Saturday, May 19, 2018

LOGIKA KOCAK USTAD EE

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Sekarang kita memasuki awal abad 21, inilah zaman perubahan sebagaimana dikabarkan dalam hadis. “Sesungguhnya Allah akan membangkitkan untuk umat ini di setiap awal 100 tahun, seseorang yang akan memperbaharui agama ini.” (HR. Abu Hurairah).

Ustad Evie adalah sesungguhnya fakta fenomena terjadinya pembaharuan dalam agama. Ustad Evie yang berlatar belakang dunia hitam, bukan saja berhasil mengubah dirinya menjadi orang cerdas beragama, tetapi dia juga berhasil mengubah paradigma beragama masyarakat.

Perubahan paradigma beragama yang bisa kita akui bersama adalah cara berpenampilan Ustad Evie dalam setiap ceramah. Ustad Evie telah membebaskan belenggu masyarakat dalam melihat baju sebagai ukuran seorang beragama. Ustad Evie telah menyadarkan bahwa menjadi pemuda hijrah tidak harus merubah tampilan, tapi utamakan keimanan.

Paradigma lama, hijrah prilaku selalu di dahului dengan hijrah penampilan. Paradigma lama ini menjadi banyak orang sulit untuk berhijrah karena masalah penampilan. Ustad Evie membuka paradigma baru bahwa tampilan bukan ukuran perubahan seseorang. Perubahan ada diakhlak dan pengetahuan tentang keimanan terhadap hukum-hukum dalam agama. Untuk itulah dakwah ustad Evie diterima oleh semua kalangan, khususnya mereka yang selama ini tidak tersentuh dan diabaikan yaitu anak jalanan dan berandalan.

LOGIKA KOCAK

Keberhasilan dakwah Ustad Evie kepada masyarakat adalah kelihaian Ustad Evie dalam mengolah logika Al-Qur’an. Logika dasar dari Al-Qur’an disampaikan, dikemas dalam bahasa-bahasa sehari-hari melalui contoh-contoh ringan dalam kehidupan nyata dan lucu.

KITA SEKARANG BERADA DI ABAD 21, DIMANA DALAM 100 TAHUN AKAN ADA PEMBAHARU
Bahasa kocak yang sering diucapkan Ustad EVie adalah “Ganteng itu relatif, yang mutlak yang jelek”. Ini bahasa logika, kalau kita telusuri sumbernya dari Al-Qur’an. Bahasa logika yang diolah Ustad Evie sebenarnya ingin menyampaikan bahwa manusia bukan pemilik kebenaran, tetapi manusia pemilik keburukan.   

Kebajikan apa pun yang kamu peroleh adalah dari sisi Allah dan keburukan apa pun yang menimpamu, itu dari (kesalahan) diri mu sendiri". (QS. An-Nisa' 4: Ayat 79).

Bahasa logika kocak lain yang sering disampaikan Ustad Evie ketika membahas masalah poligami. Ajaran poligami sering dianalogikan dengan kaki kursi yang jumlahnya empat, sehingga kursi bisa berdiri kokoh. Kursi tidak akan berdiri ajeg ketika kakinya satu.

Beliau juga menjelaskan bahwa berpoligami tidak perlu izin karena poligami tidak ada di lembaga perizinan pemerintah. Poligami izinnya bukan dari lembaga atau dari manusia tetapi dari Allah, karena itu ajarannya yang tertulis dalam Al-Quran.

"maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki". (An nisaa, 3:3)

Bisa dipahami, pertimbangan poligami adalah keadilan bukan izin. Tafsir bahwa poligami harus izin istri sebenarnya bukan hak istri (manusia), tetapi itu tafsir dalam rangka pertimbangan untuk mewujudkan keadilan agar tidak ada yang tersakiti.

Itulah beberapa kecerdasan ustad Evie dalam menjelaskan ajaran agama kepada masyarakat. Bahasa-bahasa logika analogi kehidupan sehari-hari, membuat Ustad Evie sangat disukai oleh masyarakat dan membuat ajaran agama mudah dipahami.

Ustad Evie juga sering menganalogikan poligami dengan shalat berjamaah yang hanya boleh dipimpin oleh satu imam, dan boleh dengan empat makmum. Logika sederhana ini ikut menjelaskan bahwa perempuan tidak mungkin berpoliandri. Kepemimpinan ada di laki-laki sehigga menguatkan bahwa poligami adalah kodrat laki-laki.

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), (An nisaa, 4:34)

Demikian penjelasan-penjelasan logika kocak dari ustad Evie yang sering mengundang gelak tawa. “dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis” (An Njam, 53:43). Tapi jangan terlalu banyak tertawa jika tidak ingin kalian banyak menangis! Wallahu ‘alam.  

(Penulis Master logika Tuhan)

No comments:

Post a Comment