sesuatu yang eksis, sebab sesuatu yang tidak eksis berarti tidak ada. Jadi pengetahuan tak mungkin salah, sebab secara logis tidak mungkin keliru. Sedangkan opini bisa keliru. Opini tidak mungkin tentang yang tak eksis, sebab itu mustahil; tidak mungkin pula tentang apa yang eksis, sebab ini adalah pengetahuan. (Russell, 2016, hlm.164).

Mungkin sedikit pusing juga memahami makna filosofis penejelasan di atas. Baik saya akan sedikit memberi pemahaman tentang apa beda pengetahuan dengan opini. Eksistensi alam semesta hakikatnya adalah pengetahuan. Muasal dari semua pengetahuan adalah Tuhan. Pengetahuan bersama pemeliharanya yaitu Tuhan. Manusia bukan pemilik pengetahuan, tetapi dia pencari pengetahuan. Manusia-manusia pencinta pengetahuan pada akhirnya akan bermuara kepada Tuhan.

  Setiap opini manusia adalah pasti didasari pengetahuan, tetapi manusia tidak mungkin memahami pengetahuan itu sendiri. Pengetahuan tidak mungkin keliru, maka yang keliru adalah opini manusia. Pengetahuan dalam opini manusia menjadi objek partikular, karena manusia hidup dalam ruang dan waktu. Sesuatu yang partikular senantiasa mengandung sifat berlawanan.

Analogi lain yang menjelaskan pengetahuan adalah eksitensi, dijelaskan dalam kisah gua dan liang. Mereka yang tidak memiliki pengetahuan diibartakan seorang narapidana (manusia terbatas) berada dalma liang gua. Mereka melihat ke dalam gua, samping kiri kanan dinding gua. Sementara di belakang mereka ada api yang menyala. Mereka hanya bisa melihat bayang bayang dirinya sendiri, serta bayangan benda-benda di belakang mereka, yang dipantulkan pada dinding gua oleh cahaya api.  Mereka menganggap bayang-bayang itu adalah kenyataan, dan dan tak punya pengertian benda-benda yang menjadi sumber bayang-bayang. Pada akhirnya dia akan lolos keluar dari gua menuju dunia terang, dan untuk pertama kalinya dia melihat yang nyata dan sadar bahwa sebelumnya dia tertipu oleh bayang-bayang. Ketika kembali kepada teman-temannya yang masih terjebak dalam gua, kemudian menjelaskan tentang kebenaran, di mata teman-temannya ia akan tampak menjadi lebih bodoh dari sebelum ia bebas. (Russell, 2016, hlm, 170).

Manusia yang hidup di muka bumi, seperti narapidana yang ada dalam gua. Mereka hidup diliang sempit yang gelap gulita. Atas cahaya-Nya mereka bisa melihat benda-benda. Mereka tidak sadar bahwa benda-benda yang dilihat adalah bayang-bayang Nya. Mereka tidak bisa mengenali cahaya dan siapa pemilik bayang-bayang. Mereka akan keluar dari gua ketika mengenali cahaya dan pemilik-Nya. Orang-orang yang sudah mendapat pencerahan (Pemimpin) akan berusaha memperkenalkan siapa pemilik cahaya sebenarnya  kepada mereka yang masih tinggal di dalam gua, tapi yang di dalam gua, mereka kesulitan untuk memahaminya karena pandangan mereka yang kaku. Mereka hanya bisa melihat ke depan akibat rantai yang membelenggunya. Rantai yang membelenggu itu adalah pandangan keduniawian akibat terlalu lama dirantai dalam gua.

Inti dari pemikiran Plato adalah manusia harus cinta pengetahuan. Artinya, Tuhan yang absolut bisa eksis dalam jiwa manusia yang berpengetahuan. Plato ingin menyampaikan kepada manusia bahwa mengetahui yang absolut adalah visi tertinggi bagi perjalanan hidup manusia. Tuhan sebagai pemilik pengetahuan absolut bisa ditemukan oleh manusia yang bisa keluar dari liang gua, dan menyadarinya bahwa manusia tidak bisa menemukan kebenaran tanpa bantuan dari Sang Pemilik Pengetahuan. Untuk itulah, Tuhan menurunkan manusia yang telah memiliki pencerahan, berjiwa pemimpin, untuk membimbing manusia ke pada cahaya Tuhan.

Sayang manusia-manusia sudah banyak terjebak di lubang gua dan lehernya sudah terbelenggu oleh rantai sehingga pandangannya tidak fleksibel dan hanya melihat satu arah ke arah bayang-bayang mereka sendiri dan benda-benda yang ada di belakangnya. Para pemimpin (yaitu Nabi), yang membawa pengetahuan (pencerahan) dari Tuhan, dianggap orang-orang bodoh dan lebih bodoh dari mereka. Maka dari itu pesan dari Tuhan, Para Nabi, dan Plato, manusia harus bisa melihat yang absolut dan abadi dengan terus menggali pengetahuan. Wallahu’alam.  
(Penulis Master Trainer @logika_Tuhan)

No comments:

Post a Comment