Tuesday, June 15, 2021

KESADARAN MANUSIA

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Ketika kita lupa, lalu kembali ingat, siapakah yang memberi tahu? Jawaban tergantung pada pengetahuan masing-masing. Untuk menjawabnya butuh pengetahuan, kemudian pengetahuan akan diolah dengan hubungan sebab akibat hingga sampai pada suatu pemahaman.

Jika pertanyaan di atas kita hubungkan dengan informasi dari Al-Qur’an, “Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al ‘Alaq, 96:5). Apa kira-kira jawaban Anda? Mungkin jawaban Anda sama dengan saya, yang memberi tahu ketika kita lupa adalah Allah, karena Allah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Lupa adalah suatu kondisi dimana kita tidak mengetahui, maka ketika ingat, berdasarkan informasi ayat di atas Allah telah memberitahu.

Dari dialog di atas, kita sebenarnya hanya mendiskusikan suatu kejadian yang secara fisik tidak dapat kita saksikan. Lupa bentuk fisiknya tidak ada, dan Allah gaib, wujud Allah tidak bisa kita saksikan dengan kasat mata. Oleh karena itu, Allah ada dalam kesadaran ingatan manusia. Orang-orang beriman adalah orang yang ingat (sadar) bahwa dirinya diatur dan dikendalikan Allah. Tanpa kesadaran Allah akan tetap ada, tetapi manusia bisa ingat dan merasakan kehadiran Allah setiap saat dengan kesadaran. Jadi ukuran kesadaran manusia adalah ingat dan merasakan Allah mengatur segala kehidupan.

Ingat Allah adalah ukuran kesadaran manusia paling mendasar. Kesadaran manusia akan meningkat jika pengetahuan adanya ketentuan-ketentuan alam dan tujuan-tujuan hidup yang Allah tetapkan disaksikan dan dirasakan dalam kehidupan.  Kesadaran akan meningkat lagi dengan bentuk ketaatan kepada segala ketentuan hidup yang telah Allah tetapkan.

Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman". (Al A’raaf, 7:`43).

Kesadaran manusia bukan ketika dia mengenal siapa dirinya, tetapi ketika dia mengenal siapa Tuhannya. Kesadaran manusia diukur dari seberapa dekat manusia mengenal Tuhannya dan segala ketentuannya. Tuhan ada dalam kesadaran manusia yang selalu mengingat, menaati, dan merasa dekat dengan-Nya. Untuk itu, tujuan pendidikan mengajarkan kepada anak-anak agar mereka menjadi manusia sadar bahwa dirinya makhuk ciptaan Tuhan dan hidupnya telah ditetapkan dalam segala ketentuan-Nya.

Kesadaran manusia kepada Tuhan memiiki beberapa tingkatan. Beberapa ukuran kesadaran manusia ditentukan oleh seberapa banyak ingat Tuhan, seberapa taat kepada Tuhan, dan seberapa dekat dengan Tuhan. Maka Allah mengajarkan ayat-ayat bagaimana agar manusia sadar kepada Tuhannya. (Dia-lah) Tuhan masyrik dan magrib, tiada Tuhan melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung. (Muzzammil, 73:9).  

Kesadran selanjutnya yang harus ditemukan dan dirasakan manusia adalah, “Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum (mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah”. (Al Ahzab, 33:62).

Tingkat kesadaran manusia tertinggi adalah ketika seluruh hidupnya telah menjadi satu dengan Allah. “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (Thaahaa, 20:14). Total surrender adalah kesadaran para Nabi terhadap Tuhannya. Seluruh laku hidupnya sudah merasa sebagai kehendak Allah. Inilah manusia-manusia dengan kelas kesadaran paling tinggi yang menjadi teladan bagi umat manusia. Wallahu’alam.

No comments:

Post a Comment