Thursday, November 1, 2018

MENYUAP DI JALAN TUHAN!

Oleh: Muhammad Plato

            Kasus suap menyuap sebetulnya bukan masalah baru di Indonesia. Sejak dinobatkan sebagai negara terkorup di dunia, sudah pasti bermacam-macam suap ada di Indonesia. Seorang Profesor Dosen Kakak saya di sebuah Universitas swasta ternama di Bandung berbicara, suap tidak bisa hilang dengan mudah di bumi Indonesia. Bagaimana tidak, sejak dahulu nenek moyang kita selalu mengajarkan dan mempraktekkan suap.
            Setiap malam selasa, malam jumat, nenek moyang kita melakukan ritual suap kepada para leluhurnya dengan menyajikan sesajian. Mereka punya keyakinan jika tidak melakukan acara ritual ini, akan kehilangan berkah dalam hidupnya. Saking percayanya, kebiasaan ini bisa bertahan turun-temurun mungkin sampai sekarang.
            Demi mempertahankan ritual suap dan proses adaptasi dengan zaman, ritual suap antara manusia dengan roh nenek moyang berubah menjadi suap diantara sesama manusia. Suap dilakukan untuk memuluskan proyek yang dinilai bisa menghasilkan uang banyak. Suap menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Tiada hari tanpa suap, itulah mungkin pepatah yang pas untuk menggambarkan kehidupan di Indonesia.

BERPIKIRLAH ADA SUAP YANG HALAL YAITU MENYUAP TUHAN
            Alang kepalang, masyarakat kita sudah biasa dengan suap, mau dibagaimanakan lagi, kita tidak bisa hidup tanpa suap. Satu-satunya jalan kita harus ikut-ikutan main suap. Kalau tidak ikut-ikutan suap jelaslah tidak akan kebagian tender, alias dapur tidak ngebul.
            Tapi kita modifikasi sedikit cara suapnya. Kalau masyarakat dahulu melakukan suap terhadap nenek moyang sebagai perbuatan syirik, dan masyarakat sekarang main suap kepada sesama manusia itu juga dosa besar karena berprilaku curang, yang halal main suap kepada Allah yang memiliki kekuasaan rezeki di dunia dan akhirat. Tentu saja menyuap Allah juga harus sembunyi-sembunyi karena itulah hakikat suap. Semakin tersembunyi, suap semakin baik.
            Jika selama ini orang-orang menginginkan kekayaan, jabatan, dengan cara suap, kita juga lakukan hal yang sama. Jika orang-orang melakukan suap kepada pejabat, atau atasan penentu kebijakan, kita juga harus lakukan suap kepada Penentu Keputusan yaitu Allah SWT.
            Jika ingin jadi pegawai negeri (PNS), tentara, guru, dan polisi, berani keluarkan dana  30 sampai 150 juta, kita juga harus berani. Mengapa kita tidak sanggup keluarkan juga dana sebesar itu untuk Allah. Kalau Anda orang beriman suap saja Allah dengan dana sebesar itu. Caranya keluarkan dana sebesar itu untuk fakir miskin, panti asuhan, dan kaum dhuafa.
            Suap kepada manusia hasilnya bisa kita saksikan, banyak yang tertipu oleh oknum-oknum yang menjanjikan pekerjaan dan jabatan. Para penyuap kehilangan uang dan akhirnya jatuh miskin. Sekarang anda pikirkan bahwa uang yang anda berikan kepada fakir miskin untuk menyuap Allah, akan dikembalikan 10 sampai 700 kali lipat. Ini adalah janji Allah dalam Al-Qur’an surat Al An’am ayat 160 dan Albaqarah ayat 261. Bayangkan jika Anda menyuap Allah 30 juta saja, bukan hanya jabatan atau pekerjaan yang akan anda dapatkan, justru anda akan mendapatkan kelimpahan harta dari Allah SWT.
            Berpikirlah para penyuap! Jika saja untuk memperoleh keinginan Anda berani berbuat jahat dengan melakukan suap terhadap sesama manusia, mengapa juga Anda tidak berani berbuat baik, dengan cara menyuap Allah. Menyuap kepada manusia dan kepada Allah modalnya sama, KE-BE-RA-NI-AN. Berani buruk atau baik? Kata Mario Teguh, “pemberani itu ciri dari orang-orang beriman” Berpikirlah para penyuap!!!

(Penulis Master Trainer @logika_Tuhan)

No comments:

Post a Comment