Sunday, November 8, 2020

HIDAYAH ADALAH GREAT KNOWLEDGE

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Salah satu kegagalan kita dalam beragama adalah tidak pernah berani bertanya tentang hal-hal sederhana, apakah arti shalat, apakah arti hidayah, apakah arti safaat, apakah arti makrifat, dan lain sebagainya. Pertanyaan pertanyaan sederhana di atas sebenarnya pertanyaan mendalam dan untuk menjawabnya butuh pengetahuan dan pemikiran mendalam agar si penanya memahami pengertiannya sampai pada tataran operasional.

Pemahaman agama yang tekstual dibutuhkan untuk mengembalikan pemahaman kepada arti teks aslinya. Namun untuk kehidupan sosial kita butuh pemahaman-pemahaman rasional dan empiris agar ajaran agama yang kita yakini benar-benar membumi dan benar-benar bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat.

Dilihat dari kajian filsafat, masyarakat kita sebagian besar pemahaman agamanya bersifat mistik. Dunia mistik sifatnya acak untuk itu jarang menjelaskan konsep-konsep yang kita kenal dalam agama didefinisikan secara teknis. Hidayah dari sudut padang misitik memang sulit didefinisikan karena penyebabnya tidak dapat diketahui secara pasti, sehingga hidayah sering dipahami sebagai kejadian ghaib sebagai kehendak Allah kepada orang yang dikehendaki.

Pemahaman ini menjadi kesulitan bagi orang-orang yang ingin menemukan hidayah dari Allah. Jujur saja, penulis juga tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika orang ingin mendapatkan hidayah. Untuk itu kita harus kembali melihat petunjuk-Nya, sebagaimana dikabarkan Allah di dalam Al-Qur’an.

Dari sudut pandang sejarah, Nabi Muhammad saw menerima wahyu, setelah melakukan bertahun-tahun perenungan dengan mengambil tempat di Gua Hira. “Mendekati usia 40 tahun Nabi Muhammad saw mulai pergi berkhilwat dan beritikaf di Gua Hira, yaitu sutau bukit yang jauhnya kira-kira tiga mil dari kota Mekah. Muhammad berkhilwat pada setiap tahun sebulan lamanya. Enam bulan sebelum diangkat menjadi Rasul, Muhammad selalu bermimpi maka apa yang diimpikannya tepat terjadi sebagaimana dilihat dalam mimpinya.” (Ash Shiddieqy, 1996, hlm. 19).

Puncaknya Nabi Muhammad saw menerima wahyu dengan kata kunci “Iqra=bacalah”. Bisa kita renungkan dari jumlah ayat Al-Qur’an 6236, wahyu dari Allah itu turun diawali dengan kata bacalah! Sebagai sebuah kata perintah!!! Penulis merenungi perintah membaca bukan sebagai kata-kata sederhana tetapi sebuah perintah besar, mendasar, dan wajib bagi setiap umat manusia. Perintah membaca adalah fassword (kunci) bagi siapa saja yang ingin mendapat einligten. Arti einlighten dari kamus Oxford, give (someone) greater knowledge and understanding about a subject or situation”. Arti lainnya adalah “give (someone) spiritual knowledge or insight”.

Kata iqra adalah greater knowledge atau spiritual knowledge dari Tuhan. jadi Iqra adalah sebuah pengetahuan besar atau pengetahuan spritiual sebagai perintah kepada manusia untuk berpengetahuan agar manusia dapat menemukan greater atau spiritual knowledge.

Dari pemahaman ini hidayah adalah “pengetahuan besar” yang membuat seseorang mendapat einlighten (pencerahan). Untuk itu mereka-mereka yang telah mendapat hidayah adalah mereka yang diberi pengetahuan besar oleh Allah, dan pengetahuan itu menjadi kunci pengubah seluruh pola pikirnya. Maka untuk mendapatkan hidayah, perintah-Nya adalah bacalah, galilah pengetahuan dengan membaca seluruh makhluk dan kejadian yang terjadi di muka bumi ini sebagai ciptaan Tuhan YME.

Sejarah membuktikan, sangat tidak mungkin sebuah bangsa akan menjadi bangsa berperadaban tinggi jika membaca tidak menjadi budaya atau karakter dasar dari masyarakatnya. Bangsa-bangsa besar didirikan oleh orang-orang besar yang tercerahkan karena kebiasaannya membaca.

Hidayah adalah greater knowledge yang didapat seseorang karena ketekunan dan kegigihannya dalam membaca. Jadi kunci untuk mendapat hidayah caranya adalah menggali dan terus menambah pengetahuan dengan membaca seluruh makhluk dan kejadian alam dengan meyakininya bahwa membaca adalah perintah Tuhan. Wallahu’alam.

No comments:

Post a Comment