Oleh Muhammad Plato
Kasus perundungan yang terjadi di sekolah sebuah ironi yang tidak boleh terjadi di lingkungan pendidikan. Agama Islam sejak 1400 tahun yang lalu sudah mengajarkan kepada manusia dilarang melakukan bullying (perundungan).
Perundungan bagian dari perbuatan yang dilarang dalam ajaran Islam. Allah melarang keras bagi orang-orang beriman melakukan perundungan. Larangan melakukan perundungan terang berderang dijelaskan di dalam Al Quran.
Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim. (Al Hujuraat, 49:11).
Dalam ajaran Islam orang-orang yang melakukan perundungan dipastikan sebagai orang-orang berprilaku paling buruk. Orang-orang yang melakukan perundungan dikategorikan sebagai orang-orang yang berbuat dzalim. Kata dzalim dalam perbuatan melanggar hak Allah, dalam makna luas diartikan sebagai perbuatan kejam, bengis atau sewenang-wenang.
Dalam ajaran Islam orang-orang yang melakukan perundungan dipastikan mereka sedang mencela dirinya sendiri. Setiap celaan, cemoohan, yang diberikan pada orang lain sesungguhnya cemoohan dan celaan akan jadi miliknya sendiri.
Logika keburukan berbalas keburukan dan kebaikan berbalas kebaikan dapat dipahami dalam penjelasan Al Quran. Hukum ini harus dipahami bagi orang-orang beriman.
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. (Al Israa', 17:7).
Pikiran orang-orang beriman berdasar ajaran Islam selalu memandang semua kejadian dan ciptaan Tuhan sebagai kebaikan. Manusia telah diciptakan Tuhan dengan rupa terbaik. Manusia diciptakan dari citranya Tuhan. Manusia-manusia beriman memandang manusia bukan dari fisik tapi sebagai representasi citra Tuhan yang maha sempurna.
Melakukan perundungan pada makhluk Tuhan sama dengan melakukan perundungan pada citra Tuhan. Perundungan menjadi perbuatan orang-orang tidak beriman. Ketika orang-orang beriman melakukan perundungan maka hukuman dua kali lipat, satu mengingkari perintah Tuhan dan menghina ciptaan Tuhan.
Bagaimanapun rupa fisik manusia atau makhluk dia diciptakan Tuhan sempurna. Maka Allah membimbing pikiran orang-orang beriman untuk selalu berprasangka baik pada segala ciptaan Tuhan. Pikiran orang-orang beriman dibimbing Allah melalui Al Quran.
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. (Al Hujuraat, 49:12).
Pelaku perundungan adalah orang yang fokus pada padangan matanya secara fisik dengan mencari-cari sisi buruk. Pikirannya dipenuhi dengan sudut pandang buruk. Allah mengibaratkan mereka sebagai manusia pemakai bangkai yang menjijikan.
Orang Indonesia dengan populasi penduduk paling banyak percaya pada Tuhan, dengan dasar ideologi ketuhanan yang maha esa, haram melakukan perundungan kepada sesama makhluk Tuhan. Perundungan adalah prilaku paling rendah karena hakikatnya telah merendahkan ciptaan Tuhan yang sempurna.***
No comments:
Post a Comment