Monday, May 16, 2022

Al Quran Surah Al 'Alaq, Pesan Sepanjang Zaman

Oleh: Muhammad Plato

Surat Al 'Alaq dikenal oleh umat Islam sebagai surat pertama turun kepada Nabi Muhammad SAW. Surat ini diterima oleh Nabi Muhammad di Gua Hiro dekat dari kota Mekah. Sekalipun umat Islam mengetahui wahyu pertama turun dimulai dari kata bacalah, saat ini umat Islam sedang mulai sadar kembali untuk mulai lagi membaca. Beberapa tahun ke depan akan muncul lagi ilmuwan-ilmuwan muslim terkemuka di dunia.

Kesadaran umat Islam untuk membaca sedang menggeliat. Di Indonesia ribuan buku per tahun sudah diterbitkan. Pengajaran-pengajaran menulis buku di sekolah-sekolah terus digalakan. Kepala sekolah, guru, siswa, bersama-sama menulis buku. Buku karya kepala sekolah, guru, dan siswa sudah mulai tersebar di mana-mana.

Namun ada pesan  dari surat Al 'Alaq yang jarang diungkap. Terbatasya para pembaca dan peneliti Al-Qur'an membuat Al-Qur'an tertidur. Terbatasnya metode membaca Al-Qur'an membuat umat manusia kewalahan menghadapi perubahan zaman. Kini saatnya, Al-Qur'an menjiwai zaman. Paradgima baru memungkinkan kandungan isi Al-Qur'an diungkap membuktikan kebenaran-kebenarannya.   

Sekarang berbagai kajian Al-Qur'an mulai banyak bermunculan. Para ilmuwan dari berbagai kalangan sudah melirik Al-Qur'an sebagai sumber pengetahuan. Al-Qur'an menjadi sumber gagasan untuk mengembangkan berbagai ilmu terapan untuk membantu mensejahterakan hidup manusia yang tetap berkeyakinan pada Tuhan Yang Esa. Pemahaman Al-Qur'an tidak lagi menjadi hak monopoli  sekelompok atau lembaga tertentu.

Pesan untuk membaca atas nama Allah mengandung banyak arti. Salah satunya dalam membaca zaman, manusia tidak boleh lepas dari keyakinan bahwa semua yang terjadi dan direkayasa manusia pada awalnya diciptakan olah Allah. Manusia tidak punya hak untuk mengklaim bahwa dirinya mencitptakan berbagai macam teknologi, karena semua hanya mengotak-atik hukum dan benda-benda yang pada awalnya sudah diciptakan Allah. Manusia hanya memanfaatkan hukum dan benda-benda yang sudah ada.

Langit, matahari, bumi, bulan, air, udara, tanah, virus, atom, gelombang, semuanya sudah ada. Kita hidup hanya memanfaatkan fasilitas yang sebelum kita lahir sudah ada. Perintah membaca atas nama Allah membawa pesan, manusia jangan terjebak oleh keadaan alam materi. Berbagai macam teknologi berhasil direkayasa jangan sampai menggeser keyakinan manusia pada Allah sebagai pencipta. Apa yang kita pelajari dan ketahui mengikuti apa yang Allah ajarkan kepada manusia. 

"Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Al 'Alaq, 96:5).

Manusia dengan kekuatan akalnya kadang melampuai batas, karena merasa diri sebagai pencipta dan merasa menjadi penguasa. Kisah Fir'aun dikabarkan sebagai kisah bagaimana manusia meampuai batas kewenangannya sebagai hamba Allah. Qorun dikabarkan sebagai manusia berilmu yang melampaui batas, karena merasa diri sebagai pemilik ilmu pengetahuan. Prilaku manusia seperti Fir'aun dan Qorun akan terus terulang sepanjang zaman.

"Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup." (Al 'Alaq, 96:6-7).

Kemajuan teknologi, kesejahteraan hidup, dapat melalaikan manusia dari Allah sebagai pencipta dan penyejahtera. Pesan Allah dalam surat Al 'Alaq jangan tertipu dan jangan terperdaya oleh keidupan alam materi. Sehebat apapun kemajuan teknologi dan berapapun kesejehteraan manusia bisa diusahakan ketaatan harus tetap kepada Allah. 

Manusia harus punya kemampuan akal dengan berpikir analisis untuk membedakan apakah dirinya selama ini taat kepada Allah atau kepada selain Allah. Menusia sepanjang zaman harus tetap berdialog dengan dirinya, apakah selama ini dirinya masih taat kepada Allah? Allah dalam surat Al 'Alaq mengajak manusia dari zaman ke zaman untuk terus berdialog. 

"Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang, seorang hamba ketika dia mengerjakan shalat, bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran, atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)? Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling?" (Al 'Ala'q, 96: 9-13).

Tidakkah kita berpikir? Terkadang kita berbuat baik bukan karena atas nama Allah, tapi karena melihat kebaikan manusia yang memerintahkannya. Tidakkah kita berpikir? Terkadang kita menolak untuk berbuat baik karena melihat siapa yang memerintahkannya. Tidakkah kita berpikir? Kita selalu terjebak merasa telah melakukan kebaikan, tidak melihat kebaikannya, melainkan karena lebih percaya kepada orang yang memerintahkannya.

Setiap orang harus punya kemampuan menganalisis berbagai informasi, apakah yang diperintahkan orang itu berada di atas kebaikan yang diperintahkan Allah? Sebaliknya kita harus mampu menganalsis, apakah yang diperintahkan orang itu bertentangan dengan perintah Allah. Jangan terjebak dengan melihat siapa orang yang memerintahkannya. Jangan karena terlalu melihat orang kita menjadi terjebak taat pada orang bukan pada Allah. Maka lihatlah pada surat Al 'Alaq di surat terakhir. Pesan yang akan berlaku sepanjang zaman. 

"sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya (manusia); dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan)", (Al 'Alaq, 96:19).     

Bukan berarti kita tidak boeh meghargai atau mengabaikan peringatan manusia, tapi berhati-hatilah dan jangan sampai melampaui batas. Maka, ada kalanya, sesekali, kita harus selektif, dan harus bisa membaca membedakan atas nama Allah mana kebaikan dan mana keburukan, agar hati dan pikiran kita tetap taat kepada Allah.

KH. Zainudin MZ almarhum sering menyampaikan perumpamaan ini, "kita harus bisa membedakan mana telur dan mana kotoran ayam. Sekalipun telur dan kotoran sama-sama keluar dari dubur ayam, tentu kita harus bisa memilah mana yang menyehatkan tubuh dan mana yang menyebabkan penyakit. Telur sekalipun keluar dari dubur ayam bisa kita ambil, tapi sekalipun keluar dari mulut orang suci tapi itu kotoran jangan diikuti. Berusahalan taat kepada Allah dengan segenap hati dan akal. 

Maka kembali ke pesan abadi di awal ayat pertama surat Al 'Alaq ayat 1 turun, "bacalah atas nama Tuhan mu yang menciptakan". Dan bukan kebetulan surat Al 'Alaq itu jumlah seluruh ayatnya 19. KH. Fami Basya mengatakan 19 adalah jumlah huruf arab dari bismillah. Bisa jadi membaca adalah aplikasi dari kata bismillah. Wallahu'alam***    


No comments:

Post a Comment