Saturday, January 20, 2018

RASIONALITAS BUKAN MILIK KAUM LIBERAL


Oleh:
MUHAMMAD PLATO

Kita benar-benar harus belajar ilmu berpikir. sebab Allah bertanya kepada manusia, “apakah kamu tidak berpikir?” (Ali Imran, 3:65).  Ratusan tahun kita berada dalam kebodohan, dengan mengesampingkan peranan berpikir dalam memahami informasi dari kitab suci.

Pembodohan masih kita rasakan sampai sekarang. Pemahaman-pemahaman rasional tentang agama dideskriditkan dengan kelompok-kelompok sesat dan di cap sebagai ahli neraka. Apakah kamu tidak berpikir?

Setiap manusia diciptakan dengan kepala yang di dalamnya terdapat otak. Dalam berbagai penelitian ilmiah fungsi otak sangat vital dalam kehidupan manusia. Kelainan-kelainan pada otak bisa berpengaruh pada kelainan jiwa dan raga manusia. Apakah kamu tidak berpikir?

Rasionalitas bukan milik siapa-siapa, tapi milik semua manusia yang diberi otak. Tidak manusia Barat, tidak manusia Timur, semua manusia punya rasionalitas. Saya tegaskan rasionalitas yang dimiliki setiap manusia tergantung SUMBER PENGETAHUAN YANG DI MILIKINYA. Apakah kamu tidak berpikir?

Rasionlitas itu dibangun oleh pola pikir sebab akibat. Berpikir rasional adalah memahami dengan cara menghubungkan-hubungkan pengetahuan yang ada dalam otak dengan pola sebab akibat. Apakah kamu tidak berpikir?

Rasionalitas adalah pemahaman seseorang terhadap suatu kejadian berdasarkan pola pikir sebab akibat. Suatu kejadian bisa dipahami dengan mengetahui hubungan kejadian lain sebagai sebab, dengan kejadian lain sebagai akibat. Jika antar kejadian dihubungkan memiliki hubungan sebab akibat langsung maka disitulah masuk pemahaman dengan kategori logis.

Sedikitnya konsep rasionalitas dibangun oleh tiga sumber pengetahuan. Pertama adalah rasionalitas pengetahuan alam. Rasionalitas ini mengandalkan pada kebenaran bukti, data, fakta, di alam. Rasionalitas ini dianut oleh orang-orang materialis, dan Atheis.

Kedua, rasionalitas pengetahuan mistis. Rasionalitas ini mengandalkan pada pengetahuan yang di dapat dari cerita, tradisi, mitos, para leluhur secara turun temurun. Rasionalitas ini dianut oleh masyarakat tradisional bersumber pada kepercayaan-kepercayaan yang dianutnya secara turun temurun.

Rasionalitas agama, bersumber pada pengetahuan dari kitab suci. Umat Islam menambah satu sumber pengetahuannya dari hadis (perbuatan-perbuatan Nabi Muhammad saw). Apakah kamu tidak berpikir?

Dalam perkembangannya, rasionalitas agama kadang bercampur aduk dengan mistis, bahkan diajarkan secara mistis. dan dijauh-jauhkan dari kebenaran empiris. Rasionalitas mistis ini banyak ditinggalkan orang karena termasuk menyesatkan baik di dunia maupun di akhirat. Kata kunci dari rasionalitas mistis adalah menghubung-hubungkan kejadian tanpa dasar bukti maupun keterangan tertulis.

Dalam Al-Qur’an, semua kejadian terjadi dengan rasional. Perbedaan rasional dan tidak rasional disebabkan oleh perbedaan persepsi tentang sebab dan akibat.

Bagi kaum rasional empiris, sebab dan akibat yang benar adalah jika memenuhi kenyataan empiris. Kebenaran itu harus mereka teliti, melalui metode penelitian yang telah mereka sepakati. Pendekatannya induktif.

Dalam rasionalis agamis, sebab akibat kejadian secara general sudah dijelaskan di dalam kitab suci. Penelitian dilakukan untuk menggali kebenaran-kebenaran empiris, untuk memperdalam tentang kebenaran-kebenaran hukum yang sudah ditetapkan oleh Tuhan.

Bagi kaum rasionalis agamis, penelitian bukan hanya untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan kebenaran-kebenaran empiris tentang hukum Tuhan, tetapi hal yang lebih penting untuk meningkatkan keyakinan dan ketundukkan manusia kepada kehendak Tuhan.

Kaum rasionalis agamis, lebih terbuka terhadap perbedaan pendapat, karena kebenaran tidak di daulat sebagai hak milik seseorang, tetapi mutlak miliki Tuhan. Perdebatan tidak akan berujung pada konflik terbuka, karena semua menyadari tidak ada yang bisa mengklaim paling benar kecuali Tuhan.

Kaum rasionalis agamis lebih cenderung damai. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak semata untuk kepentingan pribadi tetapi selalu diajarkan oleh Tuhan untuk kepentingan bersama, kepentingan umat manusia, tanpa membedakan warna kulit, suku, ras, dan agama.

Jadi rasionalitas bukan milik kaum liberal, rasionalitas milik setiap manusia, dengan jenis rasionalitas yang dimilikinya, sesuai dengan pengetahuan-pengetahuan yang dijadikan sebagai sumber pemikirannya. Apakah kamu tidak berpikir? Wallahu ‘alam.

(Master Trainer @logika_Tuhan)

No comments:

Post a Comment