Saturday, August 1, 2020

AGAMA MENGENALKAN MANUSIA PADA TUHAN

OLEH: MUHAMMAD PLATO

“Madzab-madzab adalah agama berdasarkan persepsi akal pikiran manusia. Apa yang diproduksi akal pikiran manusia adalah budaya. Konflik antar madzab yang pernah terjadi bukan membela agama tetapi membela keegoisan para penganut agama”. Begitulah salah satu kesimpulan Buya Syakur dalam sebuah dialog yang membahas buku Tuhan Maha Asyik karya Sujiwo Tejo di youtube.

Semua pendapat bisa saya terima dan masuk akal kemana arah pemikiran mereka. Sujiwo Tejo yang merasa tidak ahli dalam memahami kitab suci dan menggunakan hati nurani dalam membaca realitas, memiliki kecerdasan spiritual tinggi. Buya Syakur dengan pemahaman ilmu bahasa tidak dimungkiri Beliau bisa dianggap sebagai pemikir muslim berpengaruh dari negeri yang dikelilingi air.  Buya Syakur selalu membahas permasalahan pada tataran realitas dengan memahaminya dengan makna bahasa dan logika yang bersumber pada kitab suci Al-Qur’an dan Hadis.

Pertanyaannya, dari manakah asal sumber kebenaran? Melihat dua ahli pikir ini saya memberi kesimpulan bahwa Allah tidak membatasi seseorang dalam menemukan kebenaran. Namun Allah mengatakan bahwa sebagian besar manusia hidupnya tersesat, untuk itu Allah menurunkan petunjuk dalam menjalani hidup dengan menurukan kitab suci kepada para nabi dan rasul yang diutusnya. Tanpa pegangan iman kepada kitab suci yang diturunkan kepada Rasul-Nya manusia akan semakin banyak yang tersesat dan terjerumus dalam mencari kebenaran.  Intinya Tuhan Yang Maha Esa adalah sumber kebenaran dan Tuhan menurunkan petunjuknya melalui kitab suci yang diturunkan pada utusan-utusannya.

Apakah manusia dengan nuraninya akan menemukan kebenaran? Tuhan tidak akan menutup semua cara bagi orang-orang yang berniat mencari kebenaran, namun pada akhirnya manusia akan bertemu dengan petunjuk-petunjuk Tuhan. Petunjuk Tuhan yang terang benderang adalah dari kitab suci yang diturunkan pada para nabi sebagai petunjuk bagi hati nurani dan akal pikiran agar lebih yakin tentang hakikat dan keberadaan Tuhan.

Agama tujuannya adalah membimbing dan mengenalkan manusia kepada Tuhan. Agama bukan ritual tetapi agama adalah membimbing ruhani manusia agar menjadi manusia-manusia yang memiliki sifat sifat Tuhan. Sifat Tuhan yang banyak disebut dan dikenal oleh manusia adalah maha pengasih dan maha penyayang. Ritual dalam ajaran agama adalah latihan-latihan agar manusia menyadari tentang keberadaan Tuhan. Ritual tidak diada-adakan tetapi harus berdasar pada tuntunan, tidak memberatkan dan tidak melampaui batas ketentuan yang diajarkan Tuhan melalui contoh para nabi dan rasul.

Puncak dari keberagaam seseorang adalah mencapai manusia dengan totalitas berserah diri pada segala takdir Tuhan. Sebagian berpendapat, puncak dari keberagamaan seseorang adalah menyerap sifat-sifat Tuhan Yang Pengasih dan Penyayang. In action dalam bentuk amal, manusia-manusia yang sudah totaliter berserah diri kepada Tuhan adalah manusia yang tunduk dan patuh pada segala perintah Tuhan dan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Manusia-manusia yang sudah mampu menyerap sifat-sifat ketuhanan, mereka akan menjadi pribadi-pribadi pengasih dan penyayang dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Pada intinya pikiran manusia boleh bebas bagaimana mempersepsi Tuhan Yang Esa. Namun in action dalam bentuk amal semua pasti akan bermuara pada karakter yang sama jika dia benar-benar sudah berserah diri atau menyerap sifat-sifat Tuhan. Kata Sujiwo Tejo, “pada intinya keberagamaan seseorang seperti kita melihat dari puncak gunung. Ketika melihat dari puncak ke bawah semua orang sedang mencapai tujuan yang sama, namun mereka berusaha mencari dan melalui jalan-jalan yang berbeda”.

Ada yang berhasil sampai puncak ada yang tersesat. Karena kemurahan Allah, neraka disediakan oleh Allah bukan untuk menghukum mereka yang sesat tapi untuk membersihkan mereka agar kembali suci. Pada hakikatnya ruh-ruh yang ada pada tubuh manusia adalah ruh Allah yang suci. Pada saat mereka kembali, mereka harus dalam keadaan suci. Untuk itulah surga dan neraka adalah nikmat Allah yang tidak boleh manusia dustakan.

Bagi mereka-mereka yang sudah mengenal jalan-jalan Allah selama di dunia, mereka tinggal menikmati kehidupan bahagia di akhirat. Sebaliknya bagi mereka yang belum menemukan jalan kebenaran di dunia, mereka akan mendapat kesulitan menjalani hidup di akhirat sebagai balasan atas apa yang mereka kerjakan dengan balasan setimpal agar mereka bisa kembali kepada Tuhannya dalam keadaan suci. Wallahu’alam.

No comments:

Post a Comment