Sunday, November 19, 2017

PENGANTAR Dr. Ir. H. AHMAD HADADI, M.Si. (KADISDIK PROVINSI JABAR)


KATA SAMBUTAN
TULISAN ADALAH PENJAGA MORAL


Berdasar data yang diperoleh dari kemendikbud, baru sekitar 0,5% kepala sekolah (guru) yang bersedia menulis. Untuk itu, melalui program satu guru satu buku (sagusabu), kemendikbud menggandeng penerbit mediaguru untuk memberikan pelatihan kepada kepala sekolah dan guru untuk menghasilkan karya tulis buku.


            Menurut para Antropolog, masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu masyarakat chating, reading dan writing. Masyarakat chating adalah mereka yang memiliki kebiasaan ngobrol. Hobi mereka nongkrong, nonton, dan waktu luangnya banyak digunakan untuk ngobrol dan pesta. Masyarakat reading adalah mereka yang kebiasaannya lebih baik karena memiliki minat baca tinggi. Setiap waktu luang mereka gunakan untuk membaca. Saat menunggu kendaraan umum, di dalam kendaraan umum, pulang kerja, di tempat main, sedang makan, sebelum tidur, mereka sempatkan untuk membaca. Masyarakat writing, adalah masyarakat berperadaban tinggi. Mereka bukan hanya memiliki kebiasaan membaca tetapi sudah menulis.
Dalam sejarah, ditemukannya tulisan adalah tanda terjadinya perpindahan masyarakat dari zaman pra sejarah ke zaman sejarah. Oleh karena itu, para Antropolog menyimpulkan bahwa masyarakat yang belum mengenal tulisan dikategorikan sebagai masyarakat berperadaban rendah.
Malas menulis sumbernya dari malas membaca. Dibandingkan dengan 30 negara-negara di Asia, kita menduduki urutan kedua terakhir yang kemampuan bacanya rendah. Dari seribu penduduk, hanya ada satu orang yang masih memiliki minat baca tinggi (PR/4/09).
Untuk memperbaikinya kita harus menyadari bahwa dunia pendidikan tidak akan mengalami perubahan dengan cepat jika tidak dihuni oleh para penulis. Tanpa tulisan, profesionalitas sulit dibuktikan peningkatannya. Tanpa para penulis, kita akan terus mengkonsumsi teori-teori pendidikan asing yang tidak semuanya sesuai dengan alam budaya masyarakat kita.
Hal yang lebih penting, tulisan adalah penjaga moral bagi para penulis. Jika kita salah berbicara, setidaknya masih bisa bersilat lidah untuk membela diri. Pembicaraan sangat sulit dibuktikan kebenarannya kecuali dengan rekaman dan ada saksi-saksi. Tetapi tulisan, sepanjang tulisan itu ada, selamanya akan menjadi penjaga moral para penulis. Selama penulis itu hidup, tulisannya akan menjadi penjaga perkataan dan prilakunya dari ucapan dan perbuatan yang bertentangan dengan tulisannya.
Jika penulis buku memiliki sikap dan prilaku bertentangan dengan apa yang telah ditulisnya, maka penulis tersebut harus melakukan ikatan moral dengan Tuhannya. Dalam kitab suci Al-Qur’an dijelaskan, “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” (As Shaff:3). Inilah tulisan pengikat moral para penulis agar tindakannya tidak bertentangan dengan apa yang ditulisnya. Sesungguhnya Allah adalah penjaga moral sejati bagi para penulis. Allah mengajar manusia dengan tulisan, dan tulisan-Nya adalah penjaga moral seluruh umat manusia.
Akhir kata, saya sebagai Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, mengapresiasi buku motivasi Sukses dengan Logika Tuhan, karya Toto Suharya, kepala SMAN 1 Mande Cianjur, semoga dengan terbitnya buku ini bisa melahirkan penulis-penulis lainnya dari kepala sekolah, guru, dan siswa, untuk menuju Jawa Barat sebagai provinsi termaju.



Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat

Dr. Ir. H. AHMAD HADADI, M.Si.

No comments:

Post a Comment