Wednesday, July 22, 2020

MENJADI MANUSIA MERDEKA

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Tulisan ini didedikasikan untuk kawan-kawan seperjuangan di tempat kerja dimanapun berada. Terutama di tempat-tempat yang pernah penulis tempati. Semoga kawan-kawan sukses selalu lahir batin dan tulisan ini menjadi investasi yang mengalir sampai akhirat.  

Jadi apakah hidup? Hidup bersifat individual. Dalam arti lain Ego atau Aku (Khudi). Tuhan menciptakan manusia dengan rupa-Nya. Tuhan menciptakan manusia sebagai individu, dan individu-individu yang baik mereka yang menyerap sifat-sifat Tuhannya. Semakin jauh dia dari Tuhan, semakin kurang individualitasnya. Orang yang paling dekat dengan Tuhan adalah pribadi yang paling sempurna. Tetapi bukan dia diserap ke dalam Tuhan, sebaliknya dia menyerap sifat-sifat Tuhan ke dalam dirinya. (Prawiranegara, 1977, hlm. 330)

Hidup adalah penciptaan yang tiada henti dari keinginan dan cita-cita manusia dengan indera dan akalnya. Penghalang-penghalang paling besar dalam proses hidup adalah benda atau alam (materi). Alam bukan merupakan sesuatu yang jahat, sebab alam membantu mengembangkan kekuatan-kekuatan akal dan batin pribadi manusia. (Prawiranegara, 1977, hlm. 33).

Kemerdekaan manusia sebagai individu adalah pembebasan diri manusia dari keterikatan pada materi. Manusia merdeka adalah manusia individu yang tidak tergantung pada materi. Kemerdekaan individu dibangun oleh kemampuan bertahan hidup dalam penderitaan, kesedihan, kesengsaraan, kesabaran, kerja keras, kreativitas, dan optimisme yang dibangun dengan menggantungkan harapan hidup sejahtera dari Tuhannya. Kelemahan manusia terjadi jika harapan-harapan kepada Tuhannya menghilang.  

Manusia Pribadi (Aku) mencapai kebebasan dengan menyerap segala perintang dalam perjalanannya. Dia, Aku adalah pada satu pihak bebas, pada pihak lain terikat dan mencapai kebebasan yang lebih besar dengan mendekati Pribadi yang paling bebas, yaitu Tuhan. Hidup adalah untuk mencapai kebebasan yaitu menggantungkan diri sepenuhnya kepada Tuhan. (Prawiranegara, 1977, hlm. 33).

Cinta adalah energi yang bisa memperkuat individu untuk hidup merdeka. Cinta adalah ketaatan dan ketergantungan pada Tuhan. Syafruddin Prawiranegara (1977, hlm. 35) menjelaskan, cinta adalah hasrat untuk menyerap sifat-sifat Tuhan ke dalam pribadi manusia. Minta-minta melemahkan kekuatan pribadi. Segala sesuatu yang tercapai tanpa usaha (positif) termasuk minta-minta. Anak seorang hartawan yang mewarisi kekayaan bapaknya, adalah seorang ‘pengemis’. Demikian juga orang yang tidak berpikir sendiri tetapi taklid pada pendapat orang lain dia pengemis. Untuk memperkuat kepribadian kita harus memelihara cinta yaitu kekuatan untuk menyerap sifat-sifat Tuhan dan menghindari segala macam minta-minta, yaitu “in-action” hidup tanpa amal.

Mengutif pendapat Muhammad Iqbal, untuk memperkuat kepribadian harus melalui beberapa phase atau tingkat yaitu taat kepada hukum (Allah), menguasai diri, dan menjadi khalifah Allah. Khalifah adalah pribadi sempurna secara fisik dan spiritual serta memiliki tujuan kemanusiaan. Pada dirinya pertentangan batiniah telah berakhir menjadi harmoni. Kemampuan yang ada pada dirinya dibangun dengan pengetahuan yang setinggi-tingginya. Dia adalah penguasa yang sebenarnya dari umat manusia, kerajaannya adalah kerajaan Allah di bumi ini.


Khalifah adalah orang-orang sebagaimana dijelaskan di dalam Al Qur’an. “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (At-Taubah, 9:20).

Musuh-musuh besar yang membuat manusia lemah bersemayam dalam tubuh manusia itu sendiri. Musuhnya adalah kejahilan (kebodohan) dan takhayul. Satu-satunya jalan untuk melawan musuh-musuh ini hanyalah pendidikan, mengajarkan, mengingatkan, dengan penuh kesabaran.

Syafruddin Prawiranegara menarik kesimpulan untuk mewujudkan kehidupan yang sejahtera di dunia jangan sekali-kali menggunakan kekerasan. Piring yang kotor tidak dapat dibersihkan dengan memecahkannya. Tiap-tiap penggunaan kekerasan dari satu golongan terhadap golongan lain akan memecahkan bangsa dan memecahkan negara. Hanya cinta kepada Allah, cinta kepada sesama kaum muslimin, dan cinta kepada sesama bangsa dapat memelihara persatuan dan menjaga keutuhan bangsa dan negara.

Maka, untuk memelihara perdamaian antar bangsa-bangsa dan dalam suatu bangsa di dunia ialah dengan mencintai Allah, yang mengandung konsekuensi kita harus mencintai sesama makhluk Allah, terutama sesama manusia. Kewajiban kita masing-masing adalah melatih dan mendidik diri sebagai pribadi yang mendekati atau mirip kepada pribadi Allah swt yang kuat, bebas dan penuh rasa cinta. Pelajaran ini bukan hanya berlaku untuk kaum muslimin tetapi untuk seluruh umat manusia yang mengaku dirinya makhluk dan hamba Allah, Tuhan semesta alam. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis Nabi saw. “Ciptakanlah pada dirimu sifat-sifat Allah (takhollaq biakhlaqillah)”. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. 

Selamat tinggal kawan-kawan, lanjutkan perjuangan sampai ujungnya baik. Kita tetap berada di jalan sama, medan yang sama, untuk menuju tempat yang sama. Silaturahmi, kekeluargaan, dan visi yang sama akan selalu mempertemukan kita di tempat tertinggi surganya Allah swt. Salam optimis tanpa batas, fokus pada Allah! Wallahu’alam.

3 comments:

  1. Subhanalloh, aamiin ya robbalalamin terimakasih wejangannya bapak, semoga bapak selalu sukses dunia dan akhirat

    ReplyDelete
  2. Terima kasih atas segala infirasinya semoga kami mampu melanjutkan misi bersama meraih ridho illahi tuk mencapai kebahagiaan yang hakiki tempat terindah surga illahi.Optimis tanpa batas.Allahu Akbar.
    Selamat jalan semoga sukses.Aamiin

    ReplyDelete