Sunday, December 10, 2017

MENGAJAR WIRAUSAHA SEJAK DINI


OLEH:
MUHAMMAD PLATO

Kata seorang teman yang telah lama bergerak dalam pendidikan, “pendidikan kita itu bikin miskin masyarakat, karena di sekolah-sekolah anak-anak tidak pernah dianjarkan bagaimana cara menciptakan uang (kesejahteraan)”. Pernyataan teman saya tidak salah, karena memang negara kita masih kekurangan para pencetak uang (pengusaha). Statistik jumlah pengusaha di negara kita jauh tertinggal oleh negara-negara tetangga. Untuk itulah di sekolah dan di keluarga kita harus konsen pada pendidikan wirausaha.  

Rutinitas kami sekeluarga setiap hari minggu adalah berjualan di pasar kaget, tempat orang-orang berkumpul selepas olah raga pagi. Nafsu makan dan belanja masyarakat setelah olah raga, di manfaatkan oleh kami sekeluarga dan pedagang lainnya untuk membuka lapak, berjualan makanan, pakaian, aksesoris, sampai make up untuk kaum hawa.

Rutinitas ini kami lakukan, tujuannya bukan untuk mencari penghasilan semata. Tujuan utama dari aktivitas dagang hari minggu ini adalah melatih anak agar mau berkarir menjadi pewirausaha. Selain cita-citanya ingin punya usaha sewa menyewa bis  pariwisata.

MANUSIA MANUSIA YANG BERMANFAAT BAGI MANUSIA LAIN, DIA AKAN TETAP DI BUMI
Untuk menunjang cita-citanya, kami sekeluarga sepakat untuk terjun menjadi pedagang di pasar kaget. Membuka lapak di pasar kaget adalah tempat yang tepat untuk membangun karakter wirausaha anak-anak. Mengapa demikian? Karena berjualan di lokasi ini akan menguji keberanian anak untuk tampil di muka umum tanpa rasa malu. Berjualan di pasar kaget, adalah pekerjaan rendahan, yang akan menguji keberanian mengusir rasa malu untuk wirausaha.

Menghilangkan rasa malu ketika berjualan di pasar kaget bukan pekerjaan mudah. Tidak semua anak berani dan mau ikut terjun berjualan di pasar kaget. Jiwa anak yang manja, malu sama teman, merasa rendah dihadapan orang lain, adalah faktor penghambat anak-anak untuk berani berwirausaha.  Jiwa anak yang masih suka bermain, terpengaruh oleh gaya hidup teman, bisa menjadi faktor penghambat anak anak untuk menjadi pewirausaha.

Hal yang paling utama dirasakan oleh setiap orang ketika ingin berwirausaha adalah menghilangkan rasa malu. Apa lagi harus memulai usaha di lapak pasar kaget yang becek dan dikelilingi oleh pedagang-pedagang kelas menengah ke bawah.

Keberanian anak-anak untuk berwirausaha, menghilangkan rasa malu memulai usaha kecil, harus dibangun dari lingkungan keluarga. Faktor terbesar yang mendorong anak untuk tidak malu memulai usaha kecil adalah dengan memberi contoh, terjun langsung membuka lapak di pasar kaget bersama anak-anak dan istri.

Pekerjaan mulai dari mengepak barang, mengangkut barang, memasang tenda, menjajakan barang, dan membongkar tenda, seluruh keluarga harus ikut aktif. Kertelibatan seluruh keluarga, dari mulai ayah, ibu, dan anak, secara bersama-sama ternyata menjadi alat ampuh untuk menghilangkan rasa malu ketika memulai wirausaha dengan membuka usaha kecil.
Dengan kondisi ekonomi negara kita saat ini, sudah saatnya pendidikan di keluarga sejak dini mulai diarahkan untuk mendidik anak menjadi seorang pewirausaha. Sesungguhnya dengan mendidik anak-anak menjadi pewirausaha, kita telah mengajarkan anak-anak menjadi generasi yang bermanfaat bagi umat yang lain.

wa ammaa maa yanfaunnaasa fayamkusu fil ardi
… adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi.
(Ar ra’d, 13:17)

Keterangan di atas, dijelaskan kembali oleh Nabi Muhammad saw, bahwa manusia-manusia terbaik adalah manusia-manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Manusia-manusia yang bermanfaat bagi manusia lain adalah mereka yang hidup dengan tangan dan kaki sendiri, sambil memberi manfaat kepada manusia lain. Dia adalah para pewirausaha, kerena dengan perusahaannya dia bisa ikut langsung menghidupi manusia lain. Manusia-manusia seperti inilah yang akan tetap tinggal di bumi dan memakmurkan bumi Allah.

Menjadi pewirausaha adalah pekerjaan yang dikehendaki Allah, dan pekerjaan ini harus menjadi ciri pribadi orang-orang yang berserah diri kepada Allah. Sudah saatnya, pendidikan kita di keluarga, pesantren, dan sekolah formal, untuk mengajarkan mereka menjadi para pewirausaha. Sebagaimana kita ketahui, bahwa negara-negara sejahtera di muka bumi ini, dihuni oleh penduduknya yang gemar berwirausaha.  

Nabi Muhammad saw, para sahabat, dan penyebar agama Islam adalah para pewirausaha. Kita telah masuk pada zaman, di mana kita harus menyebarkan kebaikan ke seluruh dunia, dengan jiwa dan harta-harta yang kita miliki. Semoga kelak anak anak kita, generasi kita yang akan datang, ditetapkan oleh Allah sebagai orang-orang yang akan tetap tinggal di bumi. Semoga Allah swt meridhainya. Amin. Wallahu ‘alam.

(Master Trainer @logika_Tuhan)

No comments:

Post a Comment