Sunday, August 2, 2020

SETIAP ORANG, KAYA KARENA WARISAN

OLEH: MUHAMMAD PLATO

“Semua orang jadi kaya, sumbernya warisan”. (Muhammad Plato). Pendapat ini saya kemukakan setelah menyimak kisah sukses seorang entrepreneur dan birokrat dari kota Tauco. Beliau berkisah apa yang dia lakukan semata-mata mencontoh apa yang dilakukan oleh orang tuanya. 

Beliau bercerita dulu ayahnya hanya seorang petani biasa. Di sela-sela pekerjaanya sebagai petani, ayahnya menjadi bengkel tulang atau ahli pegobatan tulang. Orang-orang sakit keseleo, patah tulang, sering meminta bantuan kepada ayahnya. Banyak orang sakit karena patah dan keseleo tulang dapat disembuhkan.  

Hal unik yang dilakukan ayahnya ketika praktek bengkel tulang adalah dia tidak pernah menerima uang sebagai upah pengobatan yang dilakukannya. Berapa pun uang yang diberikan oleh pasien tidak pernah mau menerimanya. Kecuali ketika pasien memberi imbalan dengan makanan, dia mau menerimanya. Itu pun dilakukan karena memerhatikan etika, menghormati pasien yang memberi makanan karena tidak elok dibawa kembali pulang. Selama praktek menjadi bengkel tulang, ayahnya tidak pernah menerima uang sepeser pun dari upah pengobatan.

Ketika ditanya, “mengapa tidak mengambil upah dari praktek pengobatan tulang?” Ayahnya menjawab, “apa yang dilakukannya tidak sebanding dengan apa yang diberikan pasien. Hanya dengan mengeluarkan tenaga sedikit, tak perlu lah memungut bayaran, niatnya menolong saja”. Kisah ini sangat membekas dan menjadi catatan emas dalam hidup Beliau ketika menjadi entreprenur dan birokrat. Hingga Beliau meneteskan air mata saat menceritakannya.

Saya berpikir, apa yang dilakukan bapaknya adalah investasi besar, apalagi tidak memungut upah dilakukan selama masa bapaknya menjadi bengkel tulang. Jika setiap sedekah Allah melipatgandakan hingga 700 kali lipat, betapa kekayaan akan meliputi kekayaan hati dan hartanya. Saya punya keyakinan bahwa setiap doa, perbuatan baik, kebajikan yang dilakukan oleh orang tua sesungguhnya akan diwariskan kepada anak-anaknya. 

Saya menjadi ingat bagaimana Nabi Ibrahim berdoa agar Allah mengutus seorang Nabi dari keturunannya. "Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (Al Baqarah, 2:128).

Maka Allah mengabulkannya dengan lahirnya Nabi Muhammad saw dari keturunan dari Nabi Ismail anaknya. Nabi Ibrahim hidup antara tahun 2050-1875 SM wafat di usia 175 tahun. (Al Aqqad dkk., 2014, hlm. 48-49). Nabi Ibrahim memanjatkan doa ribuan tahun yang lalu dan baru dikabulkan Allah pada tahun 570 Masehi di Mekah dengan lahirnya Nabi Muhammad saw. Saya menyimpulkan bahwa kebaikan yang dilakukan orang tua, doa dan cita-cita orang tua jika tidak tercapai oleh dirinya, maka akan dialami diwariskan oleh Allah kepada anak-anak cucu dan keturunannya.

“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). (Ar Rahmaan, 55:60). Inilah hukum pasti yang diajarkan Allah kepada umat manusia. Setiap kebaikan akan dibalas dengan kabaikan yang lebih baik. Hukum ini berlaku terus sampai akhir khayat sampai menembus waktu masa perhitungan di akhirat.

Saya berkesimpulan bahwa besar kecilnya kesuksesan seseorang adalah warisan dari apa yang telah dilakukan oleh orang tuanya. Untuk itu jasa orang tua untuk anak-anaknya tidak akan pernah putus dan oleh karena itu bakti anak-anak pada orang tua tidak ada putus-putusnya kecuali kematian menimpanya. Anak-anak berbakti pada orang tua akan selalu mengenang jasa-jasa orang tuanya dan mengakui bahwa segala keberhasilan dalam hidupnya tidak lepas dari warisan orang tua. Wallahu’alam. 

No comments:

Post a Comment