Saturday, November 16, 2019

PENYEBAB KESESATAN

OLEH: MUHAMMAD PLATO

Sesungguhnya kami menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk, maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka. (Az Zumar, 39:41).

Jika ada yang menyampaikan kebenaran dari dalam Al-Qur’an maka akan ada banyak orang memperhatikan. Mengingatkan agar hati-hati supaya tidak tersesat dan menyesatkan. Jika kita sadari, perhatian, peringatan, kritikan kepada orang-orang yang mengajarkan Al-Qur’an, itulah wujud bimbingan Tuhan terhadap para pengkaji Al-Qur’an. Untuk itu kita harus hati-hati karena ada beberapa sebab pada diri kita yang bisa menimbulkan kesesatan dan menyesatkan, sekalipun kita memahami dan mempelajari Al-Qur’an.

Pertama; menurut Buya Syakur, Al-Qur’an adalah argumen, bukan hanya sekedar dokumen. Mereka yang menganggap Al-Qur’an sebatas dokumen cenderung tidak bisa berargumen, dan tidak bisa membuka diri terhadap argumen pemahaman orang lain. Sifat tertutup, tidak mau menerima atau membuka diri, menghargai terhadap pemahaman orang lain adalah bibit dari kesesatan. Sifat tertutup terhadap pemahaman atau pendapat orang lain, adalah tanda-tanda seseorang sedang menjadi thagut bagi dirinya sendiri. Ali Bin Abi Thalib mengatakan bahwa yang harus dikhawatirkan bukanlah pendapat orang lain, tetapi pendapat kita sendiri.

Kedua, kesesatan terjadi tidak memahami dan mendalami inti dari ajaran Al-Qur’an. Kesesatan terjadi karena memahami ayat Al-Qur’an secara parsial. Sedangkan Al-Qur’an adalah keterkaitan, ayat dengan ayat saling menjelaskan dan saling menguatkan. Setiap orang yang mencoba memahami logika Al-Qur’an, dirinya akan cenderung menjadi manusia inklusif, cinta damai, dan menghargai perbedaan dan kemanusiaan. Jiwa-jiwanya menjadi tenang dan selalu menjadi kebaikan bagi seluruh alam.

Ketika seseorang memutuskan menerima atau tidak pengaruh dari luar, keputusan itu mutlak adalah keputusan pribadinya. (Muhammad Plato)
Ketiga, kesesatan terjadi jika sudah ada sikap merasa benar (sombong). Setan telah menjadi sesat karena menganggap pendapatnya benar tentang penciptaan Adam dibandingkan dengan dirinya. Merasa benar adalah awal dari menutup diri terhadap kebenaran, dengan menutup diri terhadap pendapat atau masukkan dari orang lain.

Keempat, kesesatan terjadi jika seseorang tidak mau menggunakan akalnya untuk memahami ayat-ayat Allah. Akal adalah karunia Allah kepada manusia. Jika manusia menggunakan akalnya maka itulah wujud syukur manusia kepada Allah. Sebaliknya bagi siapa yang menolak menggunakan akalnya untuk memahami ayat-ayat Allah dan untuk lebih mengenal Allah tuhannya, maka mereka termasuk orang-orang yang tidak bersyukur kepada pemberian Allah.

Bagi manusia-manusia yang menggunakan akalnya untuk memahami ayat-ayat Allah guna menjaga hatinya tetap bersih, dialah berada di atas petunjuk Allah. Sumber kesesatan ada dalam diri masing-masing. Setiap orang menerima pengajaran dari Allah. Barang siapa mendapat petunjuk, dia mendapat petunjuk untuk dirinya sendiri, barang siapa sesat dia sesat untuk dirinya sendiri.

Manusia dan seluruh makhluk ciptaan Tuhan di muka bumi ini, tidak bertanggung jawab atas petunjuk atau kesesatan seseorang. Petunjuk dan kesesatan semata-mata tanggung jawab Allah. Menyalahkan orang lain sebagai penyebab kesesatan adalah kesesatan. Sekalipun manusia dan seluruh makhluk memberi pengaruh kepada diri seseorang, ketika seseorang memutuskan menerima atau tidak pengaruh tersebut, keputusan itu mutlak adalah keputusan pribadinya di atas takdir Allah. Wallahu’alam.

(Penulis Head Master Trainer).

No comments:

Post a Comment