Saturday, December 16, 2017

TUHAN MENEGUR, JAWAB LAH!


OLEH:
MUHAMMAD PLATO

Tulisan ini tidak hendak menghakimi atau merendahkan prilaku siapa pun di muka bumi ini. Tulisan ini murni mecoba membaca fenomena alam berdasarkan informasi yang mampu saya terima dari kitab suci Al-Qur’an yang saya imani. TULISAN INI UNTUK SELURUH UMAT MANUSIA.

Selama ini, kita telah lalai terhadap keberadaan kitab suci yang kita imani. Telah banyak terjadi bencana di bumi ini, tetapi kita hanya membacanya sebatas gejala alam. Wawancara televisi hanya sibuk memberitakan tentang kerusakan dan proses terjadinya gempa dari ilmu alam. Sedikit sekali berita yang mengingatkan bahwa kita sedang ditegur Tuhan.

Tulisan ini hanya sebatas mengajak, mengingatkan, dan mencoba menjelaskan, bahwa kitab suci Al-Qur'an adalah sumber informasi yang sudah tidak disangsikan lagi kebenarannya. Informasinya bisa terus kita gali untuk menjelaskan semua fenomena yang terjadi di alam.

GEMPA ITU TERJADI KARENA DUSTA MANUSIA KEPADA TUHAN

Kejadian alam bukan hanya kejadian alam semata. Jika kita memahami bencana alam sebagai fenomena alam belaka, apa manfaatnya buat kita? Paling hanya bisa belajar bagaimana menghindar dari bencana, atau bisa menciptakan teknologi agar terhindar dari bencana.

Tapi, jika kita bisa selamat dari bencana apakah kita akan selamat dari kematian? Maka pelajaran apa yang seharusnya kita dapatkan dari bencana? Agar pelajaran itu bisa menyelamatkan hidup kita dari bencana di dunia dan akhirat.

Jika kita hanya belajar dapat menghindari bencana dari bencana, sesungguhnya ilmu yang kita pelajari tidak tuntas. Setiap pembelajaran harus sampai pada tingkat perubahan prilaku. Maka untuk mencapai tingkat perubahan prilaku, setiap pembelajaran harus sampai menemukan nilai kebenaran hakiki.

Untuk mencapai kebenaran hakiki, setiap kejadian kita baca tidak boleh lepas dari petunjuk Tuhan yang dijelaskan dalam kitab suci. Tuhan memberi petunjuk berlogika dalam membaca fenomena alam. Logika sebab akibat terjadinya bencana dapat kita temukan dalam kitab suci Al-Qur’an.

Dan sesungguhnya Kami tinggalkan daripadanya satu tanda yang nyata bagi orang-orang yang BERAKAL. Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan, saudara mereka Syu'aib, maka ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah olehmu Allah, harapkanlah (pahala) hari akhir, dan jangan kamu berkeliaran di muka bumi berbuat kerusakan". Maka MEREKA MENDUSTAKAN Syu'aib, lalu MEREKA DITIMPA GEMPA YANG DAHSYAT, dan jadilah mereka mayit-mayit yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka. (Al ‘Ankabut, 29:35-37).

Informasi kejadian gempa di dalam Al-Qur’an, berlaku sepanjang hayat. Bagi orang-orang berakal ayat ini cukup jelas mengabarkan apa sebab terjadinya gempa. Logika sederhana ini bisa dipahami oleh anak-anak sekolah dasar.

SEBAB
AKIBAT
MENDUSTAKAN
GEMPA DAHSYAT

Inilah pelajaran penting bagi kaum berakal. Gempa adalah tanda-tanda (teguran) Tuhan kepada manusia bahwa prilaku buruk berpaling kepada selain Tuhan, tidak percaya pada hari akhir, dan perbuatan-perbuatan yang merusak tatanan kehidupan masyarakat adalah penyebab gempa yang membinasakan.

Jika logika terjadinya gempa dapat kita pahami sebagaimana disampaikan dalam kitab suci, maka solusinya untuk menghindari gempa, selamat dari gempa adalah dengan meningkatkan ketaatan kita kepada Allah dengan berbuat hal-hal yang disukai oleh Allah Tuhan Semesta Alam.

Perbuatan-perbuatan yang disukai Allah sebagaimana diperintahkan, memperbanyak shalat, memperbanyak sedekah. Memperbanyak shalat artinya latihlah pikiran dan hati untuk selalu menggantung kepada Allah semata, dan memperbanyak sedekah dengan cara banyak-banyak berbuat baik kepada sesama manusia dan lingkungan alam. Dengan demikian, Allah akan berkenan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.

Gempa adalah tanda bahwa Tuhan sedang menegur, “Kamu telah banyak berdusta kepada Ku!" Apakah kamu tidak berpikir? Jawab lah, hai kaum yang berakal! "kami akan memperbaiki diri dan lebih taat lagi kepada Mu. Ampunilah kami, maafkanlah kami, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Pengasih”. Wallahu ‘alam.

(Master Trainer @logika_Tuhan)

No comments:

Post a Comment