Sunday, May 28, 2017

LOGIKA FIR’AUN


Oleh:
MUHAMMAD PLATO

Logika orang beriman dengan orang-orang sesat pasti berbeda, sebagaimana logika Nabi Musa dengan Fir’aun  (Ramses II). Logika Nabi Musa mendapat bimbingan dari Tuhan, sedangkan logika Fir’aun berdasar apa yang dipikirkan dan dilihatnya dari pengalaman atau alam. (rasional-empiris).

Fir’aun adalah tipe pemikir tanpa memperdulikan pengetahuan dari Tuhan. Fir’aun adalah tipe pemikir yang menganggap pengetahuan dari Tuhan sebagai khayalan, un rasional, dan cenderung lebih percaya pada kebenaran material. Fir’aun meyakini bahwa wahyu dari Tuhan tidak bisa dibahas secara rasional, dan tidak bisa menyelesaikan masalah-masalah rasional. Fir’aun termasuk sosok manusia kufur.

Nefertiti, Firaun Perempuan sangat Religius Menyembah Satu Tuhan bernama Aten
Logika berpikir Fir’aun menghilangkan satu sumber pengetahuan yang datangnya dari Tuhan. Logika Fir’aun dengan pola pikir sekuler beda tipis, karena orang-orang sekuler banyak terjerumus juga kepada kelompok Atheis yang tidak mengakui adanya pengetahuan dari Tuhan.

Untuk kaum beragama jangan cepat-cepat  dulu mengaku saya beriman, jika belum memahami logika berpikir yang diajarkan dari Tuhan. Seperti saya katakan tadi, logika orang beriman dengan logika orang-orang sesat berbeda. Perbedaan logika berpikir orang beriman dan sesat, terjadi pada zaman Rasulullah, saw. seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an.

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (Al-Baqarah, 2:216).

Penilaian baik dan buruk terhadap suatu kejadian membutuhkan pengetahuan. Setiap orang akan mengeluarkan pendapatnya berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Perbedaan pendapat akan terjadi, atas dasar perbedaan pengetahuan yang dimilikinya. Orang-orang beriman mengeluarkan pendapat bedasarkan pengetahuan wahyu dari Tuhan, yang meliputi pengetahuan rasional dan empiris.

Prof. Kiai. H. Fahmi Basya mengatakan bahwa Alqur’an adalah alam tulisan. Yang ketelitiannya sama dengan ketelitian di alam itu sendiri. Dengan demikian Al-Qur’an dapat dijadikan data ilmiah yang handal. Betapa berat beban yang kita pikul, jika melakukan penelitian alam tanpa tulisan pendamping dari Tuhan. Dengan adanya alam tulisan ini (Al-Qur’an), yang dijamin ketelitiannya oleh Allah, berakibat kita mudah menemukan sesuatu di alam. Inilah fungsi Al-Qur’an bagi orang-orang beriman yang diwajibkan melakukan penelitian.

Orang-orang yang diberi kitab akan diberi tahu oleh Tuhan mana yang baik dan mana yang buruk. Dan orang-orang yang mengingkari kitab dari Tuhannya, berpotensi menjadi orang-orang sesat dengan tanda memandang baik perbuatan buruk. Orang-orang yang disesatkan Allah, berpikirnya seperti logika Fir’aun yang menganggap Nabi Musa sebagai pendusta.

“Demikianlah dijadikan Fir'aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir'aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian”. (Al Mukminun, 40:37)

Fir’aun adalah tipe manusia sesat yang pandanganya terbalik, yang kekal dibilang fana, dan yang fana dianggap kekal. Kebatilan di bilang hak dan yang hak dibilang bathil. Inilah cara iblis menyesatkan manusia.

“Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,” (Al-Hijr:39).

Logika Fir’aun akan menggiring manusia lebih menyukai menumpuk kekayaan dari pada membelanjakannya di jalan Allah, dan lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kampung akhirat yang kekal.

Logika Fir’aun akan lebih cenderung membenarkan sesuatu berdasarkan kebenaran empiris (pengalaman), dan menganggap kisah dalam kitab suci, akhirat, hari pembalasan, sebagai dongeng anak anak sebelum tidur. Orang-orang yang berpikir menurut petunjuk Tuhan, diangap gila, sakit, tukang sihir, dan pendusta. Bagi mereka pengikut Fir’aun tidak ada kebenaran kecuali pembenaran menurut dirinya sendiri dan terlepas dari ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh pengetahuan dari Tuhan.

Bagi pengikut Fir’aun, rasionalitas hanya dapat dipahami dengan akal yang selalu selaras dengan kenyataan. Padahal rasionalitas adalah milik Tuhan, yang dibangun oleh satu sebab yaitu Tuhan Semesta Alam. 
Pengetahuan-pengetahuan dari Tuhan dianggap mistis, padahal Tuhan mencakup hal-hal yang rasional dan nyata. Pengetahuan dari Tuhan bisa buktikan secara rasional empiris, dan bisa dibuktikan dalam kenyataan alam. Pengetahuan Tuhan meliputi alam ghaib dan alam nyata. Membuktikan kebenaran wahyu Tuhan berangkat dari keyakinan untuk menambah keyakinan.

Ayat yang sering dikutif oleh Prof. Kiai. H. Fahmi Basya tentang pentingnya melakukan pembuktian kebenaran ayat-ayat Al-Qur’an adalah, “Agar yakin orang-orang yang diberi kitab, dan bertambah iman orang-orang yang beriman dan tidak ragu-ragu lagi orang yang diberi kitab dan orang yang beriman”. (Al-Mudatsir, 74:31).

Logika orng-orang beriman menjadikan Tuhan sebagai sebab, sedangkan pengikut Fir’aun menjadikan kenyataan alam sebagai sebab. Bagi pengikut Fir’aun ada yang tidak rasional, sedangkan bagi orang-orang beriman semuanya rasional karena sebabnya adalah Tuhan.

Logika Fir’aun membatasi kehidupan dengan kematian, sedangkan orang-orang beriman membatasi kehidupan setelah adanya pengadilan dari Tuhan. Pengikut Fir’aun pengetahuannya dangkal dan terbatas, sedangkan pengetahuan orang-orang beriman tidak terbatas menjangkau hal-hal yang belum terjangkau oleh pikiran-pikiran pengikut Fir’aun.

Logika Fir’aun dibatasi oleh kenyataan, sedangkan logika orang-orang beriman dibatasi oleh Tuhan, sehingga logikanya menjadi tidak terbatas. Pengikut Fir’aun adalah mereka yang meragukan kebenaran kitab suci, dan tidak percaya terhadap eksistensi Tuhan sebagai penyebab segala kejadian semesta alam.

Berdo’alah semoga logika berpikir kita diberi bimbingan oleh Tuhan, dan kitab suci Al-Qur’an adalah sebenar-benarnya petunjuk berpikir bagi orang-orang beriman. Semoga Tuhan Allah swt selalu membimbing kita ke jalan yang lurus dalam berpikir. Wallahu’alam.

(Penulis Master Trainer @logika_Tuhan).

No comments:

Post a Comment