Wednesday, May 6, 2015

OTAK DAN HATI = SUAMI DAN ISTRI



Sampai saat ini saya belum mendapat kesimpulan yang mana yang disebut dengan organ hati itu.  Beritan dari Al-Qur’an mengatakan bahwa hati  ada di dalam dada. “maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”. (Al Hajj:46).

Sebagaimana cara kerja otak, saya belum memiliki kejelasan tentang cara kerja hati. Jika otak bekerja dengan berlogika, maka hati bekerja dengan cara apa. Jika hati itu jantung maka tugas jantung adalah memompa. Jika hati adalah liver, maka fungsi liver adalah sebagai pusat metabolisme  (berperan dalam proses pemecahan dan pembentukan) gula, protein, dan lemak. Selain itu hati berperan dalam proses metabolisme obat-obatan yang kita minum, juga dalam pembentukan faktor pembekuan darah, dan menetralisir racun-racun yang ada di dalam badan kita. Kerja hati hanya bersifat teknis pengatur kebutuhan zat-zat yang dibutuhkan tubuh, tidak ada kaitannya dengan perasaan.

Namun banyak orang berpendapat bahwa hati adalah alat perasa. Padahal kalau kita menggunakan perasaan dalam memahami sesuatu, sama dengan menduga-duga, dan menduga-duga adalah pekerjaan dilarang karena sebagian praduga adalah salah.

Ada juga orang berpendapat bahwa hati posisinya masih serumah dengan otak. Pendapat itu jadi rancu ketika mengacu kepada penjelasan Al-Qur’an bahwa hati ada di dada. Saya sendiri pernah merasakan getaran atau gejolak di wilayah dada jika mendapatkan sesuatu yang istimewa.
  
Baiklah, untuk menjawab kepenasaran, kita gunakan logika analogi. Saya umpamakan, otak adalah suami dan hati adalah istri. Saya sepakat bahwa antara logika (otak) dan perasaan (hati) dua hal berbeda. Logika ada di kepala (otak) dan perasaan ada di dada (jantung?). 

Jika jantung adalah hati, sampai sekarang saya belum memahami bagaimana cara kerja jantung dalam melaksanakan tugasnya yaitu merasa. Itulah hal yang menjadi tanda tanya bagi saya sampai sekarang. Bagi saya siapa hati itu masih misteri.

Mengacu kepada peran suami dan istri, “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita)...”. (An Nisaa:34). Dari posisi laki-laki dalam wanita, saya mengambil pemahaman bahwa posisi logika (otak) adalah pemimpin, dan perasaan adalah yang dimpimpinnya.

Jika otak adalah pemimpin maka tugas dia adalah mencari pengetahuan, dan mengambil keputusan. Semua keputusan ada di otak. Hati tunduk pada keputusan otak. 

Namun sebaliknya, tugas otak sebagai pemimpin adalah memuliakan dan tidak boleh memnyakiti hati. Hati sebagai mana wanita, dia adalah pemberkah. Hati adalah pendidik sejati yang harus didengar nasehatnya. Hati adalah penyebab lahirnya otak cerdas.

Saya setuju dengan hadis Nabi saw. yang mengatakan jika rusak hatinya maka rusaklah seluruh jiwanya. Hadis ini menegaskan bahwa posisi hati seperti ibu, yang menjadi kunci keberhasilan untuk anak-anaknya. Ridhonya Tuhan adalah ridhonya ibu. Bunyi hadis di atas seirama dengan pernyataan, jika dalam sebuah negara didapati hancur akhlak perempuannya maka hancurlah negara itu.

Kesimpulannya, hati itu tidak pernah salah karena hati mengikuti segala keputusan yang diambil otak. Hati itu bisa jahat, jika otak memimpin hati kepada hal-hal yang jahat. Hati itu baik dan otak harus ikut mengajak hati kepada hal-hal yang baik. Merusak hati sama dengan memaksa hati untuk berbuat hal-hal yang buruk.
  
Solusinya, untuk membaikkan hati, otak harus diberi pengetahuan yang bersumber dari Tuhan (wahyu). Dengan demikian otak bisa memahami segala kejadian berdasar petunjuk Tuhan. Itulah mengapa kita harus berpikir (berlogika) berdasar pada pengetahuan (petunjuk) dari Tuhan. Hati akan menerima sekalipun berat, asal keputusan itu berasal dari petunjuk Tuhan. Wallahu ‘alam.

(Toto Suharya (Muhammad Plato), Penulis Buku Hidup Sukses Dengan Logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan).

1 comment: