Friday, April 14, 2017

PSIKOLOGI DERITA


Oleh:
MUHAMMAD PLATO

Setiap hari ketika berangkat kerja, pagi hari selalu terlihat seorang perempuan separuh baya, berambut panjang, memakai kerudung, rok panjang, berkacamata dan mengunakan payung layaknya artis atau pegawai kantoran yang mau berangkat kerja. Pada saat perjalanan pulang, perempuan itu sama seperti saya melakukan perjalanan pulang.

Dari penampilan, perempuan separuh baya itu terlihat cantik namun dari segi kesehatan dan kebersihan, terlihat secara kasat mata bahwa perempuan tersebut sedang mengalami gangguan jiwa.

Dari penampilan pakaian sehari-hari yang dia pakai, saya tebak bahwa ada harapan-harapan yang tidak bisa dia capai dalam hidupnya. Dari tampilannya, harapan perempuan itu sepertinya ingin menjadi artis, wanita karir, atau seorang ibu rumah tangga sejahtera.

Gangguan jiwa terjadi akibat penderitaan hebat yang tidak bisa diatasi. Penderitaan lahir karena hilangnya harapan terhadap apa yang diinginkan. Hilangnya harapan mencintai seseorang bisa jadi sebab ganguan jiwa, demikian pula hilangnya harapan pada harta. Untuk itulah apapun keinginan kita harapannya harus kepada Allah swt. Sebaik-baiknya harapan hanya ingin dekat dengan Allah saja.

Walaupun belum melakukan riset saya punya kesimpulan bahwa sebab terjadinya gangguan jiwa terletak pada ada atau tidaknya harapan pada diri seseorang. Dasar kesimpulan saya ini didasari oleh pola pikir deduktif yang bersumber pada keterangan Al-Qur’an.

Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami-pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa”. (Al An’aam, 6:44).

Putus asa adalah siksaan jiwa yang bisa berakibat fatal, seperti mati dalam kekafiran (bunuh diri). Itulah kebiasaan yang dilakukan pemuda Korea dan Jepang.

Hilangnya harapan sering direspon negatif menjadi penderitaan berupa perasaan-perasaan tidak nyaman. Perasaan tidak nyaman, akan sangat terasa berat jika yang diinginkan sudah melibatkan perasaan, pikiran, dan pengalaman.

Seseorang yang menjalin ikatan dengan melibatkan perasaan, pikiran, dan pengalaman, akan cenderung mengalami penderitaan berat jika suatu saat terjadi keretakan dalam ikatan. Semakin lama ikatan perasaan, pikiran, dan pengalaman terbangun ikatan akan terbentuk semakin kuat, karena ikatan ini tidak lagi tersimpan dalam memori otak, tetapi dalam memori hati (perasaan yang dalam).

Manusia yang mengalami kondisi di atas, ketika mengalami pemutusan ikatan secara mendadak akan mengalami goncangan jiwa hebat. Kehilangan benda, cerai, meninggal, lengser dari jabatan, secara mendadak, bisa menjadi goncangan jiwa. Inilah sebab-sebab terjadinya penderitaan, yang berujung pada stress dan kegilaan.

Untuk menghindari goncangan jiwa hebat, Tuhan memberi norma-norma baku yang harus selalu ditaati oleh manusia. Pertama, jangan berlebihan dalam segala hal, termasuk dalam menjalin hubungan sesama makhluk Tuhan. Mencintai, menyayangi, menghormati, memuja, sesuatu dengan berlebihan akan membuat ikatan batin sangat kuat dan menjadi hubungan ketergantungan. Ketergantungan kepada sesuatu selain Allah adalah penyimpangan besar yang bisa berakibat fatal. Ketergantungan kepada selain Allah, bisa melahirkan sikap putus asa, karena yang digantungi akan mengalami kepunahan.

Kedua, jangan pernah putus asa. Kondisi defresi yang dialami BJ Habiebie ketika ditinggal Ibu Ainun, adalah bentuk goncangan jiwa akibat putusnya hubungan batin yang sudah melibatkan perasaan, pikiran dan pengalaman. Hubungan ini telah menjadi hubungan nyaman dan saling ketergantungan. Hubungan ketergantungan antar sesama manusia adalah hubungan tidak sehat yang harus selalu dihindari.   

Hubungan yang sehat sesama manusia adalah hubungan yang tidak melahirkan saling ketergantungan, karena ketergantungan harus disandarkan hanya kepada yang abadi yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Ketergatungan kepada yang abadi inilah yang akan membuat harapan seseorang tidak akan pernah putus, dalam kondisi apa pun.

Orang-orang yang berhasil mempertahankan ketergantungannya kepada Tuhan YME, mereka bisa optimis dalam kondisi sulit sesulit apapun. Inilah dua aturan yang harus dijaga dalam menjalin hubungan sesama makhluk Tuhan.

Namun demikian manusia tempatnya khilap dan kadang melampaui batas, tapi Tuhan memberi semangat kepada mereka yang tetap bergantung kepada Allah, “Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Az Zumar, 39:53).

Semoga kita menjadi orang-orang yang tetap bergantung kepada Allah, sekalipun melampaui batas. Semoga tetap menjadi manusia-manusia optimis dalam segala kondisi. Salam sejahtera untuk mu semua kawan seperjuangan, murid-murid “terbaik”. Semoga tetap optimis sekalipun dalam derita dan dosa. Semoga menjadi manusia-manusia berkarakter tangguh yang dirahmati Allah. Wallahu ‘alam.

(Penulis Master Trainer @logika_Tuhan)

No comments:

Post a Comment