Sunday, October 23, 2016

EMPAT DOKTRIN PEMBENTUK KARAKTER

Belum menjadi MANUSIA sesungguhnya, jika seluruh pemikirannya belum dibimbing Al-Qur’an. Ini pernyataan pribadi saya, setelah enam tahun meneliti logika-logika berpikir di dalam Al-Qur’an.

Untuk mendekatkan diri dengan Tuhan, pola pikir dari Al-Qur’an ini, diberi nama logika Tuhan. Kemudian diaplikasikan dalam dunia pendidikan sebagai alat untuk pembentuk karakter-karakter tangguh.

Salah satu perintah kepada para pendidik di dalam Al-Qur’an adalah “jangan mewariskan generasi yang lemah”.  Generasi yang lemah ditandai dengan hilangnya karakter pemimpin tangguh.


“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. (An Nisaa, 4:9)
  
Untuk melahirkan generasi kuat, butuh doktrin pembentuk karakter. Isi doktrin adalah “ucapan, perkataan yang benar”. Ada empat doktrin pembentuk karakter pemimpin tangguh yang diajarkan Tuhan kepada manusia. Doktrin ini saya kemas secara singkat agar mudah ingat. Saya sebut dengan “Doktrin 4H”. 

1.      Haram Mengeluh
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah”. (Al Balad, 90:4). Manusia sudah ditetapkan harus hidup susah, buat apa berbicara kesusahan, karena dihindari atau tidak kesususahan akan menghampiri setiap orang. Menghindari kesususahan adalah pekerjaan sia-sia. Kesusahan adalah sebab kemudahan. Kesusahan bukan untuk dikeluhkan tapi harus harus dinikmati, dicari, selanjutnya sabar menunggu datangnya kebaikan. Come on plesase!  enjoy your suffering and stop complaining.
 Mengeluh hanya akan merendahkan kualitas pribadi, dan sama dengan menolak ketentuan Tuhan. Menolak ketentuan Tuhan adalah pembangkangan yang akan menggelincirkan manusia ke tingkat rendah.

2.      Haram menyalahkan orang lain
“Setiap anak Adam tidak akan lepas dari kesalahan”, begitu inti sebuah hadis Nabi Muhammad saw. Penyebab kesalahan bukan datang dari luar. Kesalahan datang dari diri sendiri sebagai konsekuensi dari hukum Tuhan, “siapa membawa kabaikan, kebaikan itu untuk dirinya sendiri. Siapa membawa kejahatan maka kejahatan itu untuk dirinya sendiri”.
Dasar pikirnya sangat jelas. “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, (Al Israa, 17:7).
Menyalahkankan orang lain adalah pekerjaan sia-sia dan hanya akan menurunkan kualitas pribadi sebagai manusia.

3.      Haram putus asa
“…dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (Yusuf, 12:87). Putus usa sama dengan menganggap Tuhan tidak ada. Maka dari itu orang putus asa sama dengan orang kafir, (tidak percaya Tuhan).
Sadar atau tidak, Tuhan akan tetap ada. Mereka yang sadar Tuhan itu ada, tidak akan pernah putus asa. Selama sadar ada Tuhan, harapan akan tetap ada. Selama orang itu hidup, Tuhan akan tetap hidup, sampai orang itu mati Tuhan akan tetap hidup. Maka siapa yang menganggap Tuhan ada, harapannya tidak akan pernah mati. Siapa yang menganggap Tuhan tidak akan mati, optimismenya tidak akan pernah ada batasnya sekalipun kematian.

4.      Harus berkorban
Dalam sebuah hadis dijelaskan, “setiap ujian berbanding lurus dengan pahala”. Semakin besar ujian semakin besar pahala. Logika ini berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Semakin besar pengorbanan semakin besar keuntungan. Semakin besar pengorbanan semakin besar kesuksesan.
Manusia yang paling berani adalah mereka yang berani berkorban demi kepentingan orang lain. Setelah shalat dianjurkan untuk sedekah, zakat, wakap, infak, hibah, dll. Semua itu bagian dari perintah berkorban. Perintah berkorban dijelaskan dalam ayat pendek. “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah”. (Al-Kautsar, 108:2).

Mereka yang mampu mengaplikasikan empat karakter di atas, akan tampil jadi pemimpin-pemimpin hebat, dan hanya kematian yang dapat menghentikan usahanya dalam melakukan kebajikan.

Selanjutnya, inti dari seluruh pendidikan adalah membangkitkan kesadaran manusia tentang kebesaran Tuhan. Manusia-manusia yang percaya kepada Tuhan, akan tampil jadi penyejahtera alam.

Agar seluruh isi pendidikan yang diberikan di dunia pendidikan memberikan kesadaran adanya Tuhan, maka sudah seharusnya untuk bangkit, menjadikan kitab suci Al-Qur’an sebagai sumber pengembangan ilmu pengetahuan. Sekarang ilmu-ilmu yang dikembangkan harus lahir dari kitab suci Al-Qur’an.

Untuk mewujudkannya kita butuh manusia dengan ciri-ciri empat doktrin karakter di atas. Semoga Tuhan membimbing kita semua. Amin. 

(Muhammad Plato, @logika_Tuhan)

No comments:

Post a Comment