Sunday, April 9, 2023

OTAK PERUT

Oleh: Muhammad Plato

"Heribert Watzke mempelajari otak di usus kita dan berupaya mengembangkan jenis makanan baru yang akan memuaskan tubuh dan pikiran kita." (https://www.ted.com/speakers/heribert_watzke). Otak kedua ini terdiri dari kumpulan saraf yang disebut dengan sistem saraf enterik di pencernaan, berada di usus dan mengendalikan banyak hal, melebihi apa yang mungkin kita sadari.

Selain mengendalikan sistem pencernaan, sistem saraf ini juga memengaruhi mood dan perilaku kita. Lebih dari separuh dopamin dan 90 persen serotonin, dua jenis hormon yang terkait dengan perasaan gembira, diproduksi oleh bakteri di usus. Bakteri usus itu bukan hanya mengontrol nafsu makan, tetapi juga pada mood. Beberapa penelitian menunjukkan, mengonsumsi yogurt yang mengandung bakteri baik akan mengurangi depresi dan kecemasan. Bakteri usus yang sehat juga bisa meningkatkan daya tahan kita terhadap emosi negatif sehingga kita bisa bersikap memaafkan dan bersosialisasi (kompas.com).

Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. (Thahaa, 20:121).

Jika kita perhatikan "aktivitas" makan berkaitan dengan "aktivitas" buruk manusia. Informasi Al Quran seperti memberi gagasan, makanan berpengaruh pada pola prilaku manusia. Unttuk itu, Islam sangat memerhatikan apa yang boleh di makan dan tidak boleh di makan. Hasil penelitian, jenis makanan yang kita makan akan memberi efek pada otak. Makanan yang kita konsumsi akan masuk ke sistem pencernaan di usus dan akan menghasilkan berbagai efek ke otak, seperti bahagia, malas, sedih, senang.

Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya (Al Maidah, 5:88). 

Ayat ini memberi peringatan bahwa makanan akan memengaruhi hati, pikiran, dan prilaku. Jika usus dapat memberi efek sedih, sakit, bahagia, sesuai dengan makanan yang dicerna, ayat dalam Al Quran ini mengandung pengajaran dan kebenaran bagi orang yang berpikir. 

Jika otak di kepala mengkonsumsi dan memperoses pengetahuan, maka otak yang ada di perut yaitu usus mengkonsumsi dan memproses makanan. Jadi analogi antara otak di kepala dan otak di perut menjadi sistem saling berhubungan yang harus dijaga asupan gizinya. Makanan yang membuat nyaman di perut akan berefek pada hidup sehat, demikian juga asupan pengetahuan ke otak yang baik akan berefek pada kesehatan. Menjaga kesehatan menjadi kegiatan yang harus dilakukan dengan memperhatikan asupan gizi makanan dan pengetahuan. 

Membaca dan makan menjadi aktivitas penting. Membaca dan makan perlu memperhatikan kualitas yang di baca dan dimakan. Saya punya asumsi bahwa prilaku orang dipengrauhi oleh kualitas makanan dan pengetahuan yang dikonsumsi setiap hari. 

Terlalu banyak makan seblak, gorengan, pizza, hamburger, mie instan, bisa jadi berpengaruh pada prilaku sehari-hari. Prilaku-prilaku apa yang diakibatkan oleh makanan-makanan kualitas rendah perlu ada penelitian. Makan makanan kualitas rendah mungkin seperti otak di kepala mengkonsumsi pengetahuan pornografi yang membuat ketagihan. Makanan kualitas rendah menimbulkan efek ketagihan dan membuat organ-organ otak perut rusak.

Menjaga keseimbangan antara aktivitas makan dan baca menjadi suatu hal penting lagi. Kebanyak makan untuk otak perut akan menimbulkan efek fly, malas, dan lemah, hingga melupakan kebutuhan pengetahuan untuk otak di kepala. Tidak menghargai pengetahuan merupakan gejala sangat berbahaya bagi sebuah masyarakat. Lembaga pendidikan sangat penting kedudukannya dalam membudayakan baca untuk kebutuhan pengetahuan otak di kepala yang harus selalu diingatkan. 

Makan untuk otak perut dan baca untuk otak kepala sama-sama aktivitas penting. Aktivitas makan cenderung lebih menarik hati dibanding membaca, karena pada saat membaca secara fisik tidak terasa kenyang seperti memberi makan otak perut. Makan otak perut berwujud fisik, sedangkan makanan otak kepala berbentuk abstrak. Inilah persoalannya mengapa lebih banyak orang suka makan dari pada membaca. 

Jadi orang-orang yang banyak makan, aktivitasnya lebih banyak dikendalikan oleh otak perut. Otak perut hanya mengerti enak dan tidak enak, yang tidak enak akan ditinggalkan. Membaca jika tidak disadari akan terasa tidak enak dan pasti ditinggalkan. Banyak orang terjebak dengan lebih menyukai makan untuk otak perut karena secara instan efeknya bisa dirasakan. Orang-orang tradisional lebih tertarik pada hal-hal fisik, sedangkan orang-orang berintelektual dia lebih senang pada hal-hal abstrak. 

Masyarakat dengan otak perut tidak begitu menghargai pengetahuan dan pendidikan. Orientasi masyarakat otak perut mengutamakan ekonomi ketimbang pendidikan. Masyarakat berotak perut berani berkorban untuk ekonomi dan tidak mau berkorban untuk pendidikan.***



 


2 comments: