Friday, May 15, 2015

STRUKTUR ORGANISASI DARI TUHAN



Di dalam ilmu sosiologi dikenal sebuah hukum, di mana ada masyarakat di situ pasti ada stratifikasi sosial. Kaum sekuler berpendapat bahwa ketetapan ini berlaku sebagai hukum alam. Dalam pandangan sainteologis (Solihin:2011), ketetapan ini disebut sebagai hukum Tuhan (Sunatullah).

Berdasarkan ketentuan di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa harus ada struktur kepemimpinan baku yang semestinya dipahami manusia, sebagai struktur organisasi penjaga keseimbangan dan kesejahteraan alam.

Secara hirarki struktur kepemimpinan ditetapkan oleh Tuhan sebagai berikut; “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu”. (An Nisaa:59).

Berdasarkan keterangan di atas, pemilik struktur tertinggi pengatur sistem semesta alam adalah Allah. Di dalam kitab suci Al-Qur’an, banyak sekali ayat menjelaskan tentang posisi Allah sebagai Tuhan Semesta Alam sebagai pemilik kedudukan tertinggi. Kedudukan ini dikenal dengan sifat Tuhan yang Maha Tinggi. (Al ‘Aliyy).

Struktur berikutnya Tuhan memberikan kekuasaan itu kepada manusia untuk menjadi pemimpin (khalifah) di muka bumi. Pemimpin manusia yang berkedudukan tinggi di muka bumi ini adalah Para Rasul. Struktur selanjutnya, kepemimpinan diberikan kepada ulil amri. Siapa ulil amri? Para ahli tafsir menjelaskan posisi mereka diduduki oleh para ulama dan pemimpin negara yang ada sekarang.

Menurut pendapat saya, jika dikaitkan dengan ayat yang berhubungan langsung dengan kepemimpinan, sepeninggal para Nabi dan Rasul, kepemimpinan diamanahkan kepada para suami. Firman Tuhan yang berkaitan dengan itu adalah Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita”. (Annisa:34). Kepemimpinan pertama yang pasti dimiliki oleh setiap laki-laki dalam sebuah kelompok masyarakat adalah menjadi suami.

Oleh karena itu ulil amri yang dimaksud oleh Tuhan adalah kaum laki-laki yang bisa dilihat pada kepemimpinannya dalam kelompok keluarga. Dari kepemimpinan keluarga ini, akan lahir para ulama dan pemimpin-pemimpin terpilih di lingkungan masyarakat yang lebih besar. Setiap pemimpin besar, kepemimpinan besarnya akan terlihat dalam keadilannya di lingkungan keluarga.

Selanjutnya tugas para pemimpin adalah “Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami lah mereka selalu menyembah, (Al Anbiyaa:73)  

Kebajikan pertama yang harus dikerjakan pemimpin adalah; “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya”. (Al Israa:23)

Di antara kedua orang tua, ditentukan lagi oleh Tuhan kedudukan tertinggi berada di kaum perempuan bernama ibu. Di hadis Nabi saw. dijelaskan; “Seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, siapa yang paling berhak memperoleh pelayanan dan persahabatanku?" Nabi Saw menjawab, "ibumu...ibumu...ibumu, kemudian ayahmu dan kemudian yang lebih dekat kepadamu dan yang lebih dekat kepadamu." (Mutafaq'alaih).

Sebagai pemimpin, suami memiliki tugas untuk memobilisasi masa agar tunduk dan patuh kepada perintah Tuhan. Ketundukkan pertama kepada Tuhan yang harus dipimpin oleh pemimpin (suami) adalah memobilisasi masa untuk memuliakan Ibu dan bapak, terutama kepada Ibu, yang secara umum menjaga dan memuliakan kaum perempuan.

Selain memobilisasi masa untuk menghormati ibu dan bapak, tugas suami dalam kepemimpinannya adalah sebagai mengambil keputusan. Dalam setiap pengambilan keputusan pertimbangan pertama yang harus diperhatikan adalah tidak menyakiti kedua orang tua dan kaum perempuan terutama Ibu dan istri.

Di dalam struktur organisasi Tuhan, seorang perempuan bernama (istri), memiliki kewajiban untuk taat kepada laki-laki (suami), sebagaimana Tuhan memerintahkan orang-orang beriman untuk patuh pada ulil amri, dikarenakan laki-laki (suami) posisinya adalah sebagai ulil amri, maka harus ditaati karena berkedudukan sebagai pemimpin. Sementara itu suami harus berbakti dan memuliakan ibunya (termasuk ibu mertua), termasuk memuliakan istri karena semuanya mewakili kaum perempuan yang harus dimuliakan. Walalhu ‘alam.
 
(Muhammad Plato penulis buku hidup sukses dengan logika Tuhan. Follow me @logika_Tuhan)

2 comments: