Sunday, August 16, 2020

MINDSET NABI MUHAMMAD SAW

 OLEH: MUHAMMAD PLATO

Anda tahu? Nabi Muhammad SAW adalah pesuruh Allah yang tidak bisa membaca dan menulis. Mungkin anda tahu, Michael H. Hart, menyebutkan dalam bukunya Nabi Muhammad SAW sebagai tokoh paling berpengaruh nomor satu di dunia. Mungkin aneh, karena dari orang yang tidak bisa baca tulis tetapi Nabi Muhammad SAW menjadi seorang tokoh berpengaruh di dunia, bukan saja diakui oleh pengikutnya umat Islam tetapi diakui oleh seluruh manusia dari berbagai latar belakang.

Anda tahu tidak? buku berjudul Mindset karangan Carol S. Dweck (2020), buku ini menginspirasi dunia karena menawarkan sebuah konsep berpikir yang disebut dengan growth mindset lawannya fixed mindset. Buku ini menjelaskan bahwa para pendidik telah terdoktrin oleh fixed mindset. Anak-anak cerdas dipandang sebagai anak berbakat sejak bawaan lahir  dan tidak mungkin bisa diubah. Orang-orang cerdas dilahirkan dari orang cerdas, orang sukses dilahirkan dari orang sukses, dan pecundang dilahrikan dari pecundang. Ini contoh fixed mindset yang membagi dunia menjadi dua, ada orang sukses dan orang gagal. Orang sukses dipuja-puja dan orang gagal dicaci maki.

Nah sekarang saya ingin beri tahu Anda, mengapa Nabi Muhammad SAW dipilih oleh Allah sebagai utusan padahal Beliau tidak bisa menulis dan membaca. Teori Dweck (2020) bisa membantu Anda, menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah tokoh yang dijadikan oleh Allah sebagai teladan bagaimana menjadi seorang manusia. Jika Anda ikuti sejarah perjalanan Nabi Muhammad SAW, kisahnya menjelaskan bagaimana seorang manusia harus memiliki growth mindset, dari seorang buta huruf tiba-tiba dalam waktu 22 tahun menjadi pemimpin berpengaruh, itulah contoh teladan bagaimana seorang manusia  memiliki growth mindset.

Mendapat pernyataan ini, tentu saja diantara Anda akan ada yang bilang, “anda hanya mengait-ngaitkan teori growth mindset dengan kisah Nabi Muhammad SAW”. Jika Anda berpendapat demikian, jelas sekali bahwa Anda memiliki pola fixed mindset. Orang-orang yang punya pola fixed mindset akan berkomentar tentang kekurangan, bukan menemukan bagaimana dirinya bisa tumbuh. Orang-orang yang berpola fixed mindset akan sibuk menjaga kedudukan dan harga dirinya tetap bergengsi, dibanding menggali dan memahami pemikiran seseorang agar dirinya bisa ikut tumbuh.

Nabi Muhammad SAW dalam Al-Qur’an banyak sekali mengabarkan tentang bagaimana cara berpikir untuk tumbuh. Ayat Al-Qur’an yang mengajarkan untuk tumbuh sering kita dengar, “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Ar, Raad, 13:11). Anda mungkin tidak sadar bahwa ayat ini telah menjadi mindset Nabi. Bayangkan saja dalam sejarahnya Nabi Muhammad SAW seumur hidupnya tidak pernah berhenti dari ancaman, pemboikotan, dan penghinaan. Namun diujung hidupnya, Beliau tidak pernah mementingkan dirinya sendiri untuk masuk surga, tetapi mengkhawatirkan umat manusia yang harus tetap tumbuh menjadi manusia-manusia berpola pikir tumbuh dengan mewariskan Al-Qur’an.

Jika Allah mengatakan bahwa suatu kaum atau seseorang, bisa Allah ubah nasibnya kalau mereka mengubah keadaannya sendiri, ini kan pola pikir tumbuh yang diajarkan Allah kepada manusia. Lalu contohnya adalah Nabi Muhammad SAW. Dia lahir miskin, tidak bisa baca dan tulis, tapi dengan pola pikir tumbuh yang diajarkan Allah dalam Al-Qur’an, Nabi Muhammad bisa mengembang dan menyelesaikan tugasya sebagai utusan Allah dengan sukses. Seluruh Nabi itu manusia, mereka punya kisah dan kisah-kisah mereka dijadikan contoh oleh Allah untuk manusia.

Jika semua orang bisa tumbuh, asal dia mau berusaha, maka jelas sekali bahwa keberhasilan seseorang bukan di seberapa tinggi kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang, tetapi seberapa keras usaha yang dilakukan seseorang untuk menjadi. Allah tidak melihat siapa orangnya, latar belakangnya dari mana, keturunan siapa, dan berapa kekayaannya, tapi Allah menetapkan sebuah mindset bagaimana setiap orang bisa tumbuh dengan segala apa yang diusahakannya. Inilah teori growth mindset sebagaimana disampaikan oleh Dweck.

Jika saya mengutif teori Dweck untuk menjelaskan ajaran di dalam Al-Qur’an bukan berarti saya mengekor atau tukang stemple pendapat orang. Tapi saya sedang mengapresiasi pemikiran Dweck, dan saya mencoba melakukan integrasi dengan pedoman hidup manusia yang sesungguhnya yaitu dari Tuhan. Selanjutnya terserah Anda, mau mengikuti pemikiran Dweck atau mengikuti cara berpikir yang bersumber dari Al-Qur’an? Saya sebagai umat beragama meyakini ketika mindset saya sudah bersumber dari Al-Qur’an, mudah-mudahan Allah membantu saya, memberi kekuatan untuk tetap tumbuh menjadi manusia sukses bukan hanya di dunia tetapi di akhirat.

Saya berterimakasih kepada Dweck, karena pemikiran beliau dapat membuka ilmu berpikir yang saya pahami dari Al-Qur’an. Hakikatnya semua ilmu pengetahuan akan membuka tabir-tabir rahasia tentang kekuasaan Allah. Semua ilmu milik Allah dan akan bermuara kepada Allah. Ilmu yang sesungguhnya tidak terpisah-pisah tetapi semuanya mengajarkan kita untuk kembali kepada Allah.

Barat dan Timur milik Allah. Jika ingin sejahtera, pada prinsipnya tidak ada satu kelompok manusia yang bisa menghidupi kelompoknya sendiri. Mereka harus saling mengenal dan saling tolong menolong. Inilah growth mindset yang disampaikan oleh Dweck. Sebeluamya Nabi Muhammad SAW pun mengajarkan  kepada umatnya, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al Hujurat, 49:13). Ini ajaran pola pikir tumbuh dari Allah, bahwa tidak ada manusia terbaik kecuali yang terbaik dihadapan Allah. Lalu siapa yang terbaik dihadapan Allah? Nabi Muhammad SAW menjelaskan, “mereka yang terbaik dihadapan Allah adalah yang paling banyak bermanfaat bagi orang lain”.

Saya berkesimpulan logika tuhan ilmu berpikir bertumbuh sebagaimana teori growth mindset yang disampaikan oleh Dweck seorang psikolog. Berlogika tuhan berarti membantu berkeyakinan bahwa kita sebagai manusia harus bertumbuh, bukan hanya untuk diri pribadi tetapi menumbuhkan kehidupan orang lain, tanpa pandang suku, ras, dan agama.

Manusia-manusia yang memiliki growth mindset, logikanya dipandu Tuhan,  mereka mengakui dirinya bodoh tetapi bisa tumbuh menjadi orang sukses dengan cara menyukseskan banyak orang. Untuk itulah Al-Qur’an adalah kitab petunjuk berpikir bagi orang-orang yang mau belajar. Masalahnya bukan karena tidak semua orang bisa memahami Al-Qur’an, tetapi ada yang mau belajar dan ada yang tidak. Kebanyakan orang memiiki fixed mindset bahwa yang belajar Al-Qur’an harus orang-orang cerdas, padahal orang-orang cerdas dulunya terlahir bodoh. Wallahu’alam.

No comments:

Post a Comment