Wednesday, June 24, 2020

MANUSIA SUMBU PENDEK

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Istilah manusia sumbu pendek dan sumbu panjang dikenal di masyarakat akhir-akhir ini. Istilah ini memisahkan antara karakter manusia buruk dan baik. Manusia sumbu pendek selalu dikaitkan dengan karakter manusia pemarah, pendengki, dan selalu negatif thinking. Manusia sumbu panjang dikaitkan dengan karakter manusia penyabar, penyayang, pemaaf, dan selalu positif thinking.

Manusia sumbu pendek proses berpikirnya sangat singkat. Jarak antara data dengan kesimpulan yang diambil sangat pendek. Berpikirnya lurus tanpa mempertimbangkan pemikiran-pemikiran dari orang atau kelompok lain. Risikonya kesimpulan-kesimpulan yang diambil selalu melenceng jauh dari fakta kejadian sesungguhnya.

Manusia sumbu pendek sangat mengandalkan penglihatan. Ukuran kebenaran yang dianut sangat terbatas pada apa yang bisa dibuktikan dengan penglihatan. Dia tidak suka membaca atau meneliti, seluruh hidupnya dipahami dengan mengandalkan pada penglihatan dan pendengaran langsung tanpa proses penelitian.

Manusia sumbu pendek memiliki ukuran kebaikan dan keburukan berdasarkan apa yang dirasakan dan apa yang dialami. Ukuran baik dan buruk ada di kehendak hatinya, tidak berdasar pada pengetahuan tentang kebenaran yang bersumber pada Tuhan. Manusia sumbu pendek berbicara dan bertindak berdasarkan apa yang disenanginya. Pikirannya tidak berpijak, semua yang dikemukakannya berdasarkan fantasi yang membuat dirinya senang.

“Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Tuhannya sama dengan orang yang (syaitan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya?” (Muhammad, 47:14).

Manusia sumbu pendek mengikuti jejak-jejak Fir’aun, yang berpandangan bahwa Tuhan telah menjelma menjadi manusia. Tuhan harus bisa dilihat. Akalnya menjadi sumber kebenaran bukan sebagai alat untuk mengetahui kebenaran. Pengetahuan dari kitab suci dianggap dongeng jika isinya tidak berpihak pada kekuasaan dan kedudukannya.

“(yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta". Demikianlah dijadikan Fir'aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir'aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian.  

Manusia sumbu pendek selalu berbeda pendapat dan tidak pernah menghargai pendapat orang lain. Kesenangan hadir bukan dengan mengendalikan diri tetapi mengendalikan orang lain. Sumber ketenangan hidupnya bukan datang dari dalam diri tetapi dari luar dirinya. Pikirannya selalu berusaha mengendalikan orang lain dan tidak pernah bisa bekerjasama dalam satu tim. Tanpa melihat posisi atau kedudukan dalam tim dirinya selalu menganggap paling benar.

Manusia sumbu pendek jika jadi pemimpin akan memerkosa rakyatnya demi kesenangan jiwanya. Dia akan jadi pemimpin dzalim dan menghalakan segala cara untuk melanggengkan kekuasaannya. Di bawah kepemimpinan sumbu pendek negara menjelma menjadi kehendak dirinya, sementara kehendak rakyat menjadi budaknya.

Manusia sumbu pendek adalah pengikut setan, yaitu mereka yang memandang baik perbuatan buruk dan memandang buruk perbuatan baik berdasarkan pandangannya. Pahalal pandangan baik dan buruk harus berdasar pada petunjuk Tuhan di dalam kitab suci Al-Qur’an.

Demikian sahabat beberapa kriteria manusia sumbu pendek yang bisa saya jelaskan. Lain kali akan saya jelaskan siapa manusia sumbu panjang. Wallahu’alam.  

No comments:

Post a Comment