Tuesday, November 26, 2013

KEDAMAIAN PENYEBAB KESUKSESAN ANDA



Suatu hari, saya dihadapkan pada masalah yang sebenarnya tidak sulit untuk dipecahkan. Pihak pertama merasa tidak bersalah, pihak kedua merasa tidak bersalah. Kedua belah pihak berposisi tegang mempertahankan posisinya.

Lalu kedua belah pihak berusaha mengurai urutan masalah untuk mencari pembenaran, siapa yang salah dan siapa yang benar. Pihak pertama mengajukan bukti-bukti untuk membenarkan posisinya. Tapi pihak kedua menyangkal semua bukti dan merasa telah difitnah.

Selanjutnya, pihak kedua mengajukan pihak pertama kehadapan hukum dengan alasan pencemaran nama baik. Pihak penegak hukum, mengembalikan masalah untuk diselesaikan secara kekeluargaan.

Sebagai peimpinan saya berinisiatif memanggil semua pihak untuk bermusyarawarah. Setelah semua hadir, saya dituntut untuk menyelesaikan masalah dengan kekeluargaan. Saya tidak tahu langkah apa yang harus saya ambil. Tapi jika dilihat dari urutan kasus, posisi kedua belah pihak sudah dalam posisi tegang, jadi sangat sulit untuk dipertemukan jika mengurai kembali siapa yang salah. Alih-alih bukan menyelesaikan masalah, malah akan semakin memperparah keadaan.

Untuk mengambil keputusan, secara psikologis saya pilah kedewasaan kedua belah pihak. Dari umur, pihak pertama belum dewasa menurut undang-undang, dan masih sangat tergantung pada orang lain. Dari pengetahuan pihak pertama belum memiliki banyak pengetahuan karena tingkat pendidikan lebih rendah dari pihak pertama. Secara psikologis tingkat kedewasaan seseorang dipengaruhi oleh luasnya pengetahuan.

Sementara posisi pihak kedua, umur sudah dewasa, tingkat pendidikan sarjana, dan menduduki posisi terhormat, serta punya kedewasaan berpikir dalam menyikapi masalah. Dari kepemilikan pengetahuan, pihak pertama sudah jauh lebih banyak pengetahuan dalam arti dewasa, karena sudah berpendidikan sarjana.

Atas dasar itu, saya ajak kedua belah pihak untuk berdamai tanpa harus mengusut siapa yang benar dan siapa yang salah. Karena pihak kedua tidak hadir, sebagai pimpinan saya mengambil posisi mewakili pihak kedua.

Pihak pertama bersikukuh, menuntut bahwa dirinya tidak bersalah dan minta direhabilitasi nama baiknya dihadapan publik. Kesepakatan pun dibuat, dengan pernyataan bahwa pihak kedua bersalah, minta maaf, dan pihak pertama mencabut tuntutannya. Konsekuensi selanjutnya, semua orang harus berkumpul dilapangan untuk terima pengumuman bahwa pihak pertama adalah orang baik dan tidak bersalah. Saya lakukan semua tuntutan dengan harapan kondisi kembali dalam keadaan damai.

Namun setelah itu, teman-teman pihak kedua akan mogok karena tidak terima keputusan yang telah disepakati sebagai bentuk solidaritas karena merasa tidak bersalah, serta merasa dilecehkan oleh pihak pertama yang masih di bawah umur (belum dewasa).

Saya mencoba menjelaskan bahwa keputusan itu diambil dengan pertimbangan, suasana damai lebih penting dari sebuah kemenangan. Alasan selanjutnya, bersitegang dengan orang-orang yang belum dewasa, menandakan bahwa kita sama-sama tidak dewasa. Kemudian untuk mendudukkan posisi kita sebagai orang baik, tidak perlu pembenaran dari opini publik. Seandainya kita bersikukuh ingin jadi orang baik karena opini publik, hal itu cerminan bahwa kita bukan orang baik. Orang-orang baik adalah orang-orang yang teguh dalam kebaikan, tanpa harus terpengaruh oleh pendapat publik, karena bagi orang-orang baik,  kebaikan itu hanya perlu disaksikan oleh Tuhan.

Dilecehkan dan ditinggikannya derajat seseorang bukan karena pendapat publik, tapi kehendak yang Maha Kuasa Allah swt. Sebagai orang baik, kita selalu diuji kemampuan untuk bersabar menanti ketentuan Allah swt, bahwa yang baik akan ditinggikan derajatnya dan yang buruk akan direndahkan kedudukannya. Ketentuan itu akan terwujud dalam selang beberapa waktu. Saksikan dengan mata kepala sendiri bahwa ketentuan Allah itu benar adanya.

Terakhir saya jelaskan mengapa damai itu lebih penting dari kemenangan. Kondisi damai jauh lebih penting karena akan melahirkan kemenangan besar. Kemenangan bukan penyebab kedamainan, tapi penyebab konflik, karena kemenangan berada di atas kekalahan orang lain. Maka cenderunglah pada kedamaian karena dibalik kedamaian ada sukses besar yang dijanjikan Tuhan.

Perhatikan firman Allah swt di bawah ini. Ada logika berpikir yang harus kita yakini! Lihat cetak tebal dan baca dengan logika.

Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. (An Nisaa:114)

KEDAMAIAN ADALAH SEBAB, DAN PAHALA BESAR (SUKSES, KEMENANGAN, KEJAYAAN) ADALAH AKIBATNYA. Apakah benar logikanya seperti itu? Kita lihat urutan sejarah Nabi Muhammad saw dalam menyebarkan Islam ke seluruh dunia.

Pada perang pertama (perang Badar), kaum musliman mendapat kemenangan, setelah itu berganti dengan kekalahan pada perang Uhud. Ini menunjukkan logika perjalanan hidup bahwa KEMENANGAN melahirkan konflik dan kekalahan.

Setelah kekalahan itu, Nabi Muhammad saw lebih cenderung menerima perdamaian, sekalipun kedudukan Nabi Muhammad saw dalam perjanjian damai itu direndahkan (dilecehkan). Dalam perjanjian itu Nabi Muhammad ditulis bukan sebagai Rasulullah tetapi sebagai Muhammad bin Abdullah. Ini adalah lebih dari pelecehan, karena merendahkan kedudukan seorang Nabi yang diutus langsung oleh Allah swt.

Saat itu, sesama kaum muslimin banyak yang tidak bisa menerima perjanjian damai ini karena dianggap menguntungkan lawan dan kaum muslimin berada di posisi lemah. Namun semua menyaksikan, setelah penjanjian damai itu, penyebaran Islam, hubungan diplomasi, kekuatan umat semakin bertambah besar. Sampai pada akhirnya Mekkah berhasil ditaklukkan oleh kaum muslimin di bawah pimpinan Rasulullah saw.

Bukankah ini logika dari Tuhan, bahwa kedamaian adalah penyebab lahirnya kemenangan yang besar bagi kuam muslimin. Salam sukses dengan logika Tuhan.

Follow me @logika_Tuhan

No comments:

Post a Comment