Tuesday, December 26, 2023

TERORIS KATA STEREOTIF

Oleh: Muhammad Plato

Melihat perjalanan sejarah perjuangan bangsa berbasis agama, stereotif kepada kelompok beragama sudah disematkan sejak dulu. Ketika Belanda dulu berhadapan dengan pejuang rakyat Indonesia, mereka menamakan kelompok ektrimis fanatik agama. 

Sekarang, untuk menjatuhkan kelompok agama Islam berkembang istilah "teroris". Kata teroris muncul disosiallisasikan oleh Amerika Serikat untuk menandai musuhnya pasca peristiwa runtuhnya World Trade Center. Hingga sekarang stereotif terhadap kelompok agama yang punya pendirian dan berani bertempur untuk membela haknya, mereka sematkan "kelompok teroris". 

Pembantaian rakyat Palestina oleh Israel dan Amerika Serikat, dilegalisasi oleh stereotif bahwa rakyat Palestina yang berani angkat senjata untuk membela tanah airnya dianggap teroris. Israel yang didukung Amerika Serikat saat ini masih memegang kendali opini publik. Saat ini masih banyak masyarakat dunia masih tercekoki propaganda Israel dan Amerika Serikat. 

Kejadian 7 Oktober 2023, diopinikan ke publik oleh Israel dan Amerika Serikat sebagai aksi teroris, seperti aksi teroris ke WTC. Setelah itu, aksi teroris 7 Oktober 2023 terus dinarasikan oleh Israel dan Amerika kepada sekutu-sekutunya untuk melegitimasi pembantaian penduduk Palestina. Pola ini persis seperti yang dilakukan Amerika Serikat kepada Afganistan. Kenapa pola ini sama? Karena pembuat skenario, dan tujuan politiknya memang Israel dan Amerika Serikat yang punya. 

Agar dunia aman, penduduk dunia harus sadar bahwa narasi-narasi yang dibuat media minstream harus hati-hati kita verifikasi. Di balik berita-berita mainstream ada agenda atau kepentingan pemilik media yang berafiliasi dengan kepentingan politik. 

Saat ini media-media minstream Barat rajin memberitakan tentang berita stereotif  terhadap Islam sebagai "teroris". Mengapa media minstream barat rajin memberitakan tentang Islam dengan stereotif teroris, karena media minstream sudah menjadi suara pemilik media bukan suara publik. 

Secara psikologis sekalipun media milik publik, tetapi tujuan, niat, dan agenda, dari pemilik media publik tidak tahu. Sementara masyarakat sudah terbiasa menkonsumsi informasi dari media minstream. Sesungguhnya ketika kita menerima informasi dari media, sebenarnya kita sama dengan kita memakan makanan yang diberikan orang lain tanpa bertanya makanan apa ini, bagaimana rasanya, apakah menyehatkan untuk tubuh saya?

Mungkin saja pada hal-hal tertentu, media minstream memberitakan yang benar sesuai fakta. Hal itu bisa terjadi, untuk membuktikan bahwa media minstream memberitakan sesuai fakta yang benar, untuk mempromosikan diri seolah-olah mereka berpihak pada yang benar. Hal ini dilakukan untuk membangun kondisi psikologis bawah sadar masyarakat. 

Masyarakat Barat yang masih tidur dan belum sadar bahwa mereka sudah terkondisikan oleh temannya sendiri masih mengkonsumsi media minstream. Keterlambatan mereka dalam memverifikasi kebenaran berita, terjebak pada kondisi psikologi bahwa pembuat berita dari kelompok mereka sendiri, dan mereka merasa sebagai kelompok beradab, beretika, sehingga mereka yakin berita yang ditampilkan telah memenuhi standar etika jurnalistik. Padahal sebaliknya, berita-berita yang mereka konsumsi adalah hanya agenda sekelompok dari mereka yang punya kepentingan politik dan bisnis pribadi.

Sampai saat ini, sebagian besar masyarakat Barat yang mengaku beradab, sebenarnya mereka "buta huruf", artinya mereka sudah terjebak oleh tradisi dan mereka merasa apa yang mereka pikirkan dan lakukan sudah paling benar dan diluar sana adalah salah. Mereka seperti masyarakat Arab pagan yang sudah merasa nyaman, tidak ada yang salah, dan semuanya harus berjalan sesuai dengan yang diinginkan, dan ketika ada pemikiran berbeda, mereka mencap sesat atau "teroris", dan mencari-cara pembenaran, dengan memanfaatkan berbagai media.

 Kata "teroris" sekarang sudah jadi kata yang digunakan oleh orang-orang tidak beradab. Orang-orang yang menggunakan kata teroris adalah kelompok buta huruf yang tidak berpendidikan, karena kata "teroris" adalah kata yang menyamaratakan persepsi dengan tujuan menjatuhkan nama baik kelompok tertentu berdasar sudut pandang dirinya yang paling benar. 

Kata "teroris" dengan menggunakan fakta 7 Oktober 2023, telah digunakan Israel dan Amerika Serikat sebagai kunci masuk untuk membumihanguskan penduduk Palestina, plus diselipkan tujuan-tujuan politik mereka. Pembunuhnan masal terhadap anak-anak, perempuan, warga sipil, digilas tank, dikubur hidup-hidup, menjadi kekejian yang sangat mengerikan. 

Infrastruktur Palestina dibumiratakan, jalan dibuldoser, rumah warga, rumah sakit, sekolah, masjid, gereja, di bom menggunakan pesawat tempur. Penduduk dunia hanya bisa menyaksikan di media sosial, dan media-media resmi yang memiliki kepedulian pada kemanusiaan. Media-media sosial menyiarkan protes warga sdunia dari berbagai belahan penjuru dunia menyerukan rasa kemanusiaan. Israel dan Amerika Serikat tidak bergeming. Mereka tetap melaksanakan misinya, dengan pemberitaan media sesuai dengan kepentingannya. 

Anak-anak cucu kita kelak akan membaca, pembantaian yang dilakukan Israel dan Amerika Serikat diawali dari stereotif "teroris" terhadap kelompok agama yang ingin membela mempertahankan hak tanah dan kemerdekaannya. 

Sudut pandang ini mungkin akan dianggap orang terlalu subjektif, namun faktanya seluruh masyarakat dunia melihat fakta seperti itu. Masyarakat dunia menuntut, jangan sampai rasa kemanusiaan mati hanya untuk kepentingan ekonomi dan kekuasaan semata. 

Karakter manusia sudah digariskan oleh Tuhan, suka menumpahkan darah. "Dan Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Al Baqarah, 2:30). 

Pada akhirnya, kami semua tidak tahu apa selanjutnya yang akan terjadi. Semua ini adalah rencana Tuhan yang maha tahu. Namun akhirnya, Tuhan memberi tahu pada kita, setiap orang akan mendapat balasan dari apa yang pernah dikerjakannya. Bagi mereka yang berbuat jahat akan mendapat balasan sesuai kejahatan yang dilakukannya, dan siapa yang berbuat baik akan mendapat balasan kebaikan berlipat ganda.***

No comments:

Post a Comment