Sunday, May 5, 2019

TADARUSNYA ILMUWAN

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Guru Besar bilang, “Al-Qur’an itu kitab suci”. Jawab saya, “setuju 1000 persen”. Lalu saya bilang, “isi Al-Qur’an itu 1000 persen pengetahuan”. Guru Besar jawab, “saya setuju”. Jika setuju isinya 1000 persen pengetahuan, lalu fungsi Al-Qur’an bagi manusia apa? Petunjuk hidup bagi orang-orang yang yakin bahwa kitab suci Al-Qur’an diturunkan dari Tuhan. Petunjuk dari Tuhan itu berupa pengetahuan tentang alam material dan non material.

Ilmu pengetahuan dikembangkan melalui metode penelitian, objeknya adalah pemikiran, prilaku, teknologi dan gejala alam. Jadi selama ini, ilmu dikembangkan berdasarkan pada pengetahuan yang bersumber pada budaya dan gejala alam. Jika demikian, Al-Qur’an sebagai pengetahuan belum dikaji, diteliti, sebagai sumber ilmu pengetahuan, padahal Guru Besar setuju isi Al-Qur’an adalah 1000 persen adalah pengetahuan.

Manusia bertindak berdasarkan isi pikirannya. Isi pikiran manusia tergantung isi pengetahuannya. Isi pikiran manusia sangat tergantung pada pengetahuan yang diingatnya (mnemohistory). Pengetahuan yang diingatnnya akan jadi pola pikir (culture memory) dan berwujud kebiasaan.

Berdasarkan jumlah jam belajar pada tingkat sekolah dasar, dari 30-35 jam belajar per minggu, anak-anak input pengetahuan agama hanya 4 jam, kurang lebih  11,11% sd 14,70%jam anak-anak ingat Tuhan. Jumlah jam belajar pada sekolah menengah pertama, dari 38 jam input pengetahuan hanya 3 jam belajar agama, artinya siswa hanya 9,89%  jam ingat Allah.  Pada level pendidikan menengah, jumlah jam belajar per minggu dari 48 jam hanya 3 jam belajar agama, artinya hanya 6,25% ingat Allah. Semakin tinggi pendidikan semakin sedikit ingat Allah.

Dengan konsep pendidikan seperti ini, anak-anak di sekolah-sekolah umum mengalami “alienasi”. Jam belajar anak-anak lama, tetapi sesungguhnya mereka terasing dari Allah.  Sebanyak 74,3 s.d. 94,75%  jam input pengetahuan anak-anak dari tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah tidak berkaitan dengan Tuhan. Mata pelajaran itu berdiri sendiri, dan pelajaran agama seperti makhluk asing yang kadang tidak mendapat perhatian khusus karena kalah menarik dengan pelajaran praktis yang menjanjikan kehidupan duniawi.

Tadarus berasal dari kata darosa-yadrusu artinya mempelajari, meneliti, menelaah, mengkaji, mengambil pelajaran. Banyak cara tadarus Al-Qur’an. Setiap orang bisa mengkaji berdasar latar belakang keilmuan masing-masing. Para ustad membimbing membaca Al-Qur’an sampai khatam adalah salah satu cara mempelajari Al-Qur’an dari latar belakang ilmu tajwid.

ILMUWAN  TADARUS AL-QUR'AN DARI SUDUT PANDANG MASING-MASING KEILMUAN
Seorang ilmuwan bisa TADARUS Al-Qur’an dari sudut pandang ilmu sejarah, sosial, budaya, politik, ekonomi, teknologi, dan perbandingan agama sesuai latar belakang keilmuan. Jika ada kekhawatiran Al-Qur’an akan turun kesuciannya gara-gara dijadikan sebagai sumber ilmu pengetahuan, pendapat ini prasangka buruk, tidak berdalil, dan kurang relevan. Kini saatnya membumikan Al-Qur’an dengan menjadikannya sebagai sumber pengetahuan dalam pengembangan konsep, teori, ilmu dan teknologi. Ilmuwan-ilmuwan yang terinspirasi dari Al-Qur’an justru menjadi percaya Tuhan karena isi kandungan Al-Qur’an teruji secara rasional dan empiris sebagai wahyu dari Tuhan.

Lalu bagaimana dengan non muslim? Kita tidak sedang mengancam mereka, kita sedang mencoba mendamaikan dan mensejahterakan bumi berdasarkan potensi-potensi yang sudah diberikan Tuhan kepada manusia. Umat Islam diberi amanah Al-Qur’an untuk disosialisasikan ke seluruh umat manusia sebagai petunjuk dan teladan bagi manusia dalam menjalani hidup di muka bumi. Al-Qur’an bukan hanya mengurusi moral, tetapi menjelaskan seluruh kejadian alam yang terjadi di muka bumi. Al-Qur’an adalah ayat dalam bentuk perkataan direkam dalam tulisan (qauliyah), dan alam adalah Al-Qur’an dalam kejadian-kejadian tampak yang bisa kita saksikan (kauniyah).

Al-Qur’an perkataan (qauliyah) dan Al-Qur’an kejadian alam (kauniyah) adalah sama-sama sumber pengetahuan. Sebagaimana kondisi jam pelajaran anak-anak di sekolah umum, kita terlalu banyak tadarus alam hingga sering lupa Tuhan, sementara tadarus Al-Qur’an qauliyah baru sukses pada tahap menghafal. Tadarus pada tahap penerapan, analisis, sintesis, mencipta, dan evaluasi belum menjadi budaya.

Padahal Allah mengabarkan akan ada manusia-manusia supercerdas dengan teknologi super canggih jika kita menggali ilmu dari Al-Qur’an. “Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". (An Naml, 27:40). Semoga Allah memberi hidayah kepada kita semua. Wallahu ‘alam.

(Penulis Head master Trainer)

No comments:

Post a Comment