Saturday, March 23, 2019

PESAN DARI NEW ZEALAND


OLEH: MUHAMMAD PLATO

Kami tersenyum, melihat manusia melalui live streaming menembaki kaum muslimin di New Zealand dengan darah dingin, tanpa alasan benar. Bagi manusia yang terperdaya pola pikir material, dan pengetahuannya sebatas materi,  mati adalah mengakhiri kehidupan dan sebuah kerugian besar. Bagi mereka yang pengetahuannya dibatasi materi, kematian adalah hal paling menakutkan karena kehidupan dunia, satu-satunya kehidupan yang harus dipertahankan.

Kita memahami pembunuhan masal yang dilakukan manusia di New Zealand adalah teror bagi kaum muslimin dunia. Pembunuh sengaja menyebarkan ketakutan bahwa umat Islam sedang terancam hidupnya di dunia. Namun kami tertawa terpingkal-pingkal melihat kelakuan manusia yang meneror umat islam. Kamu bukan meneror umat Islam, tapi meneror Tuhan Yang Maha Esa. Kamu sendiri yang akan menderita kekalahan.

Kami tidak akan menjelaskan Islam kepada mereka yang sudah ditakdirkan bodoh oleh Tuhan. Namun kami harus menjelaskan pola pikir kami dalam menyikapi kematian. Umat Islam tidak bisa ditakuti-takuti dengan kematian. Pola pikir umat Islam berbeda dengan pola pikir manusia materialis, agnostik, atau atheis.

Seorang muslim tidak akan merasa rugi, bersedih hati, takut, fobia, kehilangan nyawa. Bagi seorang muslim kehidupan sebenarnya ada setelah mati. Bagi muslim kematian adalah pintu yang harus dimasuki untuk menuju kehidupan abadi. Bagi kami mati dalam kondisi apapun, dengan cara apapun adalah takdir Tuhan yang tidak bisa dihindari. Dan bagi kami, jika dalam kondisi sangat dibutuhkan, mati di jalan Allah adalah sebuah cita-cita yang kami impikan. Itulah pola pikir kami sebagai muslim.

Pola pikir kami umat Islam dipandu oleh Al-Qur’an. Salah satu pola pikir umat Islam yang tidak takut mati, didasari oleh pola pikir ayat berikut, “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (Al Ankabuut, 29:64).

Pola pikir kami tidak berhenti di dunia, tetapi tembus sampai masa depan yang kekal yaitu akhirat. Dunia dan akhirat adalah satu kesatuan sistem hidup. Kehidupan dunia dan akhirat dibatasi oleh mati. Bagi kami akhirat bukan nun jauh di sana, tetapi esok lusa jika kami mati.

Bagi kaum muslimin, sekalipun kami hidup di dunia, tetapi kehidupan sesungguhnya ada di akhirat. Dunia bagi kami fatamorgana dan akhirat adalah realita.  Semua muslim merindukan kembali kepada kehidupan yang sebenarnya di akhirat. Mati adalah pintu masuk kepada kehidupan abadi bersama Tuhan Yang Maha Esa.

Di dunia, Kami tidak mencari mati dan tidak juga menghindari kematian. Kematian bukan kami yang menentukan tetapi takdir Tuhan. Apapun yang kaum muslimin lakukan adalah usaha untuk menuju kehidupan akhirat. Kampung akhirat di isi oleh orang-orang yang berbuat kebajikan yang mensejahterakan semseta alam. Berbuat kebajikan adalah berusaha dan berkerja atas nama Tuhan untuk kebaikan manusia dan segala isinya.  

Apapun yang terjadi pada kaum muslimin di muka bumi, tidak ada kerugian sedikit pun bagi kami. Kerugian terbesar bagi kami adalah ketika mati dalam kekafiran (tertutup) dari petunjuk Tuhan Yang Maha Esa, Yang Tidak Beranak dan Tidak Beribu Bapak. Kewaspadaan kami bukan kepada para pengintai yang akan membunuh kami, tetapi kepada jiwa-jiwa kami yang kadang tidak terkendali keluar dari apa yang diperintahkan Tuhan dan merugikan orang lain. Kami khawatir jika kami mati sementara jiwa kami sedang cenderung pada keburukan. Kami semua ingin mati, di saat jiwa-jiwa kami sedang diberi ketenangan dan dijanjikan Tuhan menempati jannnah. Kematian kami di masjid sebagai orang teraniaya adalah kemenangan bagi kami, semoga Allah mentakdirkan kami mati dalam kebajikan dan tercatat sebagai syuhada.

Demikian kami sampaikan pesan ini kepada dunia, dari saudara kami di New Zealand. Kami semua menantikan kematian dengan akhir baik. Perlu kalian ketahui, saudara-saudara kami yang sudah tenang di akhirat, ingin kembali hidup hanya karena ingin kembali mati sebagai syuhada. Itulah kami, tidak ada yang kami takuti kecuali Allah swt. Tuhan Yang Maha Esa. Wallahu ‘alam.

(Penulis Master Trainer @logika Tuhan).



No comments:

Post a Comment