Saturday, March 2, 2019

DALIL MENGELUARKAN PENDAPAT


Oleh: Muhammad Plato

Scott mengatakan, “fact are sacred, opinion free”. (Carr, 1961, hlm. 10). Beliau ingin mengatakan segala kejadian yang ada di muka bumi adalah suci (bebas dari kepentingan), namun setiap orang boleh memberikan pendapat atau pemikirannya. Manusia sebagai makhluk berpikir pasti akan selalu mengeluarkan opini (pendapat) terhadap segala kejadian oleh karena berpikir mengeluarkan pendapat adalah sifat dasar manusia.

Sekalipun mengeluarkan pendapat bebas dilakukan oleh setiap orang, apa jadinya bangsa ini, jika pikiran, opini, pendapat, atau omongan masyarakat hanya memuaskan keinginan hawa nafsu? Seperti yang terjadi di negara kita, semua orang berpendapat, mengikuti standar kebenaran berdasarkan latar belakang pengetahuan masing-masing tanpa merujuk pada dasar petunjuk berpikir.

Apa bedanya orang beragama dan tidak beragama dalam berpikir? Orang-orang beragama berpikir mengikuti pola rujukan dari sumber yang dianggap sumber kebenaran dari Tuhan yang diyakininya. Apakah selama ini kita telah menjadikan kitab suci sebagai rujukan dalam berpikir? Pada saat orang beragama mengeluarkan pendapat, dengan merujuk pada sumber dasar agama, sesungguhnya dialah orang beragama, karena dia menggunakan sumber kebenaran agamanya sebagai panduan mengeluarkan pendapat.

Apapun pendapatnya, sekalipun terjadi perbedaan pendapat, jika pendapat bersumber pada kebenaran agama yang dianutnya, pendapat itu patut dihargai. Namun harus dipahami, pendapat atau opini sekalipun menggunakan sumber rujukan yang dianggap benar dari kitab suci, namanya tetap pemikiran atau pendapat manusia, maka tidak berhak merasa atau memaksa sebagai satu-satunya pendapat yang benar, harus tetap mengakui sebagai salah satu pendapat yang mungkin bisa salah karena situasi atau ada pendapat lain yang lebih tepat.

Namun demikian jika merujuk pada kitab suci Al-Qur’an, panduan beropini atau berpendapat tidak boleh menyalahkan atau merendahkan pendapat orang lain. Kita hanya bisa menyampaikan opini, pendapat, kapasitasnya sebagai pemikiran pribadi. Menyalahkan atau menyepelekan orang lain sama dengan berprasangka buruk terhadap pendapat orang lain yang kita tidak tahu apa motivasi atau niat seseorang mengeluarkan opini atau pendapat tersebut. Sangkaan buruk, menyalahkan orang lain adalah termasuk pola pikir jahiliyah atau dzonnal jahiliyyah, (Ali Imran, 3:154). Perintah berpendapat baik, dan larangan mencari-cari kesalahan serta menyalah-nyalahkan pendapat orang lain ada dalam Al-Qur’an;

ALLAH BERSAMA ORANG YANG BERPENDAPAT BAIK DAN MEMBAWA KEDAMAIAN 
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. (Al Hujurat, 49:12).

Penafsiran dari ayat di atas dijelaskan dalam hadis Qudsi, “Aku bersama dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku, maka hendaklah ia BERPRASANGKA dengan apa yang DIINGINKAN, bukan yang ia risaukan dan khawatirkan”. (Hadis Qudsi).

Inilah dalil MENGELUARKAN PENDAPAT. Dalam berprasangka (berpendapat) dalam hadis Qudsi dijelaskan harus bersama Aku (Allah), artinya setiap prasangka harus sesuai dengan sifat Allah Yang Maha Baik serta Mutlak Pemilik Kebaikan. Jika pendapat sudah dibarengi Allah mana mungkin ada pendapat buruk, sementara Allah Mutlak Baik. Pendapat buruk, menyalahkan orang lain adalah pendapat yang tidak dibarengi Allah. Maka dari itu berpendapat dengan apa yang diinginkan bukan berarti bebas sesuai keinginan (nafs) kita, tetapi keinginan yang telah dijanjikan Allah kepada orang-orang yang punya pendapat baik, yaitu kesejahteraan dunia dan akhirat. Jadi berpendapat dengan apa yang diinginkan bukan keinginan yang dibawa oleh keinginan (nafsu) destruktif, tetapi keinginan (nafsu) mutm’ainnah (Al Fajr, 89:27), yaitu nafsu atau keinginan yang membawa manusia pada kedamaiaan dan kesejahteraan.

Pendapat-pendapat buruk, dikendalikan oleh nafsu-nafsu destruktif yang tujuannya ingin menyalahkan, mengalahkan, merendahkan, dan mempermalukan orang lain. Maka panduan berpikir bagi setiap muslim adalah tidak berpendapat buruk tentang segala kejadian, karena setiap pendapat harus dibarengi Allah, yang artinya segala pendapat harus baik dalam arti tidak membawa perpecahan, tetapi menenangkan dan mendamaikan umat manusia.

Pendapat yang akan membawa ketenangan yaitu pendapat yang tidak ditujukan untuk memaksakan sebagai satu pendapat yang paling benar atau pendapat yang tidak dibarengi rasa sebagai pemilik kebenaran. Jika rasa jadi pemilik kebenaran dimiliki, maka apa yang terjadi di masyarakat sekarang adalah bukti bahwa sebelum beperndapat kita harus belajar memahami etika dan tuntunan dalam berpendapat.

Tidak ada perbedaan pendapat dan pasti semua sepakat, setiap pendapat harus membawa kesejahteraan dan kedamaian bagi manusia. Nafsu-nafsu manusia yang tidak dibarengi Allah akan membuat pendapat-pendapat merendahkan serta memecah belah umat. Jika tidak memahami etika dan petunjuk berpikir dari Tuhan Yang Maha Esa, sekalipun beragama sebenarnya manusia tidak beragama. Seandainya berpendapat perlu etika dan petunjuk dari agama lalu kita sepakati bersama, sebagai bangsa demokrasi berpenduduk muslim terbesar di dunia, tidak menutup kemungkinan kita akan jadi bangsa religius rujukan dunia dalam berdemokrasi.

Sekalipun kita telah memahami panduan berpikir, manusia pada hakikatnya pembuat salah, maka kita akan selalu terjebak dalam kesalahan berpikir karena lupa. Berpikir gerakannya melebihi kecepatan cahaya, maka tidak menutup kemungkinan manusia selalu melalukan kesalahan berpikir dalam kecepatan cahaya. Untuk itu, Allah mengakhiri ayat berprasangka dengan kata, “sesunggunya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang (innalloha tawwaburrohim).  Wallahu ‘alam.

(Penulis Master Trainer Logika Tuhan)

No comments:

Post a Comment