Wednesday, December 19, 2012

ANAK-ANAK MODERN ABAD 21

Modern sepertinya menjadi kata positif bagi masyarakat. Tapi kalau tahu, ciri modern menurut Alex Inkeles adalah anak-anak terbebas dari otoritas orang tua, apakah ini modern? Dari sudut pandang budaya kita, ciri modern seperti ini tidak dapat kita terima. Dalam budaya kita, anak-anak harus tunduk dan patuh kepada ORANG TUA. Apa dasarnya? “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya...” (Al Israa:23).

Orang-orang modern versi Alex Inkeles pasti protes mendengar hujah seperti ini. Mungkin mereka bilang, itu namanya ortodox, tradisonal, atau ketinggalan zaman. Tapi coba baca selanjutnya penjelasan di bawah ini.

Percaya tidak? Tuhan menetapkan aturan bukan untuk menyulitkan manusia, tapi untuk kesejahteraan manusia. Jika anak-anak disuruh tunduk dan patuh kepada orang tua, itu sebenarnya untuk kesejahteraan anak-anak. Mengapa? Yang mensejahterakan kita semua adalah kemurahan Tuhan. Kemurahan Tuhan disyaratkan secara mutlak pada ketaatan anak-anak terhadap orang tuanya.

Mengapa Tuhan sampai memutlakkan anak harus tunduk pada orang tuanya? Mari kita telusuri dari proses penciptaan sampai lahirnya anak. Atas nama Tuhan, sperma dipancarkan oleh Ayah membuahi sel telur di rahim Ibu. “...sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan,...” (al Hajj:5).

Berdasarkan proses di atas, siapa yang menyebabkan anak terlahir ke muka bumi? Faktanya Ibu dan Ayah. Mungkinkah anak bisa ada tanpa perantara ibu atau ayah? Tidak. Maka di dunia, Ibu dan Ayah mewakili Tuhan sebagai pencipta anak-anak (manusia). Itulah sebab, layaknya Sang Pencipta, Ibu dan Ayah diberi kedudukan oleh Tuhan sebagai orang yang harus ditaati dan dipatuhi oleh anak-anak. Tapi Tuhan selalu mengingatkan, janganlah menyekutukan Ku. Inilah argumen pertama mengapa anak-anak harus tunduk dan patuh pada orang Tuanya.

Argumen kedua, posisi anak sejak dalam kandungan dan masa belum dewasa, hidupnya sangat tergantung pada orang tua. Posisi ini menjadikan Ibu dan Ayah menjadi pengasih dan pemurah seperti Tuhan. Maka dari itu, Tuhan memutlakkan anak-anak untuk bersyukur kepada Ibu dan Bapaknya. Bersyukur dalam arti menggunakan harta yang dimilikinya untuk kebaikan Ibu dan Ayahnya.

Argumen ketiga, selama dalam pemeliharaan Ibu dan Ayah, anak-anak menyulitkan keduanya. Posisi yang menyulitkan Ibu dan Ayahnya, dari sudut pandang lain bisa dikatakan dosa. Perbuatan dosa akan mendatangkan balasan setimpal dari Tuhan. Maka kewajiban anak memelihara Ibu dan Bapaknya adalah konsekuensi hidup untuk membalas dosa-dosanya di waktu kecil. Jika ada pendapat posisi anak di waktu kecil terpaksa berdosa karena tidak berdaya apa-apa, justru hal inilah yang menjadikan kemutlakkan seorang anak untuk tunduk dan patuh pada Ibu dan Ayahnya.

Ketundukkan dan kepatuhan kepada Ibu dan Ayahnya, tidak akan menyulitkan atau menyengsarakan. Kepatuhan kepada Ibu dan Ayahnya, justru akan menjadi pembebas dari kesulitan dan kesengsaraan. Kepatuhan kepada Ibu dan Ayahnya akan menutup dosa-dosa anak di waktu kecil. Dosa-dosa di waktu kecil adalah penghambat kesuksesan (rezeki) anak ketika dewasa. Bisa diamati, anak yang tidak patuh kepada Ibu dan Ayahnya, kesejahteraanya cenderung terhambat karena telah melanggar hukum Tuhan yang mutlak sehingga hilang keberkahannya.

Lalu siapa anak modern itu? Ya, mereka yang bersyukur kepada Ibu Bapaknya dan tidak menyekutukan Tuhan. Dan Tuhan menetapkan hukum tersebut agar manusia sejahtera di dunia dan akhirat. Itu baru budaya kita yang dilandasi nilai-nilai ke-Tuhan-an. Inilah anak-anak modern abad 21. Sekarang Anda mau percaya Tuhan atau Alex Inkeles?

No comments:

Post a Comment