Sunday, April 26, 2015

SUAMI PEMBAWA REZEKI BANYAK



Ini adalah sebuah kasus dalam rumah tangga bersumber dari dalam kerabat dekat saya. Suatu ketika percekcokan antara suami dan istri terjadi. Sang istri merasa terdzalimi karena Sang suami selalu memberi uang atau barang dalam jumlah besar kepada ibu dan bapak kandungnya tanpa memberi tahu terlebih dahulu Sang Istri. 

Sedangkan alasan Sang Suami melakukan itu karena dia berausaha ingin membahagiakan ibu/bapaknya, mengingat masa lalu keluarganya yang sangat memprihatinkan. Dulu ketika Sang Suami baru lulus sekolah menengah kejuruan, bersama bapaknya berangkat ke Jakarta untuk menemui seseorang yang menjanjikan kerja. Sekalipun berhasil ditemui, dengan muka kurang ramah orang yang ditemui hanya menjanjikan lagi kalau ada pekerjaan dipanggil kalau tidak ada mohon bersabar. Kata-katanya benar menyuruh untuk bersabar, tetapi Sang Suami dan bapaknya jauh-jauh datang karena sudah dijanjikan kerja, setelah datang menghadap dijawab dengan janji lagi. Apa boleh buat dengan kecewa Sang suami dan bapak pulang lagi ke kampung”.

Sang Suami berkata,  “inilah masa lalu yang selalu saya ingat dalam hidup saya, sebelum perjalanan pulang, hari sudah waktunya makan siang, karena perut pun sudah terasa keroncongan. Kami mampir ke rumah makan padang di pinggir jalan. Setelah selesai makan, inilah....inilah yang saya lihat dengan mata kepala saya sendiri betapa miskinnya bapak saya waktu itu, uang kertas yang ada di dompetnya hanya satu lembar hampir tidak cukup untuk membayar makan dua orang dan untuk ongkos pulang. Getir sekali saya merasakannya saat itu”.

Masa lalu yang buruk kerabat saya ini, menjadikan Dia seorang Suami Pendendam. Kesedihan, keterbatasan yang dialaminya bersama orang tuanya di masa lalu, akan diwujudkan bersama orang tuanya di masa sekarang. Sepertinya kerabat saya ini ingin menghapus masa lalunya yang miskin dengan membuat kebahagiaan di masa sekarang.

Pertanyaannya, apakah prilaku suami seperti itu mendzalimi istrinya? Lalu bagaimana dengan suami yang memberi kepada orang tuanya tanpa sepengetahuan istri?

Mari saya jelaskan. Hidup dalam rumah tangga seperti dalam sebuah negara. Dalam negara harus ada pemimpin demikian juga dalam keluarga. Pemimpin dalam negara harus ditetapkan, demikian juga dalam keluarga. Pemimpin dalam negara ditetapkan oleh Tuhan berdasarkan kesepakatan rakyat. Pemimpin dalam keluarga ditetapkan langsung oleh Tuhan, diberikan kepada Suami. (lihat An Nisaa:34).

Ketetapannya dari Tuhannya  adalah pemimpin harus mengayomi, melayani, dan tugas bawahan yang dipimpinnya adalah mentaati segala keputusan pemimpin. Sekalipun sudah menjadi seorang pemimpin, siapapun tidak bisa durhaka kepada kedua orang tuanya, mereka harus berbakti kepada kedua orang tuanya. Berbakti kepada kedua orang tua adalah kemutlakan bagi manusia dari anak-anak sampai usia tua.

Maka dari itu, salah satu ciri pemimpin (suami) yang adil adalah yang amat baik terhadap ibu bapaknya. Berdasarkan ketentuan ini, kalau kita kaji kasus kerabat saya di atas, apa yang dilakukan suami tidak mendzalimi istrinya. Bahkan Sang Istri yang terancam durhaka kepada Tuhan, karena telah menentang keputusan suami untuk menjalankan perintah Tuhan.

Bagaimana dengan tindakan suami yang memberi kepada kedua orang tuanya tanpa sepengetahuan istri, apakah dia berdosa? Tugas pemimpin adalah mengayomi, menyayangi, mensejahterakan istri. Hal yang harus diperhatikan istri adalah apakah tindakan suami selalu berada di atas perintah Tuhan, dan apakah nafkah yang diberikan halal?

Diketahui atau tidak diketahui, para suami yang selalu berbuat baik kepada ibu bapaknya dia telah melaksanakan perintah Tuhan. Tidak ada dosa untuk suami yang berbakti pada kedua orang tuanya sekalipun istrinya tidak tahu. Hukum ini sama dengan sedekah, diketahui atau tidak diketahui sama-sama menjadi pahala.

Adapun sikap seorang istri yang merasa terdzalimi, dia harus mempelajari lagi ilmu agama. Perasaan terdzalimi dialami karena si istri tidak memahami posisi, dan tidak memiliki keikhlasan untuk hidup diatur oleh ketetapan Tuhan.

Kesimpulan saya, sikap seharusnya Sang istri, jika kelak menemukan suaminya selalu memberi sesuatu kepada kedua orang tuanya tanpa sepengetahuan dirinya, maka sesungguhnya dia harus bersyukur kepada Tuhan karena Dia telah diberkahi rezeki banyak oleh Tuhan, karena di beri suami yang taat pada perintah Tuhan.

Mertua mu adalah ibu mu, siapapun yang menyakiti hati ibunya maka kesengsaraan lah yang akan dia dapatkan. Itulah penjelasan saya, semoga para istri dan suami bisa memahami posisinya masing-masing dalam keluarga. Semoga Allah memberi hidayah kepada kita semua. Wallahu ‘alam.

(Toto Suharya, Penulis Buku Sukses Dengan Logika Tuhan, Follom me@logika_Tuhan).

No comments:

Post a Comment