Wednesday, December 26, 2018

PENAMPAKKAN DI GUNUNG KRAKATAU

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Sejarah mencatat bahwa tahun 2010, gunung Merapi sebagai gunung teraktif di dunia memuntahkan isi perutnya ke bagian wilayah Jawa Tengah, dan Jogjakarta. Awan panas (wedhus gembel) membakar ladang-ladang dan rumah-rumah warga. Mereka tidak sempat menyelamatkan diri, takdir hidupnya berakhir oleh sengatan awan panas ribuan derajat celcius. Abu ledakan Gunung Merapi berterbangan menjangkau radius 500 KM ke bagian barat pula Jawa.

Baru saja lepas dari bencana gunung Merapi, di akhir penghujung tahun 2010, gunung Bromo di Jawa Timur menunjukkan aktivitasnya menyemburkan abu vulkanik. Walaupun letusannya tidak sedahsyat letusan gunung Merapi, abu vulaknik yang disemburkan gunung Bromo merubuhkan rumah dan menutupi tanaman-tanaman milik para petani hingga tidak bias produksi. Abu yang dihasilkan dari letusan gunung Bromo merugikan para petani karena gagal panen dan pasokan kebutuhan bahan pokok menjadi terhambat, harga-harga barang melambung tinggi.

GUNUNG KRAKATAU MELETUS KARENA TUHAN MENAMPAKKAN DIRI KEPADA GUNUNG
Sejarah telah mencatat, tahun 1883 telah terjadi letusan dahsyat gunung Krakatau, yang menyebabkan ribuan orang jatuh korban. Akibat bencana meletusnya gunung Kratakatau, masyarakat Banten sangat terkena dampakanya. Sawah-sawah mereka hilang menjadi gersang akibat letusan abu vulkanik gunung Krakatau. Hampir 200.000 nyawa melayang, wabah penyakit, dan hewan-hewan mati terserang penyakit. Kondisi ini membuat masyarakat Banten hidup dalam kesengsaraan. (Kartodirdjo, 2015).

Sejarah gunung krakatau berulang, akhir tahun 2018, anak gunung Krakatau meletus menyebabkan tsunami dan memakan korban ratusan orang. Tsunami terjadi tiba-tiba, disaat orang-orang sedang lengah. Tsunami akibat letusan gunung Krakatau bergerak tidak terdeteksi.

Dalam sejarah spiritual, gunung membawa  pesan untuk manusia. Pesan itu bisa kita tangkap dari fakta sejarah di dalam kitab suci Al-Qur’an, “Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan”. (Al A’raaf:143). Dari fakta ini, kita pahami bahwa letusan gunung disebabkan oleh penampakkan Tuhan kepada gunung, lalu gunung hancur (meletus) meluluhlantakkan segala apa yang ada di permukaan bumi. Manusia yang menyaksikan dan merasakan dahsyatnya letusan gunung, meratap memohon ampun kepada Tuhan. 

Lalu apa sebab Tuhan menampakkan diri kepada gunung? Dalam Al-Qur’an dijelaskan, “Dan sesungguhnya mereka telah membuat makar yang besar padahal di sisi Allah-lah (balasan) makar mereka itu. Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya”. (Ibrahim:46). Makar-makar manusia menyebabkan gunung hancur, dan memberi pesan kepada manusia agar kembali ke jalan benar dan tinggalkan segala perbuatan buruk.

Gunung punya ikatan kuat dengan kehidupan masyarakat. Dalam adat Jawa dan Sunda, gunung selalu dikaitkan dengan tempat-tempat suci. Pada kenyataannya banyak gunung yang dijadikan tempat suci. Di lingkungan masyarakat Jawa banyak dikenal tempat-tempat suci berkaitan dengan gunung seperti Gunung Kawi, Gunung Kemukus, dan Gunung Merapi. Walaupun berbau mitos dan kadang ada perbuatan syirik di dalamnya, dibalik penyucian gunung sebenarnya ada pesan spiritual yang sering tidak tersampaikan. Pesannya adalah gunung mewakili dari seluruh alam semesta yang harus kita rawat dan jaga kelestariannya untuk kelangsungan dan kesejahteraan hidup manusia. Gunung makhluk suci berfungsi sebagai pertanda, tempat atau media komunikasi antara manusia dengan Tuhan.

Untuk kelangsungan hidup manusia, gunung memiliki fungsi sebagai rumah tempat berlindung, (Al Araaf:74); sumber penghidupan, (Ar ra’d:3); sumber air, (An naml:61), pertahanan kemanan, (Thaahaa:80); menahan goncangan dan tempat berkembang biaknya segala jenis binatang (Lukman:10).

Meletusnya Gunung dapat kita renungi sebagai tanda manusia telah melampaui batas, dan harus kembali memperbaiki diri. Meletusnya Gunung adalah tanda bahwa Tuhan itu ada, menyaksikan dan memiliki ketentuan pasti. Tuhan telah menampakkan diri kepada gunung, untuk menyampaikan pesan, kembalilah kepada Tuhan mu agar hidup mu sejahtera. 

Lalu mengapa Tuhan menampakkan diri kepada gunung? Budaya hedonis, gila kekuasaan, pergaulan bebas, peredaran narkoba, prostitusi kekuasaan, pencemaran dan kerusakan lingkungan, telah menjadi kebiasaan. Kita telah bertindak sekehendak hati dan telah mengabaikan eksistensi Tuhan. Prilaku ini telah membuat gunung bereaksi takut kepada Tuhan.

Para leluhur  menyucikan gunung, bukanlah akal-akalan agar manusia berlindung kepada gunung. Penyucian gunung adalah cara orang-orang terdahulu, agar manusia menghargai dan menjaga keseimbangan alam untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan umat manusia. Terpeliharanya gunung dapat menjadi pertanda terpeliharanya kesejahteraan hidup manusia. Memperbaiki diri, dengan berikap jujur, adil, amanah, adalah cara manusia memelihara gunung dari kehancuran.

Nabi Muhammad SAW, diutus untuk menyempurnakan agama, agar ajaran-ajaran yang dibawa turun temurun dari para leluhur tidak jadi sumber penyimpangan. Untuk itu, sesuai dengan kemampuan berpikir manusia, Nabi Muhammad SAW diberi mukjizat Al-Qur’an sebagai al-Furqon, untuk membedakan mana yang benar dan salah.

Mitos adalah cara orang-orang terdahulu menyampaikan pesan Tuhan kepada manusia. Kini, zaman sudah berubah, ajaran-ajaran berbau mitos telah digeser dengan ajaran-ajaran yang bisa dijangkau oleh akal. Untuk itu, kitab suci Al-Qur’an diturunkan supaya dibaca, dipahami dengan akal dan pikiran manusia. Jika tidak, akan banyak manusia berpaling dari ajaran-ajaran Tuhan terjebak di dunia mitos, berbuat makar dan mengabaikan eksistensi Tuhan.  Mari, bertobatlah seperti Nabi Musa as. dan akhiri perbuatan makar itu. Wallahu ‘alam.

Master Trainer logika tuhan

No comments:

Post a Comment