Wednesday, June 13, 2018

BELAJAR ISLAM DARI MUALAF

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Saya pernah ceramah dhuha dihadapan anak-anak sekolah, menekankan bahwa “syarat menjadi Islam harus cerdas, jika bodoh silahkan pilih agama selain Islam”. Kekuatan Islam tidak akan hancur karena ditinggal penganutnya, karena yang keluar dari Islam adalah orang-orang bodoh”. Saya sangat yakin pada ayat-ayat Al-Qur’an yang memerintahkan kepada manusia untuk berpikir. Ini pertanda bahwa syarat menganut agama Islam harus cerdas.

Kebenaran ayat Al-Qur’an ini dapat kita buktikan pada kisah-kisah bagaimana para mualaf memeluk Islam. Hampir 100 persen para mualaf memilih agama Islam karena proses pencarian Tuhan, seperti pencarian Tuhan yang dilakukan Nabi Ibrahim as.

Berikut beberapa kisah pilu dan pemikiran-pemikiran para mualaf yang saya rekam dari pengakuannya yang ditampilkan di youtube. Latar belakang para mualaf rata-rata berpendidikan tinggi. Sekalipun ada yang berpendidikan sekolah dasar, mereka berkategori cerdas, mendapat inspirasi karena telah membuktikan kebenaran ajaran Islam yang masuk di nalar.

Gene Netto adalah mualaf berlatar belakang Atheis berasal dari Selandia Baru. Awalnya dia belajar Islam untuk mencari bukti bahwa semua ajaran agama tidak masuk akal. Setelah membaca Al-Qur’an, dia merasa heran karena  ajaran Islam didapatinya rasional. Semakin dalam mencari Islam semakin bisa dipahami oleh akalnya, oleh karena itu dia berkata, “saya terpaksa masuk Islam”. Beliau masuk Islam karena mendapati ajaran-ajaran islam yang mudah dan rasional. 

Terkait dengan fakta terjadinya perpecahan karena perbedaan aliran dan perebutan kekuasaan yang terjadi pada umat Islam, dia mengatakan bahwa blue print  Islam dalam Al-Qur’an mendesain umat Islam bersatu. Buktinya di dalam Al-Qur’an ada larangan umat Islam untuk berpecah belah.

“Dia telah mensyariatkan kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya…” (Asy Syuura, 42:13)

Steven Indra Wibowo, mantan Pendeta keturunan Tionghoa. Tertarik karena melihat aktivitas shalat umat Islam yang tertib. Masuk keluar masjid secara teratur tanpa ada paksaan. Beliau kemudian masuk Islam dan diusir oleh orang tuanya. Hidup dengan menjadi kuli panggul dan cuci piring. Mandi tiga hari sekali, baju hanya yang nempel di badan. Beliau bertahan dalam kondisi sulit demi Islam.

Pierre Reynaldi Mualaf berlatar belakang etnis Tionghoa berpendapat agama yang benar-benar suci, dan bisa dipahami dengan logika adalah Islam. Setelah Bleiau masuk Islam dimusuhi oleh seluruh keluarga termasuk ibunya. Rela hidup terlunta-lunta dan keluar kerja demi mencari kebenaran Islam.

Yudi Mulyana mantan pendeta berlatar belakang etnis Tionghoa, berkerja di departemen pendidikan agama, mendengar adzan di waktu dhuha dan mendapat panggilan untuk berislam. Setelah masuk Islam, terpisah dengan anak dan istri dan keluarga besarnya. Tidak di aku anak oleh ibunya. Sempat menyesal telah masuk Islam, karena hidup jadi tidak menentu kehilangan segalanya. Dia bertahan dan belajar Islam sampai menemukan jati dirinya.

Dewa Putu berasal dari Kasta Brahmana, anak pendeta tertinggi agama Hindu. Menemukan Islam dari kitab agama hindu. Tokoh Kalki Awatara banyak diberitakan dalam kitab weda. Disebutkan lahir di tanggal 12 di awal bulan sepanjang tahun. Ciri-cirinya datang dengan menggunakan unta, menggunakan pedang dan panah. Ciri-ciri ini mengisyaratkan seorang Nabi yang membawa agama Islam yaitu Nabi Muhammad saw.

Setelah masuk Islam, tidak dianggap anak oleh ayah dan ibunya, dan di tentang oleh seluruh keluarganya.  Di bertahan dalam keyakinannya dan belajar shalat dengan terus melakukan kajian dan menemukan kedamaian dalam shalat. Putu tidak pernah menganggap shalat sebagai kewajiban. Allah tidak akan sedih karena kita berhenti shalat. Shalat adalah kebutuhan, jika shalat sebagai kewajiban maka shalat akan jadi paksaan. Jika kita yang butuh maka kita tidak akan meninggalkan shalat sampai ajal menjemput.

Ustad Abdul Aziz mantan Pendeta Hindu, tidak ada cita-cita menganut agama Islam. Segala kenikmatan dunia sudah didapatkan dalam agama Hindu. Awalnya masuk Islam, merasa lelah dengan ritual-ritual yang sangat mengikat. Setiap mau minum atau makan harus dibuang sedikit untuk betara. Kalau lewat dikuburan, harus bunyikan klakson, tujuannya pamit kepada para betara. Hal-hal yang tidak rasional itu mengusik keimanannya.

Insprirasi masuk Islam terjadi ketika melakukan semedi sambil puasa tujuh hari tujuh malam, dengan membaca mantra-mantra. Pada hari ketujuh mendengar suara takbiran seperti menjelang hari raya idul fitri, padahal saat itu bukan menjelang hari raya idul fitri. Sejak saat itu Beliau memutuskan memeluk Islam.

Ketika sedang shalat beliau ketahuan beragama Islam oleh ayahnya. Beliau disidang dihadapan keluarga. Pamannya datang melampiaskan marah dengan meludahi wajahnya. Di marahi ayah ibu dan lima saudaranya. Pamannya mengancam akan membunuh, dan ucapan pamannya ternyata benar-benar dibuktikan, ketika sedang sendirian di rumah, di sergap dari belakang, tangan diikat, lehernya mau digorok.

Saat pisau menempel di leher, dia memohon pertolongan Allah. Doanya dikabul, ayahnya pulang ke rumah, dan berteriak lalu bertengkar dengan pamannya, setelah itu dibebaskan.Setelah beberapa lama beragama Islam, ayahnya memeluk Islam dan tidak lama kemudian meninggal.

Ustad Bangun Samudera mantan Pastur, masuk Islam karena dalam kitab suci agama awalnya dia menemukan banyak hal kontradiktif. Dalam kitab Talmud dijelaskan bahwa satu tahun terdiri 10 bulan, berbeda dengan keterangan Al-Qur’an, bahwa satu tahun adalah 12 bulan. Dalam sejarah agama lamanya ternyata, Paus Gregorius, memerintahkan pendeta untuk menambah bulan dua bulan hingga jumlahnya genap 12. Dua bulan tersebut ada Januarius (dewa yang disembah selain bapaknya) bermuka depan belakang, dan Februarius (dewa yang urusi bumi).

Meiga Fitri seorang mualaf keturunan Tionghoa. Setelah masuk Islam, dia kehilangan harta dan suaminya, dia harus menghidupi tiga anaknya dengan kondisi janda. Dia berislam karena menemukan dalam kitab Injil semua kebenaran agama Islam diberitakan. Injil memberitakan tentang Tuhan yang esa, kewajiban shalat, wudhu, menghadap kiblat, sunat, tidak makan babi, dan banyak fakta lainnya.

Steven Indra Wibowo setelah memperdalam isi ajaran islam dalam Al-Qur’an dan hadis, berpendapat bahwa Islam bukan untuk diperdebatkan. Debat tidak efektif mengantarkan orang mengenal Islam, kecuali dilakukan dengan orang-orang yang punya kemampuan ilmu sepadan. Untuk mengajarkan Islam kepada orang-orang di luar Islam, harus perlihatkan akhlak Islam. Itulah dakwah yang dicontohkan oleh Rasulullah.

Para mualaf benar-benar menemukan Islam dengan akal dan hatinya yang diberkahi Tuhan Allah swt. Keyakinan mereka bertambah tebal terhadap Islam karena mereka tersentuh, terhenyak, dan tertegun, ketika membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang menantang akal. Mereka takluk dan menerima Islam sebagai agama yang benar dan mudah dipahami dengan akal sehat.

Bersyukur kita yang telah berislam sejak lahir dari lingkungan keluarga muslim. Perjuangan para mualaf memeluk Islam, harus mereka tebus dengan harta, keluarga, siksaan, dan nyawa taruhannya. Penderitan mempertahankan iman Islam, mereka dapatkan seperti perjuangan para pemeluk Islam di masa awal.

Semoga para mualaf dan kita semua diberi rahmat oleh Allah untuk tetap menemukan nikmatnya berislam. Semoga kita semua diberi hidayah untuk terus belajar Islam dari sumbernya yang benar yaitu Al-Qur’an dan sunnah. Wallahu’alam.

(Penulis Master of logika Tuhan)

2 comments: